03 • Second of Meeting

"Aku seakan kembali bertemu denganmu meski dengan wujud yang berbeda."

****

Sudah 3 hari semenjak Akihiko mengantar pulang Aihara, keduanya nampak lebih dekat dari pertama kali bertemu. Jam istirahat yang bisanya Akihiko habiskan dengan latihan basket maupun tidur, kini berubah. Selama 3 hari terakhir Akihiko benar benar menjadi guru sungguhan untuk Aihara.

Jrengg~ Jrengg~

Suara petikan gitar yang Aihara hasilkan terdengar halus, membuat gadis itu terus merengut. Padahal gitar yang ada di pelukannya itu ialah gitar milik Roki, tapi tetap saja suaranya berbeda.

"Sudah bagus, cobalah nada yang lain." Perintah Akihiko, dia benar benar puas dengan perkembangan Aihara yang sudah bisa memainkan gitar dengan benar. Tapi Aihara hanya terdiam dan beberapa kali menghela nafas berat.

"Kau sudah mengatur nadanya dengan benar kan?" Akihiko mengangguk yakin, "Lalu kenapa suara yang keluar berbeda dengan suara milikmu Tempo hari?"

"Itu karena aku menggunakan Amplifier. Jika aku tidak menggunakannya suara yang di hasilkan sama dengan milikmu."

"Eung." Mungkinkah Aihara harus menggunakan Amplifier juga? "Dimana aku bisa mendapatkan Amplifier?"

Apa apaan lagi ini? Akihiko memijat keningnya pelan, "Besok aku akan mengantarmu ke toko langganan ku."

Mendengar itu Aihara tentu sangat senang, "Benarkah? Terimakasih Kio!"

"Oke, ayo mulai lagi. Mainkan nada yang lain." Perintah Akihiko. jari manis dan jari telunjuk Aihara telah dibalut dengan plester karena ia terus berusaha menekan senarnya sekuat tenaga hingga melukai jarinya.

Jrengg~ Jrengg~

"Bagus sekali. Hoaam! Pelajaran kali ini cukup sampai sini. Aku harus menemui temanku." Akihiko bangkit dari duduknya begitupun dengan Aihara.

"Terimakasih atas waktunya Kio-sensei." Aihara sedikit membungkuk kepada Akihiko sebelum ia kembali menegakkan tubuhnya. Satu tangan Akihiko mendarat di kepalanya dan mengusak surainya pelan.

"Kau belajar sendiri dulu setelah ini. Aku akan fokus pada pertandingan ku dulu, oke?" Tanpa mendengar persetujuan Aihara, Akihiko telah berjalan lebih dulu keluar dari sana.

Tap! Tap! Tap!

"Pertandingan? Pertandingan apa?" Aihara menuruni tangga dengan cepat agar bisa berjalan sejajar dengan Akihiko.

"Kau bisa terjatuh! Pelan pelan saja turunnya." Akihiko memperingati dan untungnya Aihara segera menurut, "Pertandingan basket."

"Oh, kalau begitu semoga berhasil!" Aihara mengepalkan tangannya di udara memberi semangat pada Akihiko.

"Terimakasih."

Aihara merengut, padahal ia baru saja menginjakkan kaki di anak tangga yang sama dengan Akihiko, tapi pria itu sudah turun lagi dengan cepat. Entah kenapa, Aihara seakan ingin terus berada di samping Akihiko. Semenjak ia bertemu dengan Akihiko, Aihara tidak begitu merasa kesepian. Ia juga bisa merasakan tidur nyenyak tanpa bantuan obat. Ia bisa mengistirahatkan tubuh nya kapanpun ia mau tanpa menunggu kesadarannya terenggut. Kondisi Aihara kian membaik setelah bertemu dengan Akihiko.

Kio, terimakasih.

Terimakasih telah mengeluarkannya dari keterpurukan yang menyakitkan. Terimakasih telah sedikit menghapus luka di hati Aihara. Terimakasih.

****

"Ada yang baru datang teman teman!" Matsuo berucap lantang setelah matanya menangkap kehadiran Akihiko di ruang rapat.

"Maaf terlambat." Akihiko menarik salah satu kursi lantas mendudukan dirinya di sana.

Seorang gadis di depannya menatap Akihiko datar, "Dasar kapten pemalas! Aku tahu kau itu sangat hebat dalam memasukan bola basket ke dalam ring, tapi setidaknya kau juga harus tetap latihan!"

"He'em, pulang sekolah nanti aku akan pergi latihan." Jelas Akihiko, membuat gadis bernama Hanna itu menghela lega. Hanna adalah ketua osis sekaligus Vokalis di grup bandnya.

Di ruang rapat terdapat enam orang, Hanna, Akihiko, Matsuo, Kekai, dan dua anggota osis lainnya. Sebenarnya rapatnya sudah selesai dan Hanna tahu Akihiko akan tetap datang meski datang di akhir acara, untuk itu ia tetap berada di sana bersama dua anggota osis dan kedua teman lelakinya.

"Waktu kita tinggal empat hari lagi. Kita belum memiliki persiapan yang cukup." Kekai berujar.

"Aku tahu itu. Tolong beritahu aku inti dari rapat ini."

"Aku sudah menyiapkan semua keperluan kalian di sana, jadi untuk pemilihan anggota yang akan diikut lombakan aku serahkan padamu selaku ketua basket." Hanna bangkit dari duduknya, "Dan inti dari pembahasan tadi adalah Kalian harus menang!" Setelah itu Hanna dan kedua anggotanya pergi meninggalkan ruangan rapat.

"Tentu saja kita akan menang! Semua lawan bisa kita kalahkan! Benarkan Kio?"

Sekali lagi Akihiko menguap menanggapi Matsuo, ia tidak tahu apakah ia bisa menyelesaikan semuanya dengan tepat.

"Beri tahu semua anggota untuk berkumpul di ruang latihan sepulang sekolah." Akihiko membangkitkan kembali tubuhnya diikuti Matsuo dan Kekai.

Mereka akan bertanding melawan sekolah lain yang cukup terkenal. Pertandingan akan di adakan empat hari lagi, tapi Akihiko belum sempat memilih anggota yang akan menjadi timnya. Ia terlalu sibuk, mungkin sangat sangat sibuk hingga ia kesulitan mencari waktu untuk istirahat.

"Sepertinya hubunganmu dengan Aihara semakin membaik." Kekai tiba tiba mengatakan itu membuat Akihiko menghela nafas berat. Sedang Matsuo memutar bola matanya malas.

"Kasihan sekali kau Matsuo, jodohmu terkena macet di jalan." Matsuo mencoba menghibur dirinya sendiri, karena jika Akihiko dan Aihara resmi menjadi sepasang kekasih maka hanya tinggal tersisa Matsuo yang masih sendiri. Kekai sudah memiliki kekasih terlebih dulu, tapi sangat jarang sekali Kekai membawa kekasihnya ke studionya.

"Ck, jika kau menyukai Aihara, ambil saja."

"Tidak mau, aku tidak ingin merebut kekasih temanku!" Balasan Matsuo membuat Akihiko menoleh tajam padanya.

"Sudah kubilang aku tidak menyukainya! Dia tidak akan menjadi kekasihku!" Akihiko masih ingin sendiri, dia tidak ingin sembarangan menjalin kasih dengan seseorang jika itu akan berakhir putus. Akihiko itu type orang setia, dia hanya akan menjalin hubungan dengan seseorang yang akan ia ajak untuk hidup bersama. Dan meski Akihiko merasakan perasaan aneh yang mulai tumbuh untuk Aihara, ia tetap tidak akan sembarangan mengambil keputusan.

****

Aihara duduk seorang diri di halte bus dengan sebuah gitar di pelukannya. ia memetik senar gitar dan bersenandung pelan untuk mengobati rasa bosannya menunggu bus yang belum juga datang. Gitar yang ia mainkan adalah gitar Akustik. Dulu Roki selalu memintanya untuk bernyanyi sementara dia memetik gitar untuknya.

"Aihara."

Gadis itu menghentikan kegiatannya setelah mendengar seseorang memanggil namanya. Aihara mendapati Karoi di depannya, raut wajahnya sedikit lebih tenang daripada saat malam itu.

"Eung."

"Itu gitar Roki?" Tanyanya dan Aihara hanya mengangguk sembari menunduk.

Karoi mendudukan dirinya di samping Aihara sebelum ia memandang langit sore yang indah, "Aku minta maaf untuk malam itu." Ia terkekeh mengingat tingkahnya Tempo hari.

"Tidak apa apa, aku pantas mendapatkan itu karena aku sudah melakukan kesalahan." Aihara masih menunduk, enggan untuk menatap wajah Karoi yang begitu mirip dengan Roki.

"Aku sangat kesal padamu, kau tiba tiba menghilang setelah pemakaman nya berakhir." Karoi mengangkat sudut bibirnya sembari tetap memandang langit, "Dan setelah aku menemukanmu, aku menemukan pria lain bersamamu."

"Dia hanya temanku."

"Tetap saja, kau melarikan diri dari keadaan." 

Tidak, Aihara sedang tidak melarikan diri. Dia sedang berusaha menyembuhkan hatinya, dia sedang mencari cara untuk memaafkan dirinya sendiri.

"Maaf."

"Ibu menyuruhku untuk membawa gitar Roki. Tapi setelah kutahu gitar itu ada padamu, aku tidak akan membawanya." Karoi bangkit dari duduknya, "Ikutlah denganku ke rumah. Ibu sangat ingin bertemu denganmu." Ucapnya.

Mendengar itu, Aihara meneteskan air matanya. Masih pantaskah ia menemui wanita paruh baya itu? Aihara seakan merasa tidak tahu malu jika ia menemuinya dan menangis meminta maaf.

"Apakah aku masih pantas untuk menemuinya?" Aihara meremat gitar di pelukannya. Jujur saja Aihara merasa tak punya muka untuk menghadapinya. Aihara belum siap.

"Jika kau benar benar merasa menyesal, temui dia dan meminta maaflah!" Ucap Karoi tanpa menoleh ke arah Aihara, ia kemudian berjalan mendahului Aihara yang sudah membangkitkan tubuhnya dan mengikuti langkahnya.

Ibu dan ayah Karoi sudah merestui hubungan Aihara dan kakaknya. Bahkan semenjak mereka masih kecil, Roki selalu di paksa ibunya untuk mengunjungi Aihara ke rumahnya. Ketika mereka akhirnya menjadi sepasang kekasih, ayah dan ibu Karoi mengadakan makan malam bersama saking bahagianya. Ibu Karoi sangat menyayangi Aihara, begitupun dengan Ayahnya yang tak henti hentinya mengatakan rindu pada Aihara.

.

.

.

.

.

"Masuklah." Karoi membuka pintu dan menyuruh Aihara untuk masuk.

Tubuhnya sedikit bergetar karena gugup. Aihara meyakinkan dirinya untuk tenang sebelum ia melangkah mengikuti Karoi memasuki rumah.

"Ibu, Ayah, Aihara ada di sini."

Aihara menelan ludahnya susah payah, tubuhnya bahkan sudah menegang. Bagaimana ia harus bersikap? Keringat dingin sudah membanjiri pelipisnya, Aihara benar benar merasa risih dengan degupan jantung yang terus menggebu di balik dadanya.

"Benarkah?"

Ibu dan Ayah Karoi yang sedang berada di ruang tengah segera menghampiri Aihara. Gadis itu hanya tertunduk dengan kedua matanya yang sudah basah oleh air mata. Aihara tersentak ketika sebuah pelukan ia dapati, Ibu Karoi memeluknya erat sembari terisak.

"Ibu merindukanmu Aihara. Kenapa kau tiba tiba menghilang? Hm?"

Aihara pikir, ia sudah tidak di terima di keluarga ini. Tapi.., Aihara merasa tidak pantas mendapatkan pelukan hangat ini. Aihara benar benar merasa tidak tahu malu.

"Ibu, maaf." Tangan Aihara melingkar di punggung Ibu Karoi, membalas pelukannya.

"Tidak, kau tidak bersalah sama sekali. Ini semua karena kebodohan Roki, dia benar benar anak yang bodoh!" Ibu Karoi semakin terisak, meski ia mencaci anaknya, ia begitu menyayanginya bahkan sangat merindukan putera lelakinya itu.

Satu telapak tangan mendarat di kepala Aihara, Ayah Karoi mengusak surai Aihara pelan. "Kepergiannya bukan kesalahanmu, aku tahu kau juga merasa kehilangan. Tapi Ayah mohon untuk berhenti merasa menyesal, dan carilah kebahagiaanmu yang baru."

Mendengar kalimat kalimat itu, Aihara semakin terisak. Karoi yang melihat itu menarik sudut bibirnya, kedua orang tuanya memang tidak menaruh dendam pada gadis itu. Alasan Karoi bisa dengan mudah memaafkan Aihara adalah karena gadis itu pernah menjadi seseorang yang sangat dicintai Kakaknya. Aihara adalah gadis teristimewa untuk Roki, hingga bahkan Roki memberikan nyawanya untuk membuktikan besarnya rasa cinta dia untuk Aihara.

"Karoi, jika aku benar benar mati besok. Aku ingin kau menjaga Aihara untukku, tolong buat dia bahagia. Kumohon, hm?"

Sebesar itu cintanya untuk Aihara.

****

Karena hari sudah mulai gelap dan juga karena kedua orang tua Karoi tidak mengizinkan nya untuk pulang, Akhirnya Aihara memutuskan untuk menginap. Dia sudah meminta izin pada ibunya, dan beruntung sang ibu mengizinkannya. Aihara meminta untuk tidur di kamar Roki dan itu mendapat persetujuan dari keluarga Karoi. Dan disinilah Aihara sekarang, dikamar Roki yang masih menyimpan aroma Roki yang menyengat di seluruh penjuru kamar.

Aihara melangkah menyusuri setiap sudut kamar, semuanya masih sama. Terakhir kali ia memasuki kamar ini ialah saat dimana Roki terbaring di lantai dengan mulut yang dipenuhi busa. Hari itu adalah hari terakhir ia melihat Roki.

Buk!

Aihara tak sengaja menjatuhkan buku catatan Roki, hingga beberapa lembar kertas di dalamnya jatuh berserakan. Aihara segera berjongkok dan mengumpulkan kertas kertas itu, namun karena rasa penasaran nya ia akhirnya membaca bait bait kalimat yang tertera pada kertas itu.

My light.

Ia menutup mulut nya, membekam isakannya. Itu adalah lirik lagu yang Roki ciptakan untuknya? Sungguh? Tangisnya benar benar pecah ketika ia membaca lirik terakhir.

Aihara, Aishiteru.

#TBC#

Terpopuler

Comments

Yayan Yayan

Yayan Yayan

seruuu up

2020-10-13

0

Aska

Aska

uuup

2020-10-13

0

Keyzo yanndy

Keyzo yanndy

kapan upnya

2020-10-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!