"Bayangmu masih mendekapi benakku, hatiku masih dikuasai olehmu. Ini adalah usaha terakhirku, melepasmu dengan sebuah lirik lagu."
.
Aihara menolak untuk diantar pulang oleh Akihiko, ia beralasan akan pergi ke suatu tempat sebelum pulang ke rumahnya. Akihiko sebenarnya bersikeras untuk menemaninya pergi namun lagi lagi Aihara menolak. Dan sekarang di sinilah Aihara sekarang, berdiri di atas pijakan pasir sembari menatap sendu gumpalan ombak yang menggulung menyerbu kakinya.
Pantai, tempat pertama yang ia kunjungi bersama kekasihnya dulu. Lautan lepas itu, angin lembut, gemuruhan ombak, dan buih itu adalah saksi dimana sebuah janji mengikat sepasang kekasih itu.
Janji yang berisikan, seseorang yang di tinggal pergi akan tetap setia dan menunggunya kembali. Itu adalah janji yang tak pernah Aihara enyahkan dari benaknya barang sedetik saja. Sebuah janji yang hingga detik ini mengikat dirinya, menjadi penyebab susahnya ia untuk menerima dengan lapang kehadiran Akihiko.
Dan kini ia di sana, bukan untuk mengenang kehadirannya melainkan mengucap maaf bahwasannya Aihara telah melangkahi janji itu. Ia telah bersedia sepenuhnya untuk berdamai dengan masa lalunya. Karena ia tahu Roki Furukawa tidak akan pernah kembali. Janji itu akan terus menyiksanya jika ia terus berpasrah pada tali yang melilit di lehernya, ia tak akan bisa hidup jika ia tak melepas janji itu. Biarlah ia menanggung dosa yang lebih berat, jika itu bisa membuatnya kembali menjalani hidupnya dengan lapang dan memperbaiki semua yang telah salah ia lakukan di sama lalu. Biarlah kepergian Roki menjadi pembelajaran baginya, bahwasannya Cinta tak membutuhkan Obsesi ataupun ke-posessif-an, jika itu cinta sejati maka tak perlu mengekangnya untuk tak pergi karena cinta sejati tak akan melarikan diri.
Angin semakin kencang. Aihara menarik sudut bibirnya, tersenyum kecil pada hamparan pasir. "Roki, Maafkan aku. Kuharap kau tidak marah jika saat ini aku memiliki kekasih lain selain dirimu. Janji itu, maaf aku sudah mengingkarinya, tapi bukankah kau juga telah melarikan diri dariku? Jadi tak apakan jika kita melupakan janji itu sekarang?" Tak ada lagi air mata, Aihara telah sepenuhnya menerima. "Baiklah, aku harus pergi sekarang. Terimakasih dan sampai jumpa."
Ia membalikan tubuhnya lantas pergi dari sana. Benar, jika saat ini ia tak lagi menitikkan air mata, namun percayalah dadanya masih terasa begitu sesak.
Entahlah mungkin pikirannya kini masih tertuju pada Roki hingga ia bisa mendengarkan sayup sayup seseorang memanggilnya, yang pasti itu bukanlah Roki ataupun khayalannya maka dari itu Aihara mengedarkan pandangannya hingga sorotnya terhenti pada seorang gadis yang tengah tersenyum tatkala ia menatapnya. Seta.
"Ternyata itu benar kau!" Seta mendekatinya dengan sebuah kresek berisi entah apa.
"Eung?"
Seta melirik ke arah pantai sebelum ia kembali pada Aihara. Jelas Seta tahu apa yang tengah Aihara lakukan. "Ah bisakah kita berbincang sebentar? Aku lelah sekali membawa beban di tanganku ini, maukah kau menemaniku menghirup secangkir kopi?" Pintanya penuh harap.
"Kupikir tidak, aku harus pergi sekarang."
"Ayolah sebentar saja." Seta menggenggam sebelah lengan Aihara memintanya untuk tidak pergi. Dan itu berhasil, Aihara akhirnya meng'iya'kan ajakannya setelah menghela nafas berat.
Akhirnya mereka benar benar menghirup secangkir kopi bersama di sebuah kedai kopi yang tak jauh dari pantai.
"Malam ini Kekai dan Band-nya akan latihan bersama. Kau tidak ikut?" Masih mencari topik lain sebelum ia menuju ke topik yang hendak ia bahas serius dengan Aihara.
"Tidak."
Seta mengangguk-anggukan kepalanya sembari menggenggam erat gelas kopi untuk mencari kehangatan. "Aihara, maaf tentang Hanna. Kupikir dia teman dekatmu, hingga dengan lancang aku menceritakan masa lalumu padanya. Maaf jika-"
"Sudahlah! Aku sudah memaafkanmu perihal itu."
Ia kembali mengangguk-angguk, "Oh ya, Selamat kau sudah resmi menjadi kekasih Akihiko. Sebelumnya kupikir kalian telah menjalin hubungan sejak awal, ternyata baru di deklarasikan kemarin." Ia terkekeh pelan, sedang Aihara hanya tersenyum kecil.
"Lalu bagaimana bisa kau dan Kekai menjadi sepasang kekasih? Kalian beda sekolah kan." Sepertinya Aihara sudah merasa nyaman dengan obrolan itu.
"Ah itu, Eung.. apa kau tahu bagaimana caranya Roki mendapatkan gitar itu? Dia menjadi kurir makanan untuk sementara, dan aku sesekali ikut bekerja bersamanya hingga suatu saat Kekai menjadi pelanggan dan aku yang mengantarkan makanannya. Setiap hari ia selalu memesan makanan online, dan aku yang selalu menjadi kurirnya. Dari sanalah kita saling mengenal, dan yeah saling suka tentunya." Ia terkekeh malu di akhir ceritanya, tak memerhatikan reaksi Aihara di depannya.
Gadis itu menatap kosong ke arah Seta, "Roki menjadi kurir makanan?"
"Yeah untuk sementara, sampai ia bisa membeli gitar. Setelah itu dia berhenti bekerja dan fokus pada band kita."
"Eung.."
Tunggu, Seta mengangkat tatapannya lantas mendapati Aihara tertunduk sembari tersenyuman hambar. Refleks ia memejamkan matanya erat, ia sudah salah mengambil topik pembicaraan!
"Ah ya, Aihara. Apa yang kau lakukan di sini?"
"Hanya jalan-jalan saja." Aihara berhenti menunduk, ia meraih cangkir kopinya kemudian ia teguk isinya.
"Begitu ya..," Kedua jarinya terkatuk-katuk satu sama lain, Seta jadi merasa bingung untuk melanjutkan obrolan mereka. "Aku tahu, Akihiko dan Roki mereka berdua sama-sama ketua band dan bagian gitaris juga-"
"Apa maksudmu?"
Seta menghela pelan, "Maksudku, saat ini kau sudah memiliki Akihiko. Aku percaya, kau pasti menyayangi Akihiko sebagai dirinya sendiri dan bukan sebagai orang lain."
Genggaman Aihara mengerat pada cangkir kopi miliknya, dadanya telah bergemuruh hebat menahan amarah. Perkataan Seta seakan menyinggungnya telak, sedari awal Aihara memang melihat Akihiko seakan ia adalah Roki tapi ia baru saja melepaskan Roki dan mulai menerima Akihiko. Ia baru saja akan merubah pandangannya, lalu kenapa harus kembali diingatkan?!
Aihara membangkitkan tubuhnya, "Kau tidak tau apa-apa, jangan mengomentari apapun yang tidak kau tahu kebenarannya. Sudah hampir malam, aku pergi." Ia telah bangkit dari duduknya bersiap pergi dari hadapan Seta, namun lagi lagi gadis itu menahannya.
"Sebentar! Sekali-kali kunjungilah sekolah kita dulu, Karoi telah membersihkan namamu-"
Tak peduli, Aihara mengabaikannya. Ia benar benar bergegas menuju kereta.
****
Seandainya aku dapat membuang segalanya..
Apakah hidup dengan senyuman akan menjadi lebih mudah?
Aihara berjalan pelan dengan sebelah tangannya menyusuri pagar penyangga. Ucapan Seta amat membekas dan ia mengakui bahwa selama ini ia tidak benar benar mencintai Akihiko, melainkan menjadikannya sebagai pelampiasan. Roki, kenapa amat susah untuk melepaskanmu, hingga Aihara tanpa sadar telah beberapa kali menyakiti Akihiko.
Hei, seandainya aku dapat melupakan segalanya..
Apakah hidup tanpa air mata akan jadi lebih mudah?
Tidak, menangis terlalu sakit. Menahan tangisan setiap kali mengingatnya, juga sangat menyiksa dirinya. Tapi saat ini dan seterusnya Aihara tengah mencoba untuk menahan rasa sakit itu demi menjaga satu hati yang kini telah di titipkan padanya.
Langkah Aihara terhenti di sebuah taman yang di sana ada sebuah bangku kecil, ia mendekati bangku itu kemudian mendudukan dirinya di sana. Ia membuka tas gitarnya dan menaruhnya di sampingnya, kemudian ia membuka tas sekolah dan mengeluarkan pena juga kertas di dalamnya.
Sepoi angin pantai masih Aihara ingat bagaimana itu membelai pipinya, membisikan sebuah kisah yang telah usang di makan waktu namun tak pernah melebur dari benak gadis itu. Penanya mulai menari di atas kertas, tinta kelam berhasil menodai putih itu. Bait syair yang mewakili hati, tercantum rapih di sana. Membuat sesak meski sesaat.
Kau, biarlah kenangan bersamamu berbekas di sebuah tulisan atau mungkin semacam lagu yang dinyanyikan? Biarlah irama musik yang menghantar cinta ini pergi dari sarangnya, biarlah kisah cinta kita usai bersamaan dengan deru nafas terakhirmu.
Mou ii yo...
#TBC#
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
chicken
so sad
2023-12-29
0
ARSY ALFAZZA
🎊🎊🎊🎊🎊
2020-10-30
0
Rikudo Senin
la.jut
2020-10-20
0