10 • Broken heart

"Rasa yang tak kasat mata yang mampu menjadikan hati porak poranda, patah hati."

.

"Merenung di taman sendirian, apa kau tidak takut kesurupan?" Matsuo dengan asal mendudukan dirinya di samping Hanna yang sedari tadi menatap kosong ke arah tanah di bawahnya.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Bukankah seharusnya aku yang bertanya seperti itu? Hei apa kau sedang merenungi dosa dosamu yang lalu?" Jengah Matsuo ketika melihat gadis itu tak kunjung menoleh padanya.

"Ck, pergilah jika niatmu hanya ingin menggangguku." Hanna masih menjawabnya dengan lirih, seolah semangatnya selama ini sudah redup di curi seseorang.

"Cih, apa semua ini karena Kio? Kau masih belum merelakannya ternyata. Dia sudah memiliki kekasih, kapan kau akan menyerah?"

Sunggingan tipis nampak telah menghiasi wajahnya, "Dia harus mengetahui sesuatu. Gadis itu, dia tidak benar benar mencintai Kio. Jadi untuk apa aku menyerah?"

"Sudahlah hentikan. Jika kau kembali berulah, Kio akan semakin membencimu-"

"Bagaimana jika yang terjadi adalah sebaliknya? Bagaimana jika pada akhirnya Kio akan membenci gadis itu dan melepaskannya?"

Matsuo mendengus kesal, ia tidak mengerti kenapa gadis yang ia sukai itu memiliki watak yang keras. "Jikapun itu terjadi, kau tetap tidak akan bisa mendapatkan Kio. Dan mungkin saja jika kau tetap melakukan itu, aku akan benar benar berhenti mengejarmu."

"Ck, siapa yang peduli? Bukankah sejak awal kau sudah tahu jika aku menyukai Kio dan bukan dirimu. Lagipula bukankah kau sudah sangat mencintai gadis itu." Hanna berucap sarkas meski hatinya tengah bergemuruh merasa jengah mengetahui kenyataan itu.

"Ternyata kau benar benar keras kepala," Matsuo membangkitkan tubuhnya dan berbalik untuk kembali meninggalkan gadis itu, "Sepertinya kau benar benar harus mendinginkan kepalamu. Aku pergi." Ucapnya setelah itu ia benar benar pergi dari sana.

.

.

.

.

.

"Matsuo awas!"

Hap!

Refleks Matsuo menangkap bola basket yang hendak melukai kepalanya. Ia kemudian melempar bola basket itu ke arah teman temannya dengan tenaga seadanya. Matsuo beralih mendudukan dirinya di lantai, sebelum Kekai menghampirinya dan menepuk pundaknya keras.

"Hei darimana saja kau?" Kekai mengernyit mendapati Matsuo yang menghela nafas berat, tidak biasanya. "Ada apa denganmu, Suo?"

"Jika aku benar benar bisa menitipkan pesan pada angin, aku akan berpesan padanya untuk segera menyampaikan rasa rindu ku pada jodohku yang masih remang di depan mata." Ucapnya sok puitis.

"Haha! Apa kau sedang patah hati? Bahkan sebelum kau memilikinya? Ck, sungguh kasihan." Bibir Kekai tertutup paksa, menahan tawa. Merasa tak ada respon dari Matsuo, membuatnya sedikit khawatir hingga akhirnya ia menyodorkan sebotol minuman padanya. "Ini minumlah, siapa gadis yang membuatmu patah hati begini untuk pertama kalinya?"

"Aku tidak tahu siapa namanya." Balasnya, berniat tak ingin mengatakannya pada Kekai maupun Akihiko karena orang yang ia sukai sejak lama ialah teman sekelas mereka yang juga adalah anggota band mereka. Namun perkataannya itu kembali membuat Kekai kehilangan kendalinya untuk tidak tertawa keras.

Kekai kembali meletakkan botol minumnya kala Matsuo hanya diam dan tak menolehkan pandangannya padanya. "Bahkan kau tidak mengenalnya? Astaga betapa menyedihkannya dirimu Matsuo. Aku jadi prihatin."

"Ck sudahlah! Eh dimana Kio?"

"Ah dia sedang kencan."

Matsuo memutar bola matanya malas, "Bukankah dia lebih menyedihkan? Berkencan di atap sekolah, benar benar tidak berkelas."

"Setidaknya dia memiliki kekasih, tidak seperti dirimu yang bahkan menyukai seseorang yang tidak kau kenal dan setelah itu kau mengetahui bahwa ternyata dia adalah kekasih orang lain, Buahahaha!!"

"Tidak, dia tidak memiliki kekasih."

"Oh?" Tawa Kekai seakan hilang dalam sekejap, beralih dengan menatap Matsuo bingung. "Bagaimana kau tahu?"

"Tentu saja dia yang mengatakannya padaku." Matsuo berucap pelan sebelum ia bangkit dan kembali menangkap bola yang di lemparkan ke arahnya.

"Bagaimana bisa?"

Buagh!

"Akh!"

"Kau banyak bertanya! Berisik!!" Matsuo kembali merebut bola yang ia lemparkan ke arah Kekai dan berhasil mengenai perutnya. Pria tinggi itu menatap Matsuo tak santai, merasa kesal dengan lemparan tiba tiba yang di lakukan nya. "Ayo berdiri, kau jadi timku!" Dan dengan terpaksa Kekai membangkitkan tubuhnya dan segera berlari ke lapangan.

****

Hanna berjalan menunduk sampai akhirnya di tikungan koridor sekolah ia tak sengaja menabrak seseorang.

"Ah Gomenasai." Ia refleks meminta maaf.

"Apa kau baik baik saja?"

Sampai akhirnya suara yang begitu ia kenal itu menyita perhatiannya, Hanna mendongak mendapati pertanyaan yang ternyata diperuntukkan pada Aihara. Ia menarik sudut bibirnya menertawakan diri sendiri mengetahui seseorang yang selalu ia tunggu itu tengah mencemaskan kekasihnya.

"Aku baik baik saja, Eung Hanna? Apa kau tidak apa apa?"

Hanna berusaha keras untuk mengabaikan pertanyaan Aihara, tapi sorot tajam Akihiko membuatnya harus melakukan itu. "Aku baik." Ucapnya ketus, kemudian ia beralih pada Akihiko yang segera mengalihkan tatapannya ke arah lain, "Kio, apa kau ada waktu? Aku ingin bicara denganmu."

"Hari ini aku sibuk, kenapa tidak kau katakan saja sekarang di sini?"

"Itu, ah lain kali saja." Ia tersenyum paksa sebelum kembali beralih pada Aihara, "Aihara-Chan, maaf sekali lagi." Setelah itu ia pergi dari hadapan mereka. Sungguh hatinya seakan di cabik cabik oleh tingkah manis mereka. Hanna segera mengambil langkah seribu nya untuk segera menggapai kelasnya. Ia benar benar sudah muak, ia muak dengan kenyataan bahwa Akihiko Benar benar mencintai Aihara.

Ia berhasil memasuki kelas mendahului Akihiko, kemudian ia mendudukan dirinya di salah satu kursi di sana. Nafasnya tak beraturan, bahkan kedua matanya sudah di hiasi beningan air yang telah menumpuk di kedua pelupuk matanya. Rasanya sakit sekali ketika jeritan suka harus terus di bekam paksa. Ketika kata cinta yang tak tersampaikan, ketika kepeduliannya selama ini tak disadari. Itu semua amat sangat menyakitkan. Hanna yang selama ini selalu bersikap munafik dengan bersikap seolah tidak merasakan sesuatu yang dinamai cinta, dan sekarang ia menyesali perbuatannya itu. Jika saja ia lebih dulu mengungkapkan perasannya, mungkin saja rasanya tidak akan semenyakitkan ini.

"Heii!! Semuanya lihat aku! Aku punya berita bagus!"

"Ck Apa yang kau lakukan?!"

Hanna segera mengusap kedua matanya berusaha menghilangkan bekas air mata di sana. Ia beralih menatap Matsuo dan Kekai yang baru saja kembali ke kelas dengan seragam basket yang belum mereka ganti. Bukan hal yang aneh memang jika kedua makhluk itu bersikap heboh di kelas. Bahkan Hanna bisa melihat Akihiko sekarang yang sudah mendudukan diri di bangkunya yang berdekatan dengan jendela.

"Jadi, baru saja ada-hmmp!" Kekai menepis paksa tangan Matsuo yang berusaha membekam bibirnya, "BARU SAJA MATSUO DI TEMBAK SEORANG GADIS! Wow, bukankah ini berita yang langka?" Seketika kelas menjadi riuh setelah mendengar ungkapan Kekai, semua orang beralih menggoda Matsuo yang telah mendudukan dirinya dengan rasa jengkel.

Bahkan tak sedikit dari mereka yang memberikan dukungan, namun ada satu gadis yang kian menatap kosong ke depan. Hanna, gadis itu sekarang seperti merasakan kehilangan jiwanya.

Apa katanya?

Kenapa seperti ini lagi?

Semua keegoisannya kenapa harus selalu berbuah pahit.

Entah karena ia terlalu banyak pikiran atau karena semalam ia bergadang dan menghabiskan malamnya dengan tangisan. Kepalanya saat ini terasa begitu pening, bahkan sangat pusing sekali rasanya. Hingga akhirnya Hanna tak bisa lagi menopang tubuhnya dan berakhir dengan terjatuh dari kursi dan tak sadarkan diri.

.

.

.

.

.

Kening itu akhirnya mengkerut dan kedua matanya berkedip kedip menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Perlahan pandangan buramnya menjadi kian jelas. Sorotnya sedikit melebar karena mendapati seorang pria yang tersenyum lega padanya. Dia..

"Syukurlah kau sudah bangun."

Matsuo Asaya.

Hanna berdehem pelan sebelum ia memposisikan tubuhnya untuk duduk di atas ranjang UKS, ia mencoba bersikap se alami mungkin, menggeser dentuman kegirangan di balik dadanya.

"Kenapa kita di sini?" Sebenarnya ia sudah paham betul, ingatannya tertinggal di kelas tadi. Namun ia mencoba untuk sedikit basa basi.

"Kau pingsan, ada apa? Kau sedang tidak enak badan?" Tanya Matsuo lembut, namun terdapat kekhawatiran di setiap kosa katanya.

"Hm."

Matsuo mendengus sebal setelah mendapati respon Hanna yang terkesan acuh, "Kau berharap seseorang lain yang akan menyapa kedua matamu itu saat kau sadar? Cih."

Tidak, Hanna justru merasa sangat senang sekarang dengan mengetahui orang pertama yang menyapa inderanya adalah kau Matsuo.

"Iya." Dan ternyata Hanna kembali dikalahkan oleh egonya. Kata itu, Hanna tak berniat untuk memilihnya keluar dari mulutnya yang akan berakhir dengan menciptakan gurat murka di raut Matsuo.

"Sayang sekali tidak ada yang lebih peduli padamu selain aku."

"Oh ya? Jadi kau tidak akan menerima ungkapan suka gadis itu padamu?" Tanyanya tiba tiba, sesuatu yang mengganjal di hatinya ketika ia terbangun. Hanna kemudian mengedarkan pandangannya ke segala arah dengan raut ketus, menghindari sorot selidik yang Matsuo layangkan padanya.

"Apa ini, jadi kau pingsan karena kau tidak ingin aku jatuh ke pelukan gadis itu?" Sumringah, raut Matsuo seketika cerah ketika sebuah kesimpulan di benaknya berhasil tercipta. Melihat pertanyaan Hanna dan bahasa tubuhnya mampu membuat Matsuo kegirangan oleh sesuatu yang belum pasti kebenarannya.

"Ck, jangan terlalu percaya diri. Karena sejak awal aku membebaskanmu. Kau tahu aku tidak akan pernah menyukaimu, dan karena itu kau berhak dan bebas memilih siapapun, siapapun yang bisa membuat cintamu padaku teralihkan."

Tidak, bukan itu! Bukan itu yang ingin ia katakan. Hanna hanya terlalu labil untuk menentukan perasaan yang ia miliki pada Matsuo, ia hanya terlalu bergantung pada egonya yang mungkin akan membuatnya kembali menyesal untuk yang kedua kalinya.

Sorot Matsuo perlahan turun, dengan Sunggingan sinis yang menyakitkan. 'tidak akan pernah' katanya? Benar, selama ini Hanna memang tidak menunjukkan tanda tanda bahwa ia mulai menyukainya. Gadis itu terlalu mencintai Akihiko yang bahkan tidak meliriknya sama sekali. Apakah selama ini Matsuo sudah melakukan hal yang sia sia? Semenyedihkan itukah kisah cintanya?

Hanna sedikit tersentak ketika mendapati Matsuo bangkit dan pergi meninggalkannya di UKS sendirian. Ia sempat melihat gurat amarah dan kejengkelan di raut Matsuo. Dan itulah yang egonya inginkan, membuat Matsuo menjauh dan membunuh dirinya sendiri dengan penyesalan.

Sekali lagi Hanna, penyesalan lain harus segera kau hadapi.

#TBC#

Terpopuler

Comments

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

🎇🎇🎇🎇

2020-10-30

0

Yakuja

Yakuja

kapan upmya

2020-10-14

0

Rikudo Senin

Rikudo Senin

lanjut

2020-10-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!