"Kalian berbeda tapi nampak sama di mataku."
.
Akihiko menghela nafas pelan, mau tidak mau ia harus mengulur waktu berlatihnya. Ia harus mengajari anak baru Itu, sangat merepotkan!
"Kau mau belajar gitar jenis apa?" Tanya Akihiko, sedang Matsuo dan Kekai sedang bersiap dengan peralatan mereka.
Aihara mengigit bibir bawahnya pelan, ia bingung karena Aihara tidak pernah tahu jenis jenis gitar. Yang ia tahu hanya suara yang di hasilkan gitar milik Roki. "Itu, Aku tidak tahu."
"Ck, Apa?! Kau bahkan- Ah oke." Akihiko meraih gitar Akustik milik Kekai, omong omong studio musik mereka berada di rumah Kekai. "Kau harus mulai dengan ini."
"Seharusnya kau belajar piano lebih dulu, aku bisa mengajarimu. Aku ini pemain piano terhebat di sini!" Ucapan Matsuo mendapat delikan tajam dari Akihiko yang seketika membuatnya bungkam.
"Jangan mengganggunya, Suo!" Bisik Kekai tajam yang di balas dengan delikan Matsuo.
Kedua pria itu akhirnya memutuskan untuk berlatih tanpa Akihiko, pria itu tengah sibuk dengan gadisnya. Grup Band mereka bernama Delight, ada empat personil di dalamnya yaitu Akihiko sebagai gitaris, Matsuo sebagai pianis, Kekai sebagai Drummer dan Hanna sebagai Vokalis. Hanna sedang sangat sibuk hari ini, dia juga seorang ketua osis, maka dari itu ia absent untuk latihan hari ini.
Jrengg~ Jrengg~
"Ambil ini," Aihara menerima gitar yang diberikan Akihiko padanya lalu menatapnya kecewa, "Tekan senar C dan A secara bersamaan, gunakan jari tengah dan jari manismu untuk menekannya." Tapi Aihara tetap diam, menatap gitar itu dengan tatapan kosong.
Suara yang di hasilkan terdengar berbeda...
"Hey!"
"Aku ingin gitar yang lain." Ucap Aihara masih dengan tatapan kosongnya, itu membuat Akihiko mendengus sebal.
"Jika begitu katakan! Kau ingin memainkan gitar jenis apa?!" Ugh, sial. Ini adalah kelemahan Akihiko dia tidak bisa menahan emosinya dengan baik.
"Aku tidak tahu!!"
Cetar!!
Aihara meremat gitarnya terlalu kuat hingga satu senarnya putus. Sadar akan itu ia semakin menundukkan pandangannya begitupun dengan Akihiko yang hanya diam dan memandangnya tajam. Kekai dan Matsuo menghentikan aktivitas mereka ketika mereka pikir Akihiko dan Aihara berada dalam kondisi buruk.
"Hei ada apa? Oh, senarnya putus?" Kekai meraih gitar di pelukan Aihara lalu memeriksa gitar itu.
"Dasar tidak tahu malu!"
"Diam Kio! Aihara kau baik baik saja? Hm? Eh me-menangis?" Aihara telah menyembunyikan kepalanya dibalik lipatan tangannya, Matsuo yang melihat itu semakin merasa geram pada Akihiko. "Dasar pria kasar!! Sudahlah Aihara, berhenti menangis. Aku akan menghajar Kio nanti, hm? Apa kau mau pulang?" Aihara menggelengkan kepalanya masih menyembunyikan wajahnya.
"Ck mau menghajarku? Kau berani padaku?" Akihiko berucap santai sembari melangkah menuju sofa di sudut ruangan bersama Kekai yang tengah mengganti senar gitarnya.
"Tentu saja aku tidak berani!"
Kekai terkekeh mendengar itu. Matsuo hanya berlagak berani di depan gadis itu saja, padahal kemampuan bela dirinya buruk sekali.
"Sudah ku katakan aku tidak bisa mengajarinya."
"Aku tahu, tapi mungkin saja dia ingin bermain dengan gitar lain. Ajari saja dia dengan gitar milikmu."
Akihiko menatap Kekai tak percaya, "Itu gitar listrik, sulit untuk diajarkan kepada pemula seperti dia!"
"Coba saja dulu."
Akihiko kembali menghela nafas berat sebelum mengalihkan pandangannya pada Aihara dan Matsuo yang sudah berdiri di depannya.
"Maaf!" Aihara membungkukkan tubuhnya 90 derajat ke pada Akihiko dan Kekai.
"Tidak apa apa." Hanya senarnya yang putus bagi Kekai tidak apa apa. Tapi berbeda dengan Akihiko, lelaki itu tetap diam memandang Aihara datar.
"Kio, dia sedang meminta maaf. Katakan sesuatu!"
Mengabaikan Matsuo, Akihiko berdiri dan meraih pergelangan tangan Aihara sebelum ia ajak untuk kembali ke tempat semula. Sepertinya Kekai benar, Akihiko harus mengajarinya dengan gitar listrik miliknya. Akihiko kembali menghadap Aihara setelah ia membawa gitar listrik miliknya di belakang Piano milik Matsuo.
Aihara hanya terdiam memandang Akihiko yang sedang mengatur posisi senarnya. Ekspresi itu benar benar mirip dengan Roki, mantan kekasihnya. Kegemaran mereka juga sama, dan sikapnya.., juga benar benar sama. Roki juga sering membentaknya ketika ia keras kepala, tapi pada akhirnya Roki akan memeluknya dan mengucap maaf.
Pelukan hangatnya, ia rindu...
*Jrengg!! Jrengg!!
"Bagaimana? Aku terlihat keren bukan*?!"
Kedua mata Aihara membola sempurna, degupan jantungnya mulai meningkat. Suara itu, gitar Akihiko baru saja menghasilkan suara yang diinginkannya.
"Oke mari kita mulai lagi."
Entah kenapa wajah Akihiko tiba tiba berubah menjadi bayangan Roki dimata Aihara, hal itu membuat tubuhnya gemetar karena degupan jantung terus berdetak cepat.
Greb!
"Tolong ajari aku hingga aku bisa melakukannya! Akihiko tolong bantu aku!"
Akihiko menatap tangan kanannya yang di genggam erat oleh gadis itu, sedang tatapannya begitu bersungguh sungguh. Semenjak di atap sekolah tadi, Akihiko merasa bahwa Aihara sedang memendam sesuatu. Terlihat dari bagaimana Akihiko beberapa kali menangkap tatapan kosong dari gadis itu.
Slash!
"Aku memang akan mengajarimu." Ucap Akihiko setelah menghempaskan genggaman Aihara.
Kekai yang melihat itu menatap takjub ke arah mereka berdua berbanding dengan Matsuo yang berdecih seraya memalingkan wajahnya.
"Sudah kukira Aihara akan menyukainya. Dengan dua petikan saja dia sudah terpesona. Ck ck, pesona Kio memang tidak bisa di ragukan."
"Cih! Berisik!"
****
Matahari sudah terbenam dan hari mulai gelap, tidak mungkin Aihara yang seorang wanita pulang seorang diri. Untuk itu dengan terpaksa Akihiko harus mengantarnya pulang. Karena Matsuo juga akan menginap di rumah Kekai, seharusnya juga Akihiko ikut menginap hanya saja kehadiran gadis itu menghalangi niatnya.
"Aku tidak punya kendaraan, mau naik bus saja?" Tanya Akihiko datar, sedari tadi Aihara terus tersenyum di sepanjang jalan. Membuatnya berpikir apakah gadis itu benar benar baik baik saja?
"Eung, aku bisa pulang sendiri."
"Bagus."
Aihara membulatkan kedua matanya ketika di dapatinya Akihiko berbalik dan kembali melangkah menuju rumah Kekai. Huft, padahal Aihara tidak terbiasa pulang malam seorang diri. Jujur saja ia juga merasa takut.
Plak!
"Awh!"
Mendengar ringisan dari arah berlawanan membuat Akihiko kembali membalikan badannya ke arah Aihara yang di depannya sudah ada seorang wanita yang menatap nyalang Aihara. Akihiko tidak mengerti kenapa kakinya bergerak sendiri berjalan tergesa ke arah Aihara dan secara refleks pula ia menepis tangan gadis itu yang hendak menampar Aihara lagi.
"Apa apaan kau?!" Akihiko menatap nyalang ke arah wanita berambut pendek itu yang juga menatapnya kesal, "Apa kau gila? Menampar orang sembarang?!"
"Heh?" Wanita itu mengangkat sudut bibirnya sebelum ia menatap remeh pada Aihara yang masih tertunduk di depannya. "Dia kekasihmu? Oh, karena ini kau membuatnya pergi? Jadi kau yang pertama memulai semua ini?! Mendapat kekasih baru dalam waktu kurang dari dua Minggu, Aihara.. APA KAU GILA?!!" Gadis itu kembali memberontak namun segera Akihiko tahan.
"Pergilah." Namun Aihara masih tetap diam dan mulai menangis di tempat nya, itu membuat Akihiko geram.
"Menyingkirlah dariku ********!"
"Karoi, Aku minta maaf. Maaf, Maafkan aku."
"Aku tidak butuh maafmu!"
"Ck, sudahlah!" Akihiko menghempaskan tubuh wanita itu hingga terjatuh mengenaskan menimpa aspal, "Maaf." Ia segera meraih lengan Aihara dan membawanya pergi menjauh dari gadis itu.
Bus yang akan menghantar Aihara pulang sudah sampai, mereka kemudian masuk ke dalamnya. Sayangnya mereka tidak bisa leluasa memilih tempat duduk, karena semua kursi sudah di duduki oleh para pekerja yang baru saja pulang. Jadi mereka mau tidak mau harus berdiri dengan sebelah tangan yang menggantung di pegangan bus.
Ini adalah ketiga kalinya Akihiko mendapati Aihara menangis. Dasar gadis cengeng!
"Kau baik baik saja?"
"Eung."
"Setidaknya katakan sesuatu jika hatimu sedang kacau, memendam masalah itu tidak baik."
"Jangan pernah memendam apapun yang membuatmu sakit hati. Aihara, Katakan sesuatu dan aku akan membantumu."
Deg!
Kenapa? Kenapa Akihiko terus saja membuatnya mengingat Roki? Aihara terus merasa sakit ketika mengingatnya.
"Hiks."
Isakan kecil berhasil lolos, Aihara menutup kedua matanya dengan sebelah tangannya. Akihiko yang berada di samping Aihara tentunya mendengar isakan itu dengan jelas. Sebelah tangan Akihiko merangkul sebelah bahu Aihara sebelum ia menghentikan bus dengan seenaknya.
"Kenapa kita berhenti di sini? Rumahku masih di depan sana."
"Orang orang melihatmu! Kau pikir apa yang akan mereka pikirkan terhadapku? Kau berdiri di sampingku!" Akihiko pergi ke minimarket yang kebetulan berada tak jauh dari posisi mereka. Ia kemudian kembali dengan dua kaleng soda dan menyodorkan satu kaleng di tangan kanannya pada Aihara yang masih setia berdiri di tempatnya.
"Terimakasih."
"Siapa gadis tadi? Kau mengenalnya?"
Aihara meremat kaleng di tangannya, "eung-"
"Dia menamparmu sembarangan! Kenapa kau tidak menghindar dan malah diam?!" Geram Akihiko menanggapi sikap Aihara yang hanya menangis dan tak melakukan apapun.
Wanita tadi adalah Karoi, saudara kembar Roki. Tentu saja Aihara tidak bisa membalas perlakuannya, Karoi marah karena dia telah kehilangan kakaknya dan Aihara adalah penyebab dari perginya Roki. Mengucap maaf pun Aihara merasa tak pantas, maaf tidak bisa mengembalikan nyawa seseorang. Dan lagi Karoi sudah salah paham, itu mungkin semakin membuatnya murka pada Aihara.
"Akihiko-"
"Orang orang terdekatku memanggilku Kio."
Aihara termenung sejenak, "A-aku termasuk orang terdekatmu?"
Oh shit! Akihiko tidak tahu harus menjawab apa. Seketika saja kalimat itu terlontar dari bibirnya. "Aku ini kan gurumu! Kau tentu harus memanggil ku dengan panggilan akrab!"
"Ah baiklah, sensei." Senyuman Aihara terbit membuat wajahnya seakan bersinar, "Rumahku berada tak jauh dari sini, aku harus pulang sekarang." Akihiko segera tersadar dari pesona Aihara, ia benar benar merutuk dalam hati.
"Aku akan mengantarmu sampai tiba di rumahmu." Akihiko hanya khawatir jika ia kembali membiarkannya pulang seorang diri, gadis itu akan kembali di sakiti seseorang. Ini murni karena rasa iba yang manusiawi yang Akihiko miliki, tidak ada maksud apapun!
"Ah iya, terimakasih."
Mereka kemudian jalan beriringan di bawah cahaya bulan. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam, mungkin karena masih merasa canggung. Akihiko salah satunya, dia terus merutuki dirinya dalam hati karena bisa bisanya dia begitu mengkhawatirkan seseorang, padahal itu bukanlah dirinya. Sementara Aihara ia seakan bertemu kembali dengan Roki, Akihiko dan Roki seakan satu orang yang sama, sedikitnya itu bisa mengobati rasa rindunya pada Roki.
"Bukan hanya dengan menangis, kau juga bisa membagi bebanmu padaku." Tiba tiba saja Akihiko berucap seperti itu membuat Aihara tersenyum di balik gelapnya malam.
#TBC#
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Aska
lanjut
2020-10-13
0
Keyzo yanndy
upbya kapan
2020-10-13
0
Rikudo Senin
uup
2020-10-13
0