Prana mengerjapkan matanya beberapa kali. Cowok itu lantas meraih ponsel di atas nakas. Diliriknya layar ponsel dengan logo apel yang menampilkan pukul 04.30 itu. Ia menggeliat di ranjang dan setelahnya segera bangkit dari sana.
Ingatan kejadian semalam mengacaukan pikirannya. Prana mengacak rambutnya gusar. "Apa gue perlu minta maaf, ya?" gumamnya. Ia pun cepat-cepat membersihkan diri dan mengambil air wudu.
Seusai dari kamar mandi, cowok itu menghampiri kamar Anggi untuk mengecek istrinya itu sudah bangun atau belum. Kakinya melangkah pelan memasuki kamar istrinya dan ternyata Anggi belum bangun dari tidurnya.
"Tumben," gumam Prana lirih.
"Bangunin nggak, ya?"
Ragu tapi pasti, Prana akhirnya memberanikan diri untuk membangunkan istrinya. Ia duduk di tepi ranjang lalu membelai lembut rambut istrinya. Tak lama, Anggi segera membuka mata karena merasa ada yang menyentuhnya. Sama seperti cewek itu, Prana pun juga sama kagetnya.
"Mas?" sapanya dengan nada serak.
Prana jadi kikuk karena terciduk membelai rambut Anggi. "Salat, yuk!" ajaknya dengan nada kaku, seperti orang yang baru berbicara dengan orang asing.
Anggi lantas tersenyum samar. Ada sedikit rasa bahagia yang menyeruak dalam dadanya. Bagaimana tidak? Ini pertama kalinya suaminya itu mengajaknya salat berjamaah. Ia mengangguk setelahnya dan cepat-cepat menuju kamar mandi.
Sembari menunggu istrinya selesai dari ritual paginya, Prana mengenakan peci dan sarungnya. Cowok itu jadi lebih tampan sepuluh kali lipat dari biasanya saat berpakaian seperi itu. Aura solehnya seketika keluar, membuat siapa saja pasti terenyuh karena paras dan penampilannya.
Anggi keluar dengan tatapan bengong saat melihat suaminya duduk di ranjangnya dengan pakaian rapi. Cewek itu tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Ia tak sanggup berkata-kata saat memandang Prana seperti itu. Suaminya memang sangat tampan. Hidung mancung, mata indah, bibir merah, dan rahang yang bagus. Nyaris sempurna. Bisa-bisa Anggi diabetes karena terus melihat ketampanan suaminya.
"Kamu ngapain natap aku kaya gitu?"
Anggi jadi gelagapan karena terciduk mengamati suaminya diam-diam. "Nggak apa, Mas. Ganteng," jawabnya sambil menyengir kuda. Cewek itu jadi gugup sendiri.
"Suka punya suami ganteng?"
Mengapa harus pertanyaan itu? Tentu saja Anggi sangat suka dan bahagia. Tak hanya tampan saja, suaminya itu diakuinya pintar dan multitalenta. Semuanya bisa dilakukannya. Prana merupakan suami idaman para kaum hawa.
"Apa sih, Mas!" Cewek itu segera memalingkan pandangnya dari Prana dan cepat-cepat mengenakan mukenanya. Anggi sampai kewalahan menyembunyikan merah merona di kedua pipinya.
Sementara, Prana menatap istrinya dengan senyum-senyum tidak jelas dari tadi. Entah mengapa rasanya ia nyaman saat berada di dekat Anggi seperi sekarang ini. Prana mengakui istrinya memang cantik dan baik. Tapi, mengapa cowok itu tidak juga mencintainya?
"Udah siap?" tanya Prana saat melihat Anggi sudah berdiri di belakangnya sembari menggelar sajadah. Anggi pun mengangguk dan mereka melaksanakan salat Subuh dengan kusyuk.
Seusai salat, seperti layaknya seorang makmum pada imamnya, Anggi meraih dan mengecup punggung tangan suaminya lembut. Tanpa disangka-sangka, ternyata Prana juga mengecup puncak kepala istrinya setelah itu. Anggi tak bisa mendeskripsikan perasaannya kini. Rasanya sangat bahagia.
"Tumben Mas?"
Prana mengernyitkan dahi mendengar pertanyaan istrinya. Setelah paham apa yang dimaksud Anggi, Prana lantas menanggapi, "Maaf soal kemarin. Aku boleh tahu soal tangan kamu?" tanyanya ragu. Nadanya amat lembut dari biasanya.
Kenapa Prana menanyakan hal itu? Padahal, Anggi sudah susah payah melupakan kejadian semalam dan suaminya justru mengungkitnya lagi.
"Nggak perlu minta maaf, Mas. Lagian tanganku nggak papa. Soal kenapa bisa gini, apa pedulinya kamu?"
Seketika ada suatu benda tajam yang seolah mengiris hati Prana. Rasanya sakit sekali saat istrinya mengucapkan kalimat itu. Prana jadi merasa sangat bodoh di saat seperti ini.
"Nggi. Aku udah minta maaf, kan?"
"Aku udah maafin Mas. Aku cuma agak kecewa aja Mas kaya gitu. Aku juga sadar diri kalau aku emang nggak ada artinya di hidup Mas, kan?"
Anggi benar-benar meluapkan unek-uneknya waktu itu. Ia tak tahan lagi menyimpannya sendiri. Suaminya harus tahu apa yang dirasakannya selama ini. Prana akhirnya mulai membuka mata dan hatinya. Ia amat merasa bersalah dan tidak tega melihat istrinya jadi murung seperti itu. Cowok itu menginginkan senyum Anggi kembali bagaimanapun caranya.
***
Malamnya, Prana mengajak Anggi makan malam di luar. Hitung-hitung sebagai permintaan maafnya kali ini.
"Makan ke restoran, yuk?" ajaknya dengan senyum tulus tercetak di bibir indahnya.
Kedua alis Anggi justru terpaut, menyiratkan keheranannya. Tumben, batinnya. "Restoran? Jangan ah, pasti mahal-mahal." Anggi menolak. Benar saja, Prana memang berniat mengajak istrinya makan malam di sebuah restoran termewah di kota itu.
"Makan tahu lontong aja, yuk!" Seperti anak kecil, Anggi tiba-tiba girang sendiri membayangkan sepiring tahu lontong di depannya.
Prana pun mengangguk mantap. Cowok itu bersyukur memiliki istri seperti Anggi yang lebih menyukai kesederhanaan dan tidak suka kemewahan yang fana.
***
Anggi benar-benar seperti anak kecil bila sudah berhadapan dengan yang namanya tahu lontong. Ia sangat lahap saat menyantap seporsi tahu lontong pedas di depannya. Kini, pasangan itu sedang menikmati hawa sejuk malam hari sambil menyantap tahu lontong di bawah tenda pedagang kaki lima yang menjual tahu lontong favorit Anggi.
"Mas makannya kok dikit banget sih?" Sembari terus memasukkan sendok ke dalam mulutnya, Anggi juga terus mengomentari porsi makan suaminya.
"Udah nggak papa, kamu aja yang makan. Aku udah kenyang. Mau aku pesenin lagi? Kelihatannya laper banget," balas Prana dengan kekehan kecil di akhir kalimat.
"Udah-udah Mas. Ini banyak banget. Maaf ya, Mas kalau aku makannya jadi kelihatan rakus gini. Abisnya enak banget!" Anggi berseru ria. Cewek itu benar-benar kalap karena tahu lontong yang menurutnya sangat nikmat itu.
Rasa bahagia menyeruak dalam dada Prana. Cowok itu senang karena akhirnya istrinya bisa tersenyum lagi.
"Kamu itu lucu ya," ujarnya sambil tersenyum tipis, membuat ketampanannya bertambah berkali lipat saat tersenyum seperti itu.
"Apa sih, Mas." Anggi jadi malu-malu kucing karena dibilang lucu oleh orang yang dicintainya. Ternyata suaminya bisa menggombal juga.
“Nggi, maaf ya sebagai suami aku nggak bisa jaga kamu.”
“Jangan minta maaf, Mas. Lagian aku sendiri yang kurang bisa jaga diri.”
“Lain kali kalau ada apa-apa langsung hubungi aku, ya.”
“Siap.”
“Kamu cantik, ya.”
“Kamu ngomong apa, Mas? Maaf tadi nggak denger, kemakan suara truk lewat.”
Sial, gerutu Prana dalam hati. Kenapa harus ada truk lewat, gumamnya sangat lirih sampai tidak terdengar.
“Kamu punya cita-cita apa?” Prana akhirnya mengalihkan topik. Tidak mungkin ia mengulangi ucapannya yang tadi. Bisa-bisa Prana jadi malu sendiri karena berani memuji istrinya.
“Oh, itu. Nggak banyak sih, Mas. Aku pengin banget bisa keliling Indonesia. Aku pengin menjalani hidupku dengan hal-hal yang aku suka. Sementara ini itu aja sih," jawab Anggi sembari merampungkan santapan terakhirnya dan meneguk es jeruk di depannya.
“Ya udah nanti kita keliling Indonesia, ya?” Prana tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya.
“Serius?" Wajah Anggi berbinar dan kedua matanya membulat tidak percaya.
"Memangnya kamu mau sama aku terus? Kalau nanti ternyata kita nggak cocok gimana? Kalau ternyata ada yang lebih baik dari aku terus kamu pilih yang lain gimana?” Entah mengapa, Anggi suka sekali berbicara yang tidak-tidak. Cewek itu hanya sadar diri.
“Kok kamu ngomongnya gitu sih.”
“Emangnya kamu pernah cinta sama aku?”
Pertanyaan itu. Bagaimana Prana harus menjawab? Ia masih belum bisa memastikan perasaannya pada istrinya saat ini.
“Mungkin.” Ya, kata itu hanya bisa ia kubur dalam hatinya. Prana tidak berani mengatakannya langsung.
***
Prana ngos-ngosan setelah membopong istrinya ke kamar. Berat badan Anggi ternyata lebih berat dari dugaannya. Ya, cewek itu ketiduran selama di mobil sejak dari makan malam di luar tadi. Suaminya tidak tega untuk membangunkannya, jadi mau tidak mau ia harus menggendong Anggi sampai ke kamarnya.
“Aku cinta kamu, Mas.” Anggi mengigau dalam tidurnya sambil mencengkeram pergelangan tangan Prana dengan kuat hingga membuat suaminya itu tak bisa beranjak dari sana.
“Apa itu benar, Nggi? Kalau kamu emang tulus, tolong doakan aku supaya bisa segera mencintai kamu, ya." Prana hanya bisa mengatakan itu. Meski Anggi tak bisa mendengar karena sudah di alam mimpi, namun Anggi pasti mendoakan suaminya setiap hari.
Cowok itu lantas membelai lembut rambut istrinya dan mengecup keningnya. Ia memandang wajah itu sebentar, membenarkan selimut yang menutup tubuh istrinya, lalu bergegas keluar kamar Anggi dan menuju kamarnya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
ayyona
jejak di sini 😍😎
2020-09-29
1
Galuh
hadir
2020-09-24
1
rin's
sampai sini dulu lah nanti lagi lanjutnya
2020-09-03
1