Hari ini genap seminggu sudah kepergian sosok yang paling disayangi oleh Anggi. Tuhan lebih sayang pada Noto dan Anggi nampaknya lambat laun mulai mengikhlaskan kepergian pria itu.
Sebuah bingkai usang yang di dalamnya menampakkan potret seorang anak kecil dengan gaun pink mini yang membungkus badan mungilnya terpajang di ruang tamu sempit berukuran 3×4 meter. Terlihat anak kecil itu membawa bunga mawar merah sambil memeluk seorang pria berumur 35 tahun.
Anggi masih saja setia berdiri di depan bingkai berukuran lumayan besar tersebut. Matanya tak bisa lepas dari potret dua manusia di dalamnya. Namun, pandangannya kosong dan air mata sudah tidak bisa mengalir lagi. Ia harus kuat. Ia harus bangkit. Ia tak boleh berlarut-larut dalam kesedihan ini. Ia harus bahagia demi kebahagiaan ayahnya pula di surga sana.
Suara ketuk pintu menghancurkan lamunannya. Cewek itu menoleh dan bergegas menuju pintu utama untuk membukanya. Kedua matanya berbinar dan mulutnya terbuka lebar karena terkejut kala mendapati dua orang yang sedang berdiri di hadapannya.
"Om Rizal sama Tante Fitri? Mari masuk!" serunya girang. Anggi melirik barang bawaan mereka dan langsung membuka pintu lebar-lebar.
Setelah mempersilakan mereka masuk, cewek itu lantas berlari kecil menuju dapur untuk mengambilkan suguhan. Tak lama setelahnya, ia kembali menghampiri Rizal dan Fitri yang sudah duduk manis di sofa ruang tamu membawa dua gelas air putih beserta beberapa biskuit.
"Kok Om sama Tante nggak ngabarin aku dulu sih? Kan jadinya aku nggak nyiapin apa-apa kalau mendadak gini," omel cewek itu lalu duduk di samping Fitri.
"Ini namanya kejutan Sayang," ujar Fitri sembari membelai rambut keponakan kesayangannya.
Rizal menegakkan tubuhnya. Wajahnya tiba-tiba berubah muram dan menatap Anggi penuh sendu. "Kita turut berduka atas kepergian ayah kamu, kakak saya, ya Nggi. Maaf karena kita nggak sempat melayat dan ikut memakamkan ayah kamu. Kita benar-benar nggak bisa pulang waktu itu karena ibunya tantemu juga sedang sakit keras waktu itu," ucapnya penuh prihatin.
"Iya, Om. Nggak apa, aku juga maklum. Oh iya, gimana Tan kabar Nenek Vivi?"
"Alhamdulillah sekarang dia udah jauh lebih baik, Sayang," jawab wanita itu.
"Alhamdulillah."
Anggi sedikit memajukan posisi duduknya. "Kalian datang jauh-jauh dari Malaysia loh. Pasti ada keperluan penting di sini, ya Tan?"
Rizal mengembangkan senyumnya. "Kamu nggak salah, Nggi. Kita ke sini memang ada perlu," jawabnya antusias.
Fitri juga ikut tersenyum pada Anggi. Perasaan bahagia seketika menyeruak dalam dadanya. "Iya, Sayang. Kita ke sini buat jadi wali salah satu saudara Om Rizal yang akan menikah di sini. Kedua orang tuanya udah nggak ada dan dulu ayahnya sempat berpesan pada om kamu untuk bersedia menjadi wali nikahnya kelak," tambah wanita berusia tiga puluh tahunan itu.
Anggi yang mendengarnya pun hanya manggut-manggut paham. Rasanya ingin bertanya lebih jauh lagi, namun keinginan itu segera ia urungkan karena merasa bukan urusannya.
"Kalian nginep di sini aja, ya? Biar aku siapin dulu kamarnya," kata Anggi bersemangat. Cewek itu tentu akan menerima kehadiran mereka dengan sangat senang hati mengingat dirinya kini tinggal seorang diri di rumah kecil itu.
"Boleh."
***
"Anggi! Udah siap belum?" Seorang pria berusia kepala empat itu terdengar berteriak dari arah ruang tamu. Ia pun segera mengenakan sepatunya.
"Iya, Om! Anggi udah siap nih," pekik Anggi dari dalam kamarnya. Cewek itu segera merapikan rambutnya dan bergegas keluar kamar untuk menghampiri om beserta tantenya yang sudah menunggunya di ambang pintu utama.
"Cantiknya keponakan Tante." Fitri memuji kecantikan Anggi sambil menangkup pipi kirinya. Matanya tidak menipu, wanita itu benar-benar tulus dan jujur memuji keponakannya tersebut.
Anggi yang dipuji hanya bisa malu-malu. Kedua pipinya merah merona. "Ah! Tante bisa aja. Lagian kenapa sih Tan, Om kok ngajak aku? Kan, yang menikah saudaranya Om Rizal," tanyanya bingung. Pasalnya cewek itu tidak ada sangkut pautnya dengan pernikahan ini.
Fitri melirik ke arah Rizal. Keduanya sama-sama tersenyum gemas. "Boleh, kan pinjam badan kamu buat ukuran baju pengantinnya saudaranya Om Rizal? Ya, ukuran badan kalian kurang lebih samalah," izin Fitri.
"Memangya saudaranya Om kemana?"
"Dia sedang sibuk sekarang ini, Nggi. Katanya nggak bisa datang buat fitting hari ini," jawab Rizal penuh pengertian.
"Oh, jadi gitu ya. Ya udah, aku mau kok. Yuk berangkat!" ajaknya antusias. Cewek itu memang suka sekali mencoba hal-hal yang baru. Melihat-lihat gaun pengantin mungkin akan dapat sedikit mencuci matanya sekaligus dijadikan sebagai bahan ide untuk koleksi sketsa-sketsa desainnya. Anggi memang suka hal-hal berbau kreativitas.
***
"Bagus banget tempatnya!"
Kedua bola mata cewek dengan wajah imutnya itu terlihat begitu berbinar kala dirinya masuk ke dalam salah satu butik yang menjual beragam gaun pengantin termahal di kotanya.
Mereka bertiga terus berjalan dan mulai memasuki suatu ruangan yang sepertinya merupakan ruangan VIP di butik tersebut. Langkah kaki Anggi seketika terhenti saat matanya menangkap sosok yang sedang duduk tegap di sofa ruangan tersebut.
"Prana! Kok kamu di sini?"
Cowok yang tadinya fokus menatap layar ponsel bermerek Apple itu lantas menoleh cepat ke arah Anggi. Ekspresinya kali ini berbeda daripada biasanya yang selalu terlihat ceria. Wajah itu kini menjadi lesu dan kucel.
Anggi segera mendekati Prana dan duduk di sebelahnya. Namun, cowok itu justru membuang muka dan beralih menatap Fitri beserta Rizal secara bergantian. Rizal mengangguk sebagai suatu isyarat. Entah apa itu, akan tetapi Prana juga terlihat mengangguk paham.
Cewek itu tidak mengamati interaksi tersebut. Dirinya masih setia memandang Prana dari bawah hingga atas. Setelah menyadari sesuatu, Anggi dengan cepat menoleh ke arah om dan tantenya lalu kembali menatap wajah Prana yang masih tidak mau menatapnya balik.
"Oh! Aku tau, kamu pasti saudaranya pengantin prianya, ya? Adik sepupunya? Atau kakak sepupunya? Eum, apa justru saudara kandungnya? Kok nggak pernah cerita sih?" Anggi terus mengomel, merasa kalau hanya ia yang tidak tahu apa-apa di sana. Namun, Prana masih belum selera menatap cewek di sampingnya. Entah mengapa cowok itu menjadi cuek dan dingin seperti itu.
"Iya, dia saudara pengantin prianya. Jadi figur juga buat kostum pengantin prianya." Rizal menjelaskan dan disambut anggukan kepala oleh Anggi.
"MasyaAllah, jadi ini pengantin wanitanya? Cantik sekali." Seorang laki-laki yang berjalan dengan lihai seperti seorang perempuan itu memuji Anggi. Lagi, Anggi memang cantik, jadi siapa pun akan dengan mudah memuji parasnya.
"Bukan, saya cuma mewakili saja," balas Anggi ramah. Cewek itu berusaha menahan tawanya.
"Yuk, kalau gitu ikut Eyke. Eyke ada gaun yang pas buat Nona cantik ini."
Anggi menurut dan mengikuti laki-laki itu dari belakang. Beberapa menit setelahnya, Anggi keluar dengan gaun berwarna soft pink yang sangat megah nan anggun yang membungkus badan mungilnya. Mirip sekali dengan gaun yang ia kenakan waktu perayaan ulang tahunnya yang ke-7 tahun.
Prana kini akhirnya mau memandang cewek itu. Matanya bahkan tak berkedip meneliti Anggi dari bawah sampai atas. Cantik, pujinya dalam hati.
"Cantiknya keponakan kesayangan Tante." Fitri segera berhambur memeluk Anggi. Wanita itu tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.
"Gimana, Pra? Cantik, kan?" tanya Fitri sengaja memancing Prana.
Prana yang masih dengan wajah datar dan dinginnya hanya mengangguk samar. Matanya lagi-lagi kembali menatap layar ponselnya seolah benda persegi itu lebih penting dibandingkan Anggi. Belum ada satu kata pun yang terucap dari mulutnya. Tidak seperti biasanya yang selalu banyak bicara di hadapan Anggi. Cowok itu benar-benar jengah sekarang.
"Sekarang gantian kamu, Nak Prana," ujar Rizal.
Barulah setelah itu Prana mengeluarkan satu kata 'baik' lalu bangkit menuju kamar pas bersama karyawan butik tadi.
***
[Baca sampai akhir yaa]
Hai, semua pembaca "PERNIKAHAN WASIAT"!
Apa kabar?
Yuk! Dukung author dengan cara rate BINTANG 5, VOTE, LIKE, COMMENT, SHARE ke teman-teman kalian, dan tambahkan ke FAVORIT supaya author makin semangat buat nulis kelanjutan kisah mereka. Oke?
COMMENT pendapat dan saran kalian buat bab ini, dong ya? Biar gak sider juga, hehe.
TERIMA KASIH BANYAK!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Bukan pembaca gelap
like kak
2020-10-12
1
Erlina Khopiani
like
2020-10-05
1
Radin Zakiyah Musbich
keren thor... ❤️❤️❤️
🦊ijin promo ya🦊
jgn lupa mampir di novel dg judul "AMBIVALENSI LOVE"
kisah cinta beda agama.... 🦊
ku tunggu feed back nya ya 🙏🙏🙏😁
2020-10-01
1