Pukul 02.30 Anggi sudah bangun dari tidurnya. Cewek itu memang sengaja memasang alarm di jam tersebut untuk melaksanakan salat Tahajud sekaligus mengerjakan tugas sekolahnya yang belum sempat tuntas kemarin karena kecapean.
Anggi mengucek matanya dan segera bangkit dari ranjang. Cewek itu lantas berjalan menuju kamar mandi untuk berwudu dan setelahnya melaksanakan salat Tahajud. Seusai salat, ia merasa haus dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke dapur mengambil air mineral.
Cewek itu menuruni setiap anak tangga dengan hati-hati. Di anak tangga yang terakhir, Anggi mendengar suara dari ruang keluarga. Karena penasaran, ia lantas berbelok ke kanan menuju sumber suara. Jalannya ia pelankan karena merasa takut. Bisa saja maling, kan?
Langkahnya berhenti tepat di belakang sofa berukuran jumbo yang terletak di depan televisi. Ternyata suara tadi merupakan suara dari televisi tersebut sehingga hatinya sedikit lega. Mungkin, suaminya lupa mematikan televisi sebelum tidur. Namun, kedua matanya seketika membulat saat mendapati Prana berbaring di atas sofa itu. Cewek itu dengan sigap berlari menuju kamar Prana yang letaknya di sebelah kamarnya sendiri.
Diambilnya selimut dan bantal dari sana dan sesudahnya Anggi segera berlari kembali menuju ruang keluarga. Tangan cewek itu terulur menyelimuti tubuh Prana dengan selimut lalu beralih mengangkat kepala suaminya itu. Betapa gemetarannya kedua tangannya saat tiba-tiba Prana menggeliat. Melihat respon tersebut, Anggi lebih berhati-hati saat meletakkan bantal di bawah kepala Prana. Cewek itu tidak mau kalau sampai membangunkan suaminya.
Setelah urusannya itu selesai, Anggi hendak meninggalkan suaminya. Namun, tiba-tiba tangannya dicekal oleh Prana sehingga ia tidak bisa berkutik lagi. Cewek itu sampai deg-degan karena perlakuan yang tiba-tiba itu.
"Jangan pergi ya," igau Prana samar-samar, tapi masih terdengar di telinga istrinya.
Dengan penuh hati-hati istri Prana itu melepaskan genggaman tangan suaminya dari pergelangan tangannya. Setelah merasa Prana kembali terlelap dalam tidurnya, Anggi segera melanjutkan tujuan awalnya yang sempat tertunda tadi, yakni mengambil air mineral ke dapur.
***
Alarm dari ponsel Anggi kembali berdering. Kini, jam menunjukkan pukul 04.30 dan azan Subuh sudah mulai berkumandang. Beruntung, tugas sekolahnya selesai tepat waktu pagi ini sehingga ia bisa menyiapkan diri untuk pergi ke sekolah lebih awal. Ia pun menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan berwudu.
Sepuluh menit kemudian, cewek itu keluar dari kamar mandi lalu mengenakan dasternya. Ya, satu fakta yang perlu kalian tahu kalau Anggi memang lebih suka memakai daster bila berada di rumah. Cewek itu lantas memakai mukenanya dan menggelar sajadah. Namun, Anggi tiba-tiba terdiam di tempat. Ia tengah menimbang-nimbang apakah ia perlu membangunkan suaminya untuk salat Subuh berjamaah atau tidak.
Dan seolah malaikat membisikinya, ia tergerak untuk berani membangunkan Prana. Cewek itu cepat-cepat menuju ruang keluarga.
"Mas? Bangun yuk, kita salat Subuh berjamaah," ajaknya sambil mengguncang pelan lengan suaminya.
Detik berikutnya, Prana menggeliat dan perlahan mengerjapkan kedua matanya. Ekspresinya langsung berubah saat mendapati sosok yang tidak disukainya tengah berdiri di hadapannya.
"Lo nggak perlu bangunin gue kaya gini. Gue juga biasanya bangun sama salat sendiri tanpa ada yang bangunin. Lo salat duluan aja, gue masih ngantuk," pungkas Prana pedas membuat hati istrinya teriris.
Anggi tentu tersentak melihat respon suaminya yang seperti itu. Apa salahnya jika seorang istri membangunkan suaminya untuk salat berjamaah?
"Ya udah, aku salat duluan ya, Mas."
Tanpa tanggapan lagi dari suaminya, cewek itu kembali menuju kamarnya untuk melaksanakan salat Subuh sendirian tanpa seorang imam. Jadi, di sini siapa yang salah? Anggi tidak menginginkan apa pun dari Prana, ia hanya bisa berharap suaminya itu segera sadar akan tanggung jawabnya sebagai imam keluarganya.
Seusai salat, Anggi mengenakan seragam putih abu-abunya dan mengambil tas sekolahnya. Tak lupa ia memoles wajahnya dengan bedak dan lipbalm tipis supaya tidak terlihat terlalu pucat. Ia pun menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.
Baru selangkah ia menuruni anak tangga, hatinya lagi-lagi tergerak untuk menilik suaminya di ruang keluarga. Betapa leganya Anggi saat melihat Prana tengah melaksanakan salat Subuh di depan televisi. Pasang matanya tak bisa lepas dari wajah tampan suaminya. Songkok dan sarung yang dikenakan Prana seakan menyejukkan hatinya. Hatinya kembali berdesir untuk kesekian kalinya. Ternyata suamiku memang sangat tampan, gumamnya lirih.
"Astaghfirullah, sarapannya!" pekik Anggi lirih saat menyadari kalau jam terus berjalan. Sudah lima menit ini cewek itu memandangi suaminya.
Perlahan cewek itu menuju dapur dan ternyata Ijah sudah siap sedia di sana. Sepertinya asisten rumah tangga itu tengah menyiapkan sarapan untuk mereka.
"Wah! Mbak Ijah rajin banget," seru Anggi saat menghampiri Ijah yang tengah berdiri di depan kompor.
Ijah sedikit kaget dan menoleh ke arah Anggi. "Mbak Anggi ngagetin saya aja. Iya, Mbak ini saya lagi nyiapin sarapan buat Mbak Anggi sama Tuan Muda," katanya menjelaskan sembari terus fokus mengaduk telur dalam mangkuk di tangannya.
"Bikin nasi goreng, ya Mbak? Sini biar aku aja yang masak," ujar Anggi merebut mangkuk berisi telur kocok dari tangan Ijah.
Ijah terlihat panik. "Eh, jangan Mbak. Nanti seragam Mbak Anggi kotor," larang Ijah berusaha membujuk Anggi untuk tidak memasak pagi ini. Pasalnya, Anggi memang sudah mengenakan seragam sekolahnya dan Ijah tentunya tidak mau kalau sampai seragam itu kotor nantinya.
Anggi justru tertawa kecil mendengar kalimat Ijah. "Mbak Ijah ini kaya apa aja. Aku kan udah gede. Aku bisa hati-hati, oke? Lagian aku juga udah biasa gini kok, Mbak," jelasnya membuat Ijah mengangguk paham. Walau begitu, Ijah masih setia mengamati gerak-gerik majikannya, takut jika masakannya lompat ke seragam Anggi.
"Tapi, Mbak."
"Udah, ini biar aku yang tanganin. Kamu boleh ngerjain yang lainnya," tutur Anggi.
"Eh, Mas udah selesai siap-siapnya?" tanya Anggi saat menyadari kehadiran suaminya.
Seperti biasa, Prana tidak menanggapi. Cowok itu justru menuju kulkas untuk mengambil selembar roti dan selai cokelat dari sana.
"Ini aku masakin nasi goreng buat sarapan, Mas. Mas suka pedas atau nggak?" tanyanya lagi masih berusaha mengambil perhatian suaminya.
Prana berjalan menuju meja makan dan duduk di salah satu kursi. Cowok itu lalu memberi isyarat pada Ijah untuk keluar dari dapur dan dibalas anggukan dari asisten rumah tangganya itu. "Istri itu harus tau kebiasaan suaminya," sindir Prana tajam membuat Anggi tercekat di tempatnya.
"Iya, Mas ini aku juga masih belajar," balasnya dengan nada amat lembut.
Prana dengan cepat menghabiskan rotinya dan kemudian menyeka bibirnya dengan tisu di atas meja makan. Sementara, Anggi duduk di seberangnya sambil membawa nasi goreng buatannya.
"Loh, Mas? Udah sarapan? Nggak makan sama nasi goreng ini?" tanyanya halus.
"Gue tadi udah bilang. Istri itu harus tahu kebiasaan suaminya. Gue nggak suka sarapan yang berat-berat. Cukup roti sama selai aja," ucap Prana penuh penekanan membuat Anggi lagi-lagi harus terpojokkan.
Cewek itu lalu mengangguk dan menyantap nasi goreng buatannya sendiri. Kecewa? Tentu saja. Anggi berharap Prana mau mencoba dan memberi nilai masakannya. Namun, nihil. Cowok itu memang sangat kaku dan dingin. Dan perihal sarapan roti? Bagaimana Anggi tahu kalau suaminya sendiri saja tidak mau memberitahu? Terlebih, mereka baru saja menjadi pasangan suami-istri dan hampir tidak ada perbincangan hal-hal kecil seperti itu di antara mereka sampai saat ini.
Prana menatap tajam istrinya. "Biasain panggil nama aja. Nanti jadi kebiasaan sampe di sekolah lagi," nasehatnya membuat Anggi mengangguk lagi.
Cowok itu kemudian bangkit dari kursinya. "Bareng apa berangkat sendiri? Kalau bareng cepet, gue nggak suka cewek lelet," tawarnya, namun terdengar seperti orang yang tidak ikhlas.
Tanpa menunggu jawaban dari istrinya, Prana melenggang begitu saja menuju garasi mobil. Tanpa pikir panjang, Anggi segera memakai sepatunya dan berlari mengejar Prana sebelum suaminya itu tega meninggalkannya.
"Tunggu, Mas!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
ayyona
narik napas duyu 😅
2020-09-29
1
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 𝓐ⷨ𝖒ⷷ𝖊ᷞ𝖑𝖑♛⃝꙰ ❤
haii thorr maaf aku baru mampir dan kasih 5 like dulu semangat teruss
salam dari " Cerit Kita"
" Terbukanya Mata Batin"
2020-09-27
1
Anita Jenius
Ceritanya bagus banget
2020-09-26
1