Prana Membutuhkan Anggi

"*****, gue telat!"

Prana kalang kabut mencari celah untuk bisa masuk ke dalam gedung sekolah tanpa diketahui oleh para guru yang sedang bertugas. Terlambat merupakan salah satu kata yang tidak ada di dalam kamus hidupnya. Namun, akhirnya ia berjumpa juga dengan kata tersebut.

"Woy!" Dion menoyor kepala Prana, membuat cowok itu mengaduh kesakitan.

"Kampret lo, Nyet! Gue kira Pak Bambang," gerutu Prana kesal karena Dion datang tiba-tiba dan membuatnya terkejut.

Dion pun cekikikan puas melihat ekspresi kaget dari temannya itu. "Tumben lo telat," sindirnya sambil memicingkan matanya.

"Lagi banyak pikiran gue semalem," jawab Prana jujur. Cowok itu memang sedang galau-galaunya sekarang.

"Uluh-uluh, Bang. Miris amat idup lo, udah kaya gue yang jones aja," eluh Dion sambil mencebik, membuat Prana menatapnya jijik.

"Makanya nikah biar gak jones," ejek Prana.

"Nikah mbahmu! Mentang-mentang udah nikah aja sombong lu!" semprot Dion balik, merasa diremehkan temannya itu.

Prana hanya bisa tertawa mendengar respon sahabatnya. "Kaya gue gini dong, Man! Gentle, langsung nikah. Gak kayak lo, cupu!" ejek Prana lagi-lagi membuat Dion semakin jengkel karenanya.

"Alah, nikah tapi sekarang ditinggal istrinya. Biar apa coba? Kasihan amat lo, Nyet."

"Iya juga sih, ya. Gundah, gelisah, merana gue. Gue telat gini juga gara-gara gak ada yang bantu gue nyiapin sarapan sama yang lainnya. Biasanya Anggi yang nyiapin semua keperluan gue soalnya." Prana meringis mengingat ceritanya bersama Anggi yang ternyata tidak semulus yang ia bayangkan.

"Makanya punya istri itu dijaga! Jangan disakitin hatinya. Inget, Pra! Karma lo nanti. Dia itu tulus sama perhatian banget sama lo. Lo sebenernya udah cinta belom sih sama Anggi?" tanya Dion penasaran.

Hati Prana seketika berkecamuk mendengar kata 'Anggi'. Cowok itu dibuat bingung sendiri dengan perasaannya saat ini. "Nggak, gue nggak bakal cinta sama dia. Lo tahu sendiri, kan gue masih naroh harapan sama Rena," jawab Prana bohong pada akhirnya. Cowok itu hanya berpura-pura. Anggi sebenarnya kian gencar mulai memasuki ruang hatinya yang kosong, menggantikan sosok Renata di masa lalu.

Tatapan Dion menyelidik kedua mata Prana, mencari-cari tanda-tanda kebohongan di sana. "Haduh, Bang Prana. Ngapain sih nunggu yang gak pasti-pasti? Yang pasti dan nyata di depan mata malah gak lo anggep? Parah lo, Bro!" Dion terus saja ngedumel, berusaha membuat Prana sadar kalau Anggi benar-benar mencintainya.

"Awas lo kemakan omongan sendiri. Pokoknya kalau lo nanti sampai cinta mati sama Anggi, gue bakal ketawa paling keras. Inget lo!"

"Bodo amat."

***

"Hayo! Abang lagi liatin siapa tuh?"

Dion yang baru saja datang bersama Jesi langsung menceletuk. Cowok itu gemas sendiri melihat temannya yang uring-uringan karena tidak bisa menghabiskan waktu bersama istrinya. Ya, kini Prana sedang asyik mengamati Anggi yang tengah bersua ria dengan mantannya, yakni Bima. Hatinya tersayat, seolah ada benda tajam yang mencabik-cabiknya saat Prana memandang Anggi terlihat begitu bahagia bersama Bima di kantin dari kejauhan itu. Matanya tak bisa lepas dari dua orang itu sejak tadi. Mungkinkah Prana termakan api cemburunya?

Dion geleng-geleng kepala melihat kilatan api cemburu yang membara di kedua mata Prana saat cowok itu mengamati istrinya bersama orang lain. “Gue, kan udah bilang kalau punya istri baik itu dijaga, jadi diambil orang lagi kan," omelnya lagi-lagi.

“Diem lo. Nggak tahu apa-apa juga.”

“Tahu kok gue. Nih, dengerin ya Mas Prana, siapa sih di sekolah ini yang gak suka Anggi? Lo nggak tahu kan kalau cowok-cowok di sini itu pada ngincer dia dari lama. Ya, untung sih Anggi itu cewek baik-baik. Dia nggak suka mainin hati cowok. Tapi, kita nggak tahu kalau setelah dia kecewa mati sama lo trus nanti dia bakal cari cowok lain. Awas aja." Dion menjelaskan terang-terangan, membuat Prana jadi tambah gundah dan kacau.

Diam-diam cowok itu mengepalkan kedua tangan di samping kedua pahanya. Merasa kesal sendiri saat melihat Bima tidak sengaja menyentuh tangan Anggi. Bima dan Anggi memang jadi lebih dekat sekarang karena mereka partner sekretaris acara unit. Hal itulah yang membuat Prana jadi khawatir dengan kedekatan mereka. Bagaimana rasanya kalau pasangan kalian dekat lagi dengan mantannya? Apalagi sampai ketawa-ketiwi. Sakit, bukan?

“Bener itu. Gue bisa lihat dari mata Anggi kalau dia itu tulus cinta sama lo, Pra," tambah Jesi. Cewek itu sangat setuju dengan kalimat yang terlontar dari mulut Dion.

“Kok kalian pada mojokin gue sih?” eluh Prana sambil menunjukkan raut wajah seperti orang yang sedang di-bully teman-temannya.

“Ya emang lo yang salah, ****!” Dion dan Jesi berujar kompak.

***

Prana sudah bertekad untuk menemui Anggi sepulang sekolah hari ini. Dan sampailah dia di depan ruangan unit jurnalistik. Cowok itu tadi sempat melihat Anggi sedang berkumpul dengan para anggota jurnalis yang lain di sana.

Hampir dua jam Prana menunggu istrinya. Rasanya jengah sekali karena yang ditunggu tak kunjung kelihatan. Niatan untuk menyerah terus melintas, namun lagi-lagi niatan itu segera ia buang jauh-jauh saat bayangan wajah istrinya melintas di pelupuk matanya. Detik berikutnya, ternyata Anggi keluar dari ruangan tersebut.

"Anggi." Senyum Prana kembali merekah saat melihat wajah Anggi dari dekat seperti ini lagi.

Cewek itu menoleh cepat. Baru saja Anggi terlihat sumringah saat bersama teman-temannya tadi, namun kini air mukanya seketika berubah, menunjukkan ketidaksukaannya saat melihat wajah yang membuatnya kesal akhir-akhir ini.

Prana mendekati istrinya dengan ragu. “Nggi, gue minta maaf. Maafin gue, ya?” ucapnya.

Tanpa mau menatap wajah cowok itu, Anggi berusaha menanggapi meski malas, “Kapan aku nggak maafin kamu? Aku pasti selalu maafin kamu sebelum kamu minta maaf," ujarnya dengan nada judes, tidak seperti Anggi yang biasanya.

“Kalau gitu kamu mau, kan balik ke rumah lagi?” tanya Prana dengan secercah harapan untuk Anggi pulang bersamanya kembali.

Anggi menghela napas jengah. “Aku nggak bisa, Mas. Aku butuh waktu untuk sekarang ini. Kamu udah terlalu jahat dengan bersikap kaya gitu," balasnya lagi-lagi dengan nada penuh penekanan.

"Udahlah, Mas. Mau usaha sekuat apa pun kamu, kali ini aku bener-bener capek. Jangan buat aku tambah pusing karena kamu selalu maksa aku kaya gini." Anggi akhirnya meluapkan semua emosinya. Cewek itu hanya ingin Prana menjauhinya untuk sementara ini sebelum hatinya tertata kembali.

“Oke-oke. Aku minta maaf lagi, ya. Sekarang kamu mau, kan tapi ikut aku ke kafe?” tawarnya lagi, masih berusaha membujuk istrinya.

“Nggi. Jadi bahas proposal di kafe, kan?” Bima yang baru saja datang dan menghampiri mereka langsung menyahut. Cowok itu tidak tahu saja kalau pasangan suami-istri tersebut sedang berada dalam suasana yang kian memanas.

“Dia mau-“

“Bisa, Bim. Yuk berangkat sekarang aja, keburu malem nanti," potong Anggi segera sebelum Prana menyelesaikan kalimatnya.

Anggi akhirnya melenggang dari sana. Sementara, Bima dan Prana saling tatap sejenak sebelum akhirnya Bima pergi menyusul istri Prana itu.

"Ah, sial!" gerutu Prana kesal melihat dua insan itu semakin dekat saja.

"Awas aja lo, Bim kalau macem-macem sama istri gue!" teriak Prana lantang.

Namun, usahanya itu sia-sia. Bima dan Anggi telah pergi jauh dari sana. Prana hanya bisa memandang bayangan istrinya yang tak bisa lagi tersenyum di hadapannya. Sekesal itukah Anggi pada Prana kali ini?

Terpopuler

Comments

Bundanya Kevin

Bundanya Kevin

suka banget karya mu thour,,, suka sama karakter anggia sopia cewek gk harus mengala jga😍😍😍😍

2021-03-25

0

Sept September

Sept September

bintang lima buat karya Kakak 😀😀 😀

2020-09-06

2

Yhu Nitha

Yhu Nitha

liikeee

2020-08-25

1

lihat semua
Episodes
1 Wasiat
2 Kejutan
3 Hari H
4 Akad dan Malam Pertama
5 Kebiasaan Baru
6 Rahasia Kami
7 Pasangan Suami-Istri
8 Cemburu
9 Rahasia Prana
10 Suara Hati Anggi
11 Permintaan Maaf Prana
12 Romansa Suami-Istri
13 Ciuman Pertama
14 Cerai
15 Kekhawatiran Prana
16 Prana Membutuhkan Anggi
17 Sakit, Cemburu, dan Rindu
18 Ancaman
19 Bahagia yang Sesaat
20 Skandal
21 Usai
22 Skenario Awal Semesta
23 Kemurkaan Besar
24 Ini Saatnya
25 Pulih yang Tertunda
26 Ngapa-Ngapain?
27 Malam yang Hangat (Semoga Kita)
28 Paras Itu Mengalihkan Semua
29 Budak Cinta?
30 Mengungkap
31 Dongeng Puteri dan Pangeran
32 Kabar Masa Lalu
33 Tahu yang Terbaik
34 Baru Permulaan
35 Curiga
36 Ini Tentang Kepercayaan
37 Momongan
38 Momongan 2
39 Sebuah Pengkhianatan
40 Terima Kasih atas Lukanya
41 Terpaksa Menunda
42 Anggi Kenapa? (BONUS)
43 Anggi Kenapa? 2 (BONUS)
44 Orang Ketiga
45 Cowok Asing
46 Panas Dingin
47 Bahagia Memiliki Kamu
48 Ratu Ular
49 PENGUMUMAN PENTING
50 Misi Rahasia
51 VISUAL + DISKUSI
52 Menyegerakan
53 Sindiran Tajam
54 Bilah Pisau
55 Ponakan Cakep
56 Mengikhlaskan
57 Sandiwara
58 Kembalinya Masa Lalu
59 Wajah Familiar
60 Dia di Sini
61 Kedatangan Perdana
62 Sebuah Pembelaan
63 Pertemuan Istimewa
64 Dia Menepati Janji
65 ANNOUNCEMENT!
66 Kejujuran yang Menyakitkan
67 Mawar
68 Sikap yang Tak Dirindu
69 Secarik Kertas
70 Filosofi Duri
71 ANNOUNCEMENT
72 Rumah dan Arah
73 Sesuatu yang Lain
74 Rintik Hujan
75 Pernah Hampir Berakhir
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Wasiat
2
Kejutan
3
Hari H
4
Akad dan Malam Pertama
5
Kebiasaan Baru
6
Rahasia Kami
7
Pasangan Suami-Istri
8
Cemburu
9
Rahasia Prana
10
Suara Hati Anggi
11
Permintaan Maaf Prana
12
Romansa Suami-Istri
13
Ciuman Pertama
14
Cerai
15
Kekhawatiran Prana
16
Prana Membutuhkan Anggi
17
Sakit, Cemburu, dan Rindu
18
Ancaman
19
Bahagia yang Sesaat
20
Skandal
21
Usai
22
Skenario Awal Semesta
23
Kemurkaan Besar
24
Ini Saatnya
25
Pulih yang Tertunda
26
Ngapa-Ngapain?
27
Malam yang Hangat (Semoga Kita)
28
Paras Itu Mengalihkan Semua
29
Budak Cinta?
30
Mengungkap
31
Dongeng Puteri dan Pangeran
32
Kabar Masa Lalu
33
Tahu yang Terbaik
34
Baru Permulaan
35
Curiga
36
Ini Tentang Kepercayaan
37
Momongan
38
Momongan 2
39
Sebuah Pengkhianatan
40
Terima Kasih atas Lukanya
41
Terpaksa Menunda
42
Anggi Kenapa? (BONUS)
43
Anggi Kenapa? 2 (BONUS)
44
Orang Ketiga
45
Cowok Asing
46
Panas Dingin
47
Bahagia Memiliki Kamu
48
Ratu Ular
49
PENGUMUMAN PENTING
50
Misi Rahasia
51
VISUAL + DISKUSI
52
Menyegerakan
53
Sindiran Tajam
54
Bilah Pisau
55
Ponakan Cakep
56
Mengikhlaskan
57
Sandiwara
58
Kembalinya Masa Lalu
59
Wajah Familiar
60
Dia di Sini
61
Kedatangan Perdana
62
Sebuah Pembelaan
63
Pertemuan Istimewa
64
Dia Menepati Janji
65
ANNOUNCEMENT!
66
Kejujuran yang Menyakitkan
67
Mawar
68
Sikap yang Tak Dirindu
69
Secarik Kertas
70
Filosofi Duri
71
ANNOUNCEMENT
72
Rumah dan Arah
73
Sesuatu yang Lain
74
Rintik Hujan
75
Pernah Hampir Berakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!