Dia Mutia, bukan Sinta

Dengan wajah datar, Rangga berjalan melewati Mutia, ia mengambil pakaian ganti dan memakainya.

"Aku ngantuk, cape, mana tidak enak badan lagi", Rangga langsung merebahkan tubuhnya di samping Mutia yang masih duduk.

"Tok...tok...tok...", terdengar pintu ada yang mengetuk.

Rangga dan Mutia saling tatap. "Siapa...?", teriak Rangga.

"Ini Mami Rangga..., bisa buka pintunya sebentar", terdengar suara Bu Anggi dari luar .

"Ngapain lagi sih Mami", gumam Rangga.

"Bukain pintunya !", Rangga melirik ke arah Mutia.

"Iya...", Mutia berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Ini..., ada susu dan madu buat kalian,di minum ya, biar nanti anak-anak kalian terlahir cepat dan sehat", Bu Anggi tersenyum.

"Terima kasih Mi...", ucap Mutia dengan tersenyum , padahal hatinya terasa teriris, Ayah dan ibu mertuanya begitu baik dan perhatian, entah kapan harapan mereka itu bisa terwujud.

"Mana Rangga?", tatap Bu Anggi.

"Itu...", Mutia membuka lebar daun pintu biar Bu Anggi bisa melihat jelas ke dalam.

"Ooh..., sudah mau tidur ya, maaf Mami mengganggu", Bu Anggi agak tersipu dan mengelus pundak Mutia sebelum meinggalkan kamar anaknya.

Mutia kembali menutup pintu kamar dan kembali menuju tempat tidur, "Ini ada madu dan susu dari Mami", beritahu Mutia.

Namun ia harus kembali menelan ludah, ternyata Rangga sudah tertidur rupanya.

Mutia kembali berdiri dan menaruh madu dab susu di atas meja.

Mutia juga merasa sangat lelah, ia semalam kurang tidur, pagi sampai sore pun terus berada di tempat resepsi, itu ampuh membuat badannya terasa lelah dan kakinya pun terasa pegal.

Mutia tidak banyak pikir lagi, ia pun merebahkan tubuhnya disamping Rangga dengan posisi saling membelakangi.

Mutia tidak terbiasa tidur dengan lampu menyala, hingga memutuskan untuk mematikan lampu sebelum tidur.

Tak perlu waktu lama, Mutia pun cepat menyusul Rangga menuju alam mimpi.

Mutia sudah menduga, tidak akan ada malam pengantin bagi mereka. Dan kini terbukti, Mutia tidur satu kasur bersama suaminya namun saling membelakangi.

Bibir boleh saja bilang tidak, hati pun bisa saja menyangkalnya, namun tidak ada yang tahu, kalau sudah kehendak-Nya, tidak ada yang bisa menolak.

Rangga yang masih terpengaruh alkohol, tak sengaja menyentuh tubuh Mutia yang sedang tidur, minimnya cahaya pun membuat Rangga tidak bisa mengenali tubuh siapa yang ia sentuh.

Namun yang jelas, sentuhan kecil itu membuat darahnya bergejolak, gairahnya terbangun, apalagi harum aroma tubuh Mutia mulai terciumnya.

Rangga tanpa ragu memeluk sosok yang sudah terbaring disampingnya.

Mutia hampir berteriak , namun ia keburu menyadari semuanya, Mutia tidak mungkin menolak, karena memang ia sudah sah menjadi istrinya Rangga.

Rangga malam itu mencumbui Mutia dengan lembut, sehingga Mutia pun bisa menikmatinya. Mutia berusaha mengimbangi Rangga, ia tidak ingin mengecewakan suaminya.

Walau ia merasa sedikit perih di organ intimnya, namun Mutia tahan. Sampai Rangga mencapai puncaknya dan terkulai di dada Mutia.

Mereka masih saling berpelukan untuk beberapa lama, Mutia tidak berani menyuruh Rangga untuk bergeser dari tubuhnya wakau ia sudah merasa agak sesak.

"Love You Sin....", gumam Rangga.

"Dduarrr....", seolah mendengar petir, Mutia tersentak, ia sungguh sangat terkejut, ternyata Rangga melakukannya karena mengira dirinya Sinta.

Perlahan Mutia mendorong tubuh Rangga yang masih menindihnya. Hatinya terasa sakit, air matanya pun tak terasa mulai mendesak keluar.

"Ternyata kamu tidak sungguh-sungguh Mas, kamu tega sekali", Mutia terisak sambil menyambar semua pakaiannya yang tadi dilucuti oleh Rangga, Mutia berjalan menuju kamar mandi.

Mutia membiarkan tubuhnya di bawah shower, ia menangis menumpahkan semua rasa sakit dalam hatinya. Tubuhnya kini sudah ternoda, walau oleh suaminya sendiri, namun Mutia merasa tidak rela, karena ternyara suaminya menyangka ia wanita yang dicintainya saat mekakukannya.

Mutia segera ke luar dari kamar mandi karena ia mendengar suara seseorang. Dan ternyata, Rangga pun sudah duduk dipinggir tempat tidur .

Mutia masih mengenakan kimono tidur saat menghampirinya. Dan Mutia pun hanya menunduk lurus menuju lantai, ia melihat tubuh Rangga masih polos, tanpa sehelai kain pun menutupinya.

Dan ternyata..., 'Pantesan perih..., ternyata ...', batin Mutia bicara, tak sengaja ia melihat teman kecil Rangga.

"Kamu...?, ngapain kamu kamar aku?", tatap Rangga. Ia masih belum menyadari dengan keadaan dirinya yang telanjang.

"Ngapain kamu dikamarku!", tatap Rangga.

"Mas..., kita ini kan ...",

"Mana Sinta...?", tatap Rangga lagi.

"Hanya aku dan kamu yang ada di ruangan ini Mas", aku Mutia.

"Hanya kita ...?, kita hanya berdua disini?", tatap Rangga lagi.

"Iya...", ucap Mutia singkat.

"Jadi..., tadi kita beneran melakukannya?", tatap Rangga garang, lalu ia menunduk. Dan mendapati dirinya masih telanjang.

"Aaww..., Rangga secepat kilat menyambar selimut untuk menutupi tubuhnya.

"Kenapa kamu tidak menolak aku Mutia?, kamu bisa menjerit, atau meminta tolong saat aku memaksamu tadi", ucap Rangga, tampak masih

bingung.

"Aku tidak mungkin menolaknya Mas, aku ini sudah sah menjadi istrimu, aku akan sangat berdosa jika menolak melakukannya", jelaskan Mutia.

"Iya ..., tapi..., tapi aku tidak menginginkan semua ini", geram Rangga.

"Iya..., aku tahu..., Mas tadi melakukannya karena menganggap aku itu Sinta kan?", tatap Mutia, ia mencoba untuk tegar.

"Bagaimana kamu tahu?, mengarang saja", sangkal Rangga. Ia mencoba mengingat kejadian sebelum ia terbangun dari mimpinya.

"Mas menyebut wanita itu tadi", aku Mutia.

"Sudah...sudah..., aku mandi dulu", Rangga bergegas menuju kamar mandi , meninggalkan Mutia yang masih mematung.

Mutia pun cepat-cepat berganti pakaian dan segera membuatkan minuman untuk suaminya nanti.

Sementara Rangga, setelah berada di dalam kamar mandi, ia pun langsung merendam tubuhnya di dalam bath tub. Pikirannya melayang, ia sedang mengingat kembali kejadian tadi.

Rangga merasa baru saja menghabiskan malam pengantin bersama Sinta, ia begitu menikmatinya, ia belum pernah merasakan sensasi yang begitu nikmat seperti tadi. Walau ia pernah beberapa kali melakukannya bersama Sinta, tetapi sensasinya tak seindah yang tadi, saat ia melakukannya bersama Mutia.

"Gawat..., bagaimana kalau Sinta sampai tahu, aku sudah bilang tidak akan terjadi apa pun antara aku Dan Mutia ", Rangga bergumam.

"Semoga saja tidak terjadi sesuatu dengan Mutia, aku saja sudah beberapa kali melakukannya bersama Sinta, aman-aman saja", gumam Rangga lagi.

Rangga takut Mutia akan kenapa-kenapa sebagai akibat dari ulahnya tadi.

"Ah..., bisa saja aku ini bukan yang pertama untuk Mutia", gumam Rangga lagi.

"Aku tidak mau terus terikat oleh kamu Mutia, makanya aku tidak ingin menyentuhmu, agar kamu tidak akan punya anak dari kamu", gumam Rangga.

Ia pun segera keluar dari gambar mandi. Dan di luar sana, Rangga kembali mencium harum parfum yang sama dengan aroma tubuh wanita yang sudah membuatnya terbang tadi.

"Mutia...?", mata Rangga menatap lekat wanita di depannya yang tampak begitu ayu.

9

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!