Bersandiwara

"Ssttt..., siapa lagi itu", gerutu Rangga, ia menggaruk kasar kepalanya.

"Biar saya saja Bi", Mutia melarang Art yang hendak membukakan pintu.

"Bapak?, Ibu...?, Arman?", Mutia setengah berteriak saat melihat keluarganya sudah berdiri di ambang pintu.

"Mutia..., ibu khawatir semalam ibu tunggui tidak pulang-pulang, tidak tahu kalau Pak Dwi sudah mengabari bapakmu, tapi pesannya tidak kebuka, baru tadi shubuh kami tahu kalau Neng menginap di sini", terangkan Bu Marni.

"Bapak kecapean, tidur di luar, ponselnya ada di tas Bapak", kekeh Pak Yuda.

"Kita masuk dulu, ngobrolnya di dalam ", Mutia mengajak keluarganya masuk.

"Bapak dan Ibu disuruh datang hari ini, tadi Pak Dwi menelepon", terangkan Pak Yuda setelah mereka duduk di ruang tamu.

"Oh..., Alhamdulillah..., Mutia jadi ada teman", Mutia tersenyum.

"Rumahnya tampak sepi, kemana Pak Dwi dan keluarganya?", kini Pak Yuda balik bertanya.

"Mereka sedang survey ke Hotel Pak, tempat acara besok",

"Wah....., rasanya mimpi Mutia, Bapak akan melihat kamu menikah di tempat yang mewah, dan jodoh yang sempurna lagi", Pak Yuda tampak tersenyum bahagia.

"Iya..., Alhamdulillah..., ternyata Allah lama mempertemukanmu dengan jodohmu, ternyata Allah memilihkanmu jodoh yang sempurna Mutia, sudah ganteng, kaya, anak sahabat Bapak pula", senyum Bu Marni.

"Aamiin...Pak, Bu, semoga itu menjadi do'a untuk Mutia", Mutia pun tampak terharu, andai saja Bapak dan ibunya mengetahui Rangga yang sebenarnya, mungkin mereka akan kecewa dan sedih.

"Semua tetangga mau datang besok, bagaimana?, Ibu malu sama keluarga besan", Bu Marni tampak menatap ke arah Mutia.

"Euh... , sepertinya Pak Dwi tidak akan apa-apa Bu, dia pasti memperbolehkannya", senyum Mutia.

"Pak, Bu..., sudah datang?, tiba-tiba Rangga muncul, ia langsung menyalami Bu Marni dan Pak Yuda.

"Wah...ini yang namanya Arman ya?, cakep sekali kamu", Rangga pun menyapa Arman, adik laki-lakinya Mutia.

"Sudah makan belum kamu?", tanyai Rangga kepada Arman. Dengan polosnya Arman langsung menggelengkan kepalanya.

"Aduh..., belum sarapan..., betul itu?, ayo makan dulu, masih ada makanan di meja makan", Rangga sedikit tersenyum mendengar jawaban jujur dari Arman.

"Aduh...maaf Den Rangga, kami tadi sudah sarapan singkong goreng", sambar Pak Yuda.

"Itu kan tadi Pak, mungkin Arman sudah lapar lagi, kalau belum makan nasi, kan itungannya belum makan ", kekeh Rangga.

"Ayo Pak, Bu, sekalian sarapan bersama Arman", Rangga mempersilahkan kembali.

Pak Yuda saling tatap dengan Bu Marni, jujur mereka juga sudah merasa lapar lagi, karena tadi mereka dari rumah masih sangat pagi.

"Ayo Pak, Bu, sarapan saja dulu", kini Mutia yang menawari, ia pun merasa tidak tega melihat kedua orangtuanya, pasti mereka pun sama dengan Arman, sudah merasa lapar lagi, hanya malu saja.

"Ayo antar keluargamu ke dapur, sekalian hidangkan makanan yang masih ada", Rangga kini beralih kepada Mutia.

"Iya..., mari Pak, Bu, Arman..., ikut Teteh", ajak Mutia.

Akhirnya Pak Yuda dan Bu Marni pun menurut, mereka mengikuti langkah Mutia menuju dapur.

Sementara Rangga memperhatikan mereka dari ruang tamu .

"Pantas saja Mutia seperti itu, pasti hasil didikan kedua orang tuanya, hebat juga, di jaman sekarang, jarang wanita yang seperti Mutia, kebanyakan bahkan mereka yang agresif", gumam Rangga.

"Drttt..., ddrrtt....", ponsel Rangga bergetar. Rangga melihat kalau Edwar yang ada diseberang sana.

[Halo Broo..., hebat nih..., aku dengar mau married ya?, undang-undang kita juga kan], cerocos Edwar begitu Rangga menjawab panggilannya.

[Iya bener..., boleh dong, kalian semua boleh datang, maaf nih aku tidak sempat nyebarin undangan, waktunya mepet, kaluan saling calling saja ya],

[Mendadak sekali sih, apa sudah tekdung ya, jadi minta cepat-cepat disahkan],

[Hus..., enak saja, jelas nggak dong, yang ini masih frozen, belum tersentuh siapa pun, aku ini cowo pertama untuk dia, hebat kan], ucap Rangga bangga, diselingi dengan kekehan.

[Wah...wah..., dapat barang bagus nih, kayanya bakalan lupa sama Sinta kalau begitu],

[Itu beda cerita dong, aku masih belum bisa move on dari Sinta, dia itu beda, walau sudah berkali-kali mencoba, bikin ketagihan], kembali Rangga terkekeh.

Obrolan Rangga dan Edwar berlangsung lama, hingga Rangga tidak menyadari kalau Mutia bisa mendengarnya.

Mutia yang tadinya berniat mengabari Rangga kalau papinya menyuruh ia ke Hotel, kini hanya bisa mematung di dekat tirai pintu.

"Kak Rangga..., ternyata kamu begitu cintanya kepada Sinta, tapi kenapa kamu tidak menolak saja saat kita mau dijodohkan", gumam Mutia.

Rupanya Rangga kini menyadari kehadiran Mutia dibelakangnya. Ia lalu bicara berbisik dengan Edwar, dan memutus hubungan teleponnya.

"Mutia..., kamu sudah lama di sana?", tatap Rangga penuh curiga.

"Tidak Kak, aku baru saja mendapat telepon dari Papi, katanya Kak Rangga ditunggu di Hotel saat ini juga", ucap Mutia sedikit berbohong.

"Kenapa tidak langsung telepon ke ponsel aku saja, Papi ini ada-ada saja",

"Panggilannya sibuk Kak",

"Oh...iya... , barusan si Edwar rese telepon", senyum Rangga, ia menyadari kekeliruannya.

"Oke..., kalau aku berangkat sekarang", Rangga segera menyambar kunci mobilnya yang sedari tadi ada di atas meja.

"Oh...iya, hati-hati Kak",

Rangga yang hampir keluar dari pintu, kembali menoleh ke arah Mutia, " Apa , kamu bilang apa barusan?",

"Aku bilang..., hati-hati...", senyum Mutia.

"Oh..., iya siap", Rangga kembali membalikkan badannya, dan menghilang di ujung jalan menuju garasi rumahnya.

Tak lama terdengar raungan mobil yang sudah dipastikan itu mobil yang dikendarai oleh Rangga.

Mutia menarik nafas panjang, ia harap Rangga kali ini tidak berbuat kesalahan lagi, karena Mutia ingin acara pernikahannya berjalan lancar.

"Kemana Nak Rangga?", suara Pak Yuda mengagetkan Mutia dari lamunannya.

"Kak Rangga pergi ke Hotel, tadi Pak Dwi menyuruhnya ke sana",

"Kenapa tidak sekalian ikut?", tatap Bu Marni lagi.

"Kak Rangga saja Bu, aku malu kalau harus inisiatif ke sana", aku Mutia, ia kembali menutup pintu .

"Bagaimana dia?", tanyai Pak Yuda lagi.

"Dia siapa Pak?", Mutia pura-pura tidak mengerti.

"Nak Rangga, bagaimana, apa dia baik?",

Mutia diam, ia tidak mungkin bicara yang sebenarnya soal Rangga, ia takut kedua orah ngtuanya kecewa .

"Kak Rangga baik Pak, tadi Mutia diajak ke toko perhiasan, dk,iajak belanja-belanja", senyum Mutia.

"Syukurlah kalau begitu, Bapak senang dan tenang, kalau Rangga sampai berbuat hal yang menyakitimu, Bapak tidak akan segan-segan menghajarnya",

"Papinya saja baik, maka anaknya juga tidak akan jauh Pak", kembali Mutia tersenyum. Ia ingin membuat kedua orang tuanya percaya pada ucapannya.

"Iihh..., jangan salah Neng, dulu papinya itu bandel, bahkan dengan Bapak juga sempat berseteru", aku Pak Yuda.

"Ya..., kan tidak mungkin sama Pak , semoga saja sifatnya Kak Rangga itu menurun dari maminya", senyum Mutia lagi.

Episodes
1 Bismillah, Aku Mau
2 Semoga Berjodoh
3 Semoga Cocok
4 Ternyata Cantik
5 Semua Bahagia
6 Langsung Menikah Saja
7 Cincin Kawin
8 Bayang-bayang Masa Lalu
9 Bercabang Dua
10 Aku Akan Bertahan
11 Cari Kesempatan
12 Belum saatnya
13 Bersandiwara
14 Cobaan Pertama
15 Bikin Dag Dig Dug
16 Baru Star
17 Kasih Orang Tua
18 Dia Mutia, bukan Sinta
19 Kamu Keterlaluan
20 Harapan Orang Tua
21 Curahan Isi Hati
22 Ternyata Ia Menyukainya.
23 Dialah Permata
24 Dia Suamiku
25 Petaka Membawa Bahagia
26 Sebatas Fatamorgana
27 Tidak Biasa
28 Sate Tornado
29 Sisi Lain Rangga
30 Semua Ada Waktunya
31 Harapan Bersama
32 Tamu Kejutan
33 Terulang Lagi
34 Hanya Sandiwara
35 Do'a dari Hati
36 Berusaha Sendiri.
37 Masa Lalu Kembali
38 Taktik Cantik
39 Kejutan
40 Masih Kondusif
41 Hadapilah
42 Pengorbanan
43 Bertemu juga
44 Anugerah dan Musibah
45 Ketahuan
46 Batas Kesabaran
47 Sakit yang Aneh
48 Firasat jitu
49 Kok Bisa
50 Dasar Ulat Bulu
51 Inilah Aku
52 Bawaan Orok
53 Semoga tidak Terulang lagi
54 Tidak Ada Maaf
55 Kenapa lagi Aku
56 Bos Terbaik
57 Siapa Dia
58 Isi juga
59 Tamu Dadakan
60 Firasat Orang tua
61 Penjara Mertua
62 Ketahuan
63 Dia Lagi
64 Kamu Keterlaluan
65 Cemburu?
66 Kenapa Dik?
67 Alhamdulillah Selamat
68 Darah Siapa ini?
69 Biar Tahu Rasa
70 Tidak kapok
71 Langkah Awal
72 Aku Harus Maju
73 Perjuangan Awal
74 Awal Karma
75 Hari Baik
76 Kejutan
77 Tercium juga
78 Kena Batunya
79 Simalakama
80 Menyesalkah?
81 Balik Kanan
82 Benarkah Bertaubat?
83 Nasehat Berharga
84 Bukan Dia
85 Khawatir
86 Satu Per satu Kembali
87 Kecewa
88 Tersandung
89 Adakah Kesempatan?
90 Scoursing
91 Musibah
92 Sang Penolong
93 Semoga Selamat
94 Siapa Dia
95 Dia Kabur
96 Penyesalan
97 Tulus
98 Terbaik
99 Salah Duga
100 Bukan orang baik
101 Bertemu juga
102 Sudah Dekat
103 Maafkan
104 Sadar
105 Saat Terakhir
106 Memaafkan
107 Maafkanlah
108 Bahagia sesaat
109 Adakah kesempatan
110 Terima Kasih
111 Kecewa
112 Harapan
113 Akhir cerita
114 kata terakhir
Episodes

Updated 114 Episodes

1
Bismillah, Aku Mau
2
Semoga Berjodoh
3
Semoga Cocok
4
Ternyata Cantik
5
Semua Bahagia
6
Langsung Menikah Saja
7
Cincin Kawin
8
Bayang-bayang Masa Lalu
9
Bercabang Dua
10
Aku Akan Bertahan
11
Cari Kesempatan
12
Belum saatnya
13
Bersandiwara
14
Cobaan Pertama
15
Bikin Dag Dig Dug
16
Baru Star
17
Kasih Orang Tua
18
Dia Mutia, bukan Sinta
19
Kamu Keterlaluan
20
Harapan Orang Tua
21
Curahan Isi Hati
22
Ternyata Ia Menyukainya.
23
Dialah Permata
24
Dia Suamiku
25
Petaka Membawa Bahagia
26
Sebatas Fatamorgana
27
Tidak Biasa
28
Sate Tornado
29
Sisi Lain Rangga
30
Semua Ada Waktunya
31
Harapan Bersama
32
Tamu Kejutan
33
Terulang Lagi
34
Hanya Sandiwara
35
Do'a dari Hati
36
Berusaha Sendiri.
37
Masa Lalu Kembali
38
Taktik Cantik
39
Kejutan
40
Masih Kondusif
41
Hadapilah
42
Pengorbanan
43
Bertemu juga
44
Anugerah dan Musibah
45
Ketahuan
46
Batas Kesabaran
47
Sakit yang Aneh
48
Firasat jitu
49
Kok Bisa
50
Dasar Ulat Bulu
51
Inilah Aku
52
Bawaan Orok
53
Semoga tidak Terulang lagi
54
Tidak Ada Maaf
55
Kenapa lagi Aku
56
Bos Terbaik
57
Siapa Dia
58
Isi juga
59
Tamu Dadakan
60
Firasat Orang tua
61
Penjara Mertua
62
Ketahuan
63
Dia Lagi
64
Kamu Keterlaluan
65
Cemburu?
66
Kenapa Dik?
67
Alhamdulillah Selamat
68
Darah Siapa ini?
69
Biar Tahu Rasa
70
Tidak kapok
71
Langkah Awal
72
Aku Harus Maju
73
Perjuangan Awal
74
Awal Karma
75
Hari Baik
76
Kejutan
77
Tercium juga
78
Kena Batunya
79
Simalakama
80
Menyesalkah?
81
Balik Kanan
82
Benarkah Bertaubat?
83
Nasehat Berharga
84
Bukan Dia
85
Khawatir
86
Satu Per satu Kembali
87
Kecewa
88
Tersandung
89
Adakah Kesempatan?
90
Scoursing
91
Musibah
92
Sang Penolong
93
Semoga Selamat
94
Siapa Dia
95
Dia Kabur
96
Penyesalan
97
Tulus
98
Terbaik
99
Salah Duga
100
Bukan orang baik
101
Bertemu juga
102
Sudah Dekat
103
Maafkan
104
Sadar
105
Saat Terakhir
106
Memaafkan
107
Maafkanlah
108
Bahagia sesaat
109
Adakah kesempatan
110
Terima Kasih
111
Kecewa
112
Harapan
113
Akhir cerita
114
kata terakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!