Cari Kesempatan

Rangga yang sedang mengemudi sesekali melirik ke arah Mutia, tampak sekali, Mutia itu memang cantik.

"Kenapa diam saja", ucap Rangga.

"Apa Kakak tidak salah, langsung memutuskan menikah", ucap Mutia tanpa melirik ke arah Rangga.

"Memangnya kenapa?", Rangga balik bertanya.

"Aku hanya merasa kalau Kakak itu kaya terpaksa, itu tidak baik buat kita kedepannya",

"Bukannya sama, kamu juga terpaksa kan menerima aku, mungkin kamu juga belum bisa move on dari pacar kamu",

"Kamu salah, aku tidak punya pacar, tepatnya, aku tidak pernah pacaran", tegas Mutia.

"Apa?, kamu belum pernah pacaran..., kamu mau bilang kalau aku ini laki-laki pertama yang kamu kenal, begitu?, lucu sekali ha...ha...ha..., aku saja lulus SMA itu mantanku sudah banyak, masa ini sudah Sarjana, sudah bekerja pula, ngaku belum pernah pacaran", kekeh Rangga.

"Terserah..., mau percaya mau tidak",

'Hhmm..., belum pernah pacaran, berarti dia itu masih asli, belum tersentuh sama sekali, boleh juga tuh...', pikir Rangga, ia melirik dengan pandangan evilnya kepada Mutia.

"Sudah terlalu malam untuk pulang ke rumah kamu, malam ini kamu menginap saja di rumahku, lagi pula aku cape nih, badan pegal-pegal ", alasan Rangga.

"Menginap ?, tapi aku belum ijin Bapak, nanti ...",

"Sudah, aku ini kan calon suami kamu, mereka tidak akan marah, lagi pula di rumah ada Bibi, ada Papi juga, mungkin Mami dan adik aku juga pulang malam ini", yakinkan Rangga.

"Eemmhh..., boleh juga, aku tidak berani kalau harus pulang sendiri", ucap Mutia datar.

"Yeesss....", gumam Rangga, terlihat senang. Ia melajukan mobilnya lebih cepat, sepertinya ia ingin segera sampai.

"Akhirnya kalian pulang juga, bagaimana sudah dapat?", Pak Dwi langsung menyambut kedatangan Mutia dan Rangga.

"Sudah dong Pi, semua aman, pokoknya acara minggu besok akan berjalan lancar", senyum Rangga.

"Pi..., malam ini Mutia harus nginep di sini, soalnya aku cape kalau harus nganter ke rumahnya",

"Ya..., tidak apa-apa, Mutia menginap saja di sini, ini akan menjadi rumahnya juga kan, lagi pula Papi juga khawatir kalau malam-malam begini, kalian ke sana",

"Ada kamar tamu, Mutia bisa pakai itu", imbuh Pak Dwi.

"Sana, antar Mutia istirahat , kalian pasti cape, calon pengantin harus banyak istirahat, biar tetap sehat sampai hari H", senyum Pak Dwi.

"Oke Pi...", Rangga kembali meraih lengan Mutia, dan segera membawanya menuju kamar tamu.

"Ini kamarnya", Rangga membuka kamar tamu dan langsung masuk ke dalam sambil tetap memegang lengan Mutia. Tidak lupa Rangga pun langsung menutup pintunya kembali.

Hal itu jelas membuat Mutia kaget, ia kini berada dalam satu ruangan dengan Rangga, walau sebentar lagi Rangga akan menjadi suaminya .

Tanpa di duga, Rangga langsung memeluk tubuh Mutia dan mendaratkan ciumannya di bibir Mutia. Sontak hal itu membuat Mutia kaget dan marah, ia sekuat tenaga mendorong tubuh Rangga, hingga terjatuh . Untung saja ia terjatuh ke atas tempat tidur.

"Kak?, apa-apaan sih, kamu kurang ajar sekali", ucap Mutia.

"Alaaah...., jangan jaim kamu, katanya kamu belum pernah pacaran kan?, jadi aku ajari dulu, biar besok kamu sudah pintar ", ucap Rangga sambil tersenyum, ia merasa tidak bersalah sama sekali.

"Ayolah Mutia, aku ini akan menjadi suamimu besok minggu, cicip sekarang juga boleh kali", imbuh Rangga, ia kembali mendekati Mutia.

"Stop..., stop Kak, aku teriak kalau berani mendekat!",

"Papi akan tahu kalau anaknya kurang ajar sama aku", ucap Mutia setengah berteriak.

"Aduh..., kamu ini kaya anak kecil saja, semua pacar -pacar aku tidak pernah menolak , kamu ini udik", ucap Rangga sambil meninggalkan Mutia .

Rangga keluar sambil membanting pintu, hal itu membuat Mutia terperanjat. "Ya Allah, perlahan Engkau tunjukkan siapa dia, mampukan aku untuk bisa membuatnya lebih baik", ucap Mutia lirih.

Lagi-lagi Mutia terduduk di pinggir tempat tidur, ia usap kasar bibirnya yang sempat diraup paksa oleh Rangga, ini adalah sentuhan pertamanya dengan laki-laki, walau tidak lama lagi akan menjadi suaminya, tapi tetap saja Mutia merasa tidak rela.

"Dia bilang semua pacarnya tidak pernah menolak, berarti kamu sudah melakukannya sejak lama bersama pacar-pacarmu Kak", gumam Mutia lagi.

Kini matanya benar-benar basah, Mutia menangis, namun kini ia sudah bisa mundur, cincin, baju pengantin, bahkan orang tuanya pun sudah menerima sejumlah uang dari Pak Dwi, kalau sampai pernikahannya batal, bisa kacau, ia tidak tahu bagaimana caranya untuk mengganti semua uang Pak Dwi.

Mutia akhirnya mengunci pintu, ia takut Rangga kembali menghampirinya saat ia tertidur. Namun baru saja ia hendak memejamkan mata, keributan kembali pecah dari arah depan.

Mutia hanya diam, dia masih bisa mendengarnya.

Ternyata Mami dan adiknya Rangga baru pulang .

Bu Anggi dan Rani ternyata baru saja pulang dari perjalanan berliburnya. Mereka tampak membawa banyak sekali barang.

"Wah...wah..., banyak sekali oleh-olehnya", sambut Pak Dwi .

"Iya dong Pi, sekalian belanjanya, mumpung lagi sale juga", senyum Bu Anggi, ia menggelayuti mesra lengan suaminya.

"Ya..., tapi tidak sebanyak ini juga kan",

"Tenang saja Pi, ini ada barang buat mantu kita juga, aku pikir karena waktunya mepet, jadi tidak ada salahnya kalau Mami belikan juga keperluan buat mantu kita",

"Ah...ini baru Mami, selalu cepat tanggap, tapi apa muat buat Mutia?",

"Tenang Pi, Mami sudah punya CV mantu kita, nih...", Bu Anggi memperlihatkan layar ponselnya kepada Pak Dwi, di sana jelas terlihat foto Mutia beserta data dirinya, termasuk berat badan, dan tinggi badannya.

"Hebat lah Mami, memang tidak ada duanya", Pak Dwi merangkul tubuh istrinya itu.

"Eit...eit..., tunggu, itu semua karena aku juga Pi..., aku yang mencari tahu CV nya Kak Mutia, jadi aku juga hebat kan", senyum Rani tidak mau kalah.

"Iya...iya..., kalian berdua memang hebat", kini Pak Dwi memeluk anak dan istrinya itu.

"Oh iya..., Mutia sekarang menginap di sini, tadi habis diajak belanja mahar dan pitting baju pengantin, pulangnya terlalu malam, Rangga kecapean kalau harus mengantarnya pulang", beritahu Pak Dwi.

"Wah..., kebetulan , Rani sudah tidak sabar ingin bertemu Kak Mutia, Rani kan jadi ada teman di rumah", Rani sumringah .

"Eit...Rani..., besok pagi saja, kasihan Mutia, pasti sudah tidur sekarang", cegah Pak Dwi.

Rani yang sudah hampir berlari ke arah kamar tamu, menghentikan langkahnya, ia cemberut menghampiri Papi dan Maminya.

"Iya sayang, besok saja, lagian kamu juga sama kan cape", senyum Bu Anggi.

"Ya sudah..., Rani ke kamar dulu", ucap Rani.

"Iya, selamat istirahat sayang", Bu Anggi mengelus lembut rambut Rani.

Padahal Mutia masih terjaga, ia pun bisa mendengar semua obrolan calon mertuanya itu.

"Mereka ternyata baik, semoga Rangga pun akan sebaik mereka nantinya", harap Mutia.

Episodes
1 Bismillah, Aku Mau
2 Semoga Berjodoh
3 Semoga Cocok
4 Ternyata Cantik
5 Semua Bahagia
6 Langsung Menikah Saja
7 Cincin Kawin
8 Bayang-bayang Masa Lalu
9 Bercabang Dua
10 Aku Akan Bertahan
11 Cari Kesempatan
12 Belum saatnya
13 Bersandiwara
14 Cobaan Pertama
15 Bikin Dag Dig Dug
16 Baru Star
17 Kasih Orang Tua
18 Dia Mutia, bukan Sinta
19 Kamu Keterlaluan
20 Harapan Orang Tua
21 Curahan Isi Hati
22 Ternyata Ia Menyukainya.
23 Dialah Permata
24 Dia Suamiku
25 Petaka Membawa Bahagia
26 Sebatas Fatamorgana
27 Tidak Biasa
28 Sate Tornado
29 Sisi Lain Rangga
30 Semua Ada Waktunya
31 Harapan Bersama
32 Tamu Kejutan
33 Terulang Lagi
34 Hanya Sandiwara
35 Do'a dari Hati
36 Berusaha Sendiri.
37 Masa Lalu Kembali
38 Taktik Cantik
39 Kejutan
40 Masih Kondusif
41 Hadapilah
42 Pengorbanan
43 Bertemu juga
44 Anugerah dan Musibah
45 Ketahuan
46 Batas Kesabaran
47 Sakit yang Aneh
48 Firasat jitu
49 Kok Bisa
50 Dasar Ulat Bulu
51 Inilah Aku
52 Bawaan Orok
53 Semoga tidak Terulang lagi
54 Tidak Ada Maaf
55 Kenapa lagi Aku
56 Bos Terbaik
57 Siapa Dia
58 Isi juga
59 Tamu Dadakan
60 Firasat Orang tua
61 Penjara Mertua
62 Ketahuan
63 Dia Lagi
64 Kamu Keterlaluan
65 Cemburu?
66 Kenapa Dik?
67 Alhamdulillah Selamat
68 Darah Siapa ini?
69 Biar Tahu Rasa
70 Tidak kapok
71 Langkah Awal
72 Aku Harus Maju
73 Perjuangan Awal
74 Awal Karma
75 Hari Baik
76 Kejutan
77 Tercium juga
78 Kena Batunya
79 Simalakama
80 Menyesalkah?
81 Balik Kanan
82 Benarkah Bertaubat?
83 Nasehat Berharga
84 Bukan Dia
85 Khawatir
86 Satu Per satu Kembali
87 Kecewa
88 Tersandung
89 Adakah Kesempatan?
90 Scoursing
91 Musibah
92 Sang Penolong
93 Semoga Selamat
94 Siapa Dia
95 Dia Kabur
96 Penyesalan
97 Tulus
98 Terbaik
99 Salah Duga
100 Bukan orang baik
101 Bertemu juga
102 Sudah Dekat
103 Maafkan
104 Sadar
105 Saat Terakhir
106 Memaafkan
107 Maafkanlah
108 Bahagia sesaat
109 Adakah kesempatan
110 Terima Kasih
111 Kecewa
112 Harapan
113 Akhir cerita
114 kata terakhir
Episodes

Updated 114 Episodes

1
Bismillah, Aku Mau
2
Semoga Berjodoh
3
Semoga Cocok
4
Ternyata Cantik
5
Semua Bahagia
6
Langsung Menikah Saja
7
Cincin Kawin
8
Bayang-bayang Masa Lalu
9
Bercabang Dua
10
Aku Akan Bertahan
11
Cari Kesempatan
12
Belum saatnya
13
Bersandiwara
14
Cobaan Pertama
15
Bikin Dag Dig Dug
16
Baru Star
17
Kasih Orang Tua
18
Dia Mutia, bukan Sinta
19
Kamu Keterlaluan
20
Harapan Orang Tua
21
Curahan Isi Hati
22
Ternyata Ia Menyukainya.
23
Dialah Permata
24
Dia Suamiku
25
Petaka Membawa Bahagia
26
Sebatas Fatamorgana
27
Tidak Biasa
28
Sate Tornado
29
Sisi Lain Rangga
30
Semua Ada Waktunya
31
Harapan Bersama
32
Tamu Kejutan
33
Terulang Lagi
34
Hanya Sandiwara
35
Do'a dari Hati
36
Berusaha Sendiri.
37
Masa Lalu Kembali
38
Taktik Cantik
39
Kejutan
40
Masih Kondusif
41
Hadapilah
42
Pengorbanan
43
Bertemu juga
44
Anugerah dan Musibah
45
Ketahuan
46
Batas Kesabaran
47
Sakit yang Aneh
48
Firasat jitu
49
Kok Bisa
50
Dasar Ulat Bulu
51
Inilah Aku
52
Bawaan Orok
53
Semoga tidak Terulang lagi
54
Tidak Ada Maaf
55
Kenapa lagi Aku
56
Bos Terbaik
57
Siapa Dia
58
Isi juga
59
Tamu Dadakan
60
Firasat Orang tua
61
Penjara Mertua
62
Ketahuan
63
Dia Lagi
64
Kamu Keterlaluan
65
Cemburu?
66
Kenapa Dik?
67
Alhamdulillah Selamat
68
Darah Siapa ini?
69
Biar Tahu Rasa
70
Tidak kapok
71
Langkah Awal
72
Aku Harus Maju
73
Perjuangan Awal
74
Awal Karma
75
Hari Baik
76
Kejutan
77
Tercium juga
78
Kena Batunya
79
Simalakama
80
Menyesalkah?
81
Balik Kanan
82
Benarkah Bertaubat?
83
Nasehat Berharga
84
Bukan Dia
85
Khawatir
86
Satu Per satu Kembali
87
Kecewa
88
Tersandung
89
Adakah Kesempatan?
90
Scoursing
91
Musibah
92
Sang Penolong
93
Semoga Selamat
94
Siapa Dia
95
Dia Kabur
96
Penyesalan
97
Tulus
98
Terbaik
99
Salah Duga
100
Bukan orang baik
101
Bertemu juga
102
Sudah Dekat
103
Maafkan
104
Sadar
105
Saat Terakhir
106
Memaafkan
107
Maafkanlah
108
Bahagia sesaat
109
Adakah kesempatan
110
Terima Kasih
111
Kecewa
112
Harapan
113
Akhir cerita
114
kata terakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!