Semoga Cocok

Pak Yuda menyunggingkan senyuman kepada Rangga. Senyuman itu tidak berbalas, Rangga menatapnya sebentar, lalu berbisik kepada bapaknya.

"Aduh..., kamu itu kebiasaan ya, pakai saja dulu uang yang ada, masa harus selalu pakai uang Bapak", ucap Pak Dwi pelan, namun masih bisa di dengar oleh Pak Yuda.

"Beda lagi , selama masih ada Papi, semua kebutuhan aku yang harus Papi yang penuhi", ucap Rangga sambil mengadahkan tangan. Pak Dwi pun akhirnya merogoh saku celananya, ia mengambil sejumlah uang dari dompetnya dan menaruhnya di atas telapak tangan Rangga.

"Oke, thanks Papi..., semoga bisnisnya lancar terus", senyum Rangga sambil segera berlalu dari hadapan papinya.

"Hai..., jangan terlalu malam pulangnya, jangan main balapan lagi", teriak Pak Dwi sebelum kembali menemani Pak Yuda.

"Hah..., begitulah Rangga..., anakku itu tidak betah di rumah, sepulang kerja, selalu keluyuran", keluh Pak Dwi.

"Makanya harus cepat dinikahkan, biar dia betah di rumah, kalau sudah ada istri, jadi dia belajar bertanggung jawab", senyum Pak Yuda.

"Rangga itu orangnya pilihan, teman wanitanya padahal banyak, tapi entah mencari yang bagaimana, tidak ada yang serius",

"Bagaimana kalau dengan putri aku", senyum Pak Yuda.

Pak Dwi menatap ke arah Pak Yuda, "Kamu mempunyai anak perempuan?, katanya anakmu laki-laki semua",

"Iya..., anakku yang kedua waktu di USG itu laki-laki, eh..nggak tahunya perempuan, anugerah itu", senyum Pak Yuda.

"Dan anak ketigaku , baru laki-laki ", imbuh Pak Yuda lagi.

"Wah..., jadi anakmu tiga Yud, produktif juga", kekeh Pak Dwi.

"Ya..., itu anugerah Yud, walau hidupku pas-pasan, tapi Alhamdulillah, dua anakku bisa sekolah tinggi, putriku juga sarjana, dan sudah bekerja",

"Emh..., boleh juga tuh, kalau anak-anak kita berjodoh, hubungan kita akan makin erat, aku setuju Yud, kita besanan sekarang", Pak Dwi menjabat tangan Pak Yuda dengan tersenyum bahagia.

"Jangan buru-buru Dwi, bagaimana kalau Rangga tidak setuju", tatap Pak Yuda.

"Kalau anak aku sih sudah setuju, aku sudah bicarakan hal ini dengan Mutia",

"Mutia, nama anakmu Yud?",

"Iya, anakku Mutia Rahma Ayunda", senyum Pak Yuda.

"Wah... , nama yang cantik, semoga secantik orangnya, dan Rangga langsung suka", harap Pak Dwi.

"Dwi..., kamu sendirian di sini?, kok sepi, rumah sebesar ini ",

"Istriku sedang liburan dengan si bungsu, mungkin baru besok mereka kembali, istri aku itu hobinya shopping dan berlibur", Pak Dwi menerawang.

Pak Yuda melirik ke arah Pak Dwi, ia menangkap raut kekecewaan dari wajahnya.

"Emh..., itu bagus kan Dwi, kamu kerja keras untuk kebahagiaan anak dan istrimu kan, apalagi kamu ini sudah berhasil, jadi, sudah waktunya untuk menikmati hasil kerja kerasmu",

"Kalau aku masih panjang, anak bungsuku baru SD", senyum Pak Yuda.

"Iya juga sih..., aku ingin segera punya cucu Yud, rumah ini akan ramai oleh tawa dan tangisan mereka.

"Kita akan jadi Kakek Yud", kekeh Pak Dwi.

"Tenang, Rangga itu bisa aku atur, dia pasti mau kayanya sama Mutia",

"Mending sekarang kita makan dulu, aku ajak kau jalan-jalan, sudah lama kita tidak jalan bareng, ayo...!", Pak Dwi mengajak Pak Yuda makan di luar.

Sementara Rangga, selepas meminta uang dari papinya, ia melesat dengan mobil mewahnya menuju sebuah cafe, di sana teman-temannya sudah menunggu.

"Nah..., ini dia bos kita sudah datang, kita bisa makan enak sepuasnya ", celetuk Edwar, sahabat dekatnya Rangga.

"Boleh...boleh..., hari ini harinya kalian, silahkan nikmati hari ini, kalian boleh makan sepuasnya di sini, asal jangan minta dibungkus saja", kekeh Rangga.

Matanya memindai semua teman-temannya, ia mencari seseorang.

"Dia tidak ada Rangga, Sinta tidak jadi ikut", celetuk Mahes, ia bisa membaca ekspresi Rangga.

Rangga mendekati Mahes, "Kenapa dia...?", tatap Rangga penasaran.

"Kabarnya dia ke Bandara, menjemput seseorang", ucap Mahes.

"Siapa?",

"Kurang tahu juga sih..., tadi si Rahma bilangnya begitu",

"Hey..., Rahma...", teriak Rangga, ia melambaikan tangan ke arah Rahma.

"Iya..., ada apa?", sejurus kemudian Rahma langsung datang menghampiri Rangga.

"Sinta menjemput siapa ke Bandara?", tatap Rangga.

"Menjemput impian", senyum Rahma.

"Iihh..., serius nih",

"Iya...aku juga serius, Sinta ke Bandara menjemput impian, impian untuk bisa menjadi pengantin", senyum Rahma lagi.

"Maksudnya apa?", tatap Rangga.

"Ups..., maaf..., keceplosan", Rahma menutup mulutnya dengan telapak tangan.

"Kamu jangan berbelit ya, ngapain Sinta ke Bandara?", ucap Rangga dengan nada sedikit keras, sampai semua temannya yang ada, kini menatap kearahnya.

"Kamu Rahma, bicara tuh yang jelas, jangan mengganggu suasana dong, kita di sini kan mau senang-senang", ucap Edwar.

"Oke...oke..., aku minta maaf..., Sinta ke Bandara untuk menjemput calon suaminya ",

"Calon suami...", semua terlihat saling pandang, tatapnya mengarah kepada Rangga, mereka semua tahu kalau Rangga dan Sinta itu pasangan, mereka sekarang berkumpul juga untuk merayakan anniversary Rangga dan Sinta, kok bisa-bisanya Sinta berbohong.

Wajah Rangga terlihat memerah, ia sudah diliputi amarah, tanpa banyak bicara, Rangga menyambar kunci mobilnya dan segera neninggalkan cafe itu.

Semua menatap kepergiannya.

"Aduh....Rahma..., kamu benar-benar ya..., merusak suasana saja, kita ini mau senang-senang, sekarang bagaimana?", tatap Edwar kepada semua temannya.

"Ya..., kita makan saja dulu, sayang kan semua makanan ini sudah dibayar", Mahes mulai menyantap makanan yang ada didepannya.

"Iya, mubazir nih, ayo kita makan saja dulu, nanti baru nyusul Rangga", ucap Edwar lagi.

"Kamu sih kok malah ember, padahal diam saja, pura-pura tidak tahu soal Sinta", Edwar menatap Rahma.

"Yeah..., mana aku tahu Rangga menaruh hati kepada Sinta, lagi pula, kenapa Rangga tidak mengetahuinya kalau Sinta sudah punya pacar di Amrik",

"Kalau tahu sejak awal, tidak akan rame", kekeh Mahes.

Rangga yang sedang diliputi amarah, melajukan cepat mobilnya menuju Bandara, ia ingin melihat sendiri apa yang diucapkan Rahma tadi.

"Sinta...Sinta..., pandai sekali kamu bersandiwara, bodohnya aku, percaya saja pada kamu, pantas saja kamu selalu menolak saat aku ingin bertemu orang tuamu, ternyata aku ini hanya kau jadikan selingan", geram Rangga , ia memukul setir mobilnya.

Di depan sebuah pom bensin, Rangga memperlambat laju mobilnya, dengan jelas ia melihat Sinta dengan seorang pria tampan berada di dalam sebuah mobil yang sedang antri menuju SPBU.

"Benar..., itu Sinta...", Rangga pun segera ikut antri , jaraknya dengan mobil yang ditumpangi Sinta hanya terhalang beberapa mobil saja.

"Keterlaluan kamu Sinta", gerutu Rangga lagi. Hatinya makin panas saja.

Rangga memarkir mobilnya di sisi kiri SPBU, tujuannya agar ia bisa melihat Sinta saat keluar antrian.

'Tidak bisa dibiarkan, kamu sudah menipu aku, kamu juga sudah berbohong', kembali batin Rangga bicara.

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

Salam kenal. 3 like mendarat buatmu. semangat ya

2024-04-19

1

lihat semua
Episodes
1 Bismillah, Aku Mau
2 Semoga Berjodoh
3 Semoga Cocok
4 Ternyata Cantik
5 Semua Bahagia
6 Langsung Menikah Saja
7 Cincin Kawin
8 Bayang-bayang Masa Lalu
9 Bercabang Dua
10 Aku Akan Bertahan
11 Cari Kesempatan
12 Belum saatnya
13 Bersandiwara
14 Cobaan Pertama
15 Bikin Dag Dig Dug
16 Baru Star
17 Kasih Orang Tua
18 Dia Mutia, bukan Sinta
19 Kamu Keterlaluan
20 Harapan Orang Tua
21 Curahan Isi Hati
22 Ternyata Ia Menyukainya.
23 Dialah Permata
24 Dia Suamiku
25 Petaka Membawa Bahagia
26 Sebatas Fatamorgana
27 Tidak Biasa
28 Sate Tornado
29 Sisi Lain Rangga
30 Semua Ada Waktunya
31 Harapan Bersama
32 Tamu Kejutan
33 Terulang Lagi
34 Hanya Sandiwara
35 Do'a dari Hati
36 Berusaha Sendiri.
37 Masa Lalu Kembali
38 Taktik Cantik
39 Kejutan
40 Masih Kondusif
41 Hadapilah
42 Pengorbanan
43 Bertemu juga
44 Anugerah dan Musibah
45 Ketahuan
46 Batas Kesabaran
47 Sakit yang Aneh
48 Firasat jitu
49 Kok Bisa
50 Dasar Ulat Bulu
51 Inilah Aku
52 Bawaan Orok
53 Semoga tidak Terulang lagi
54 Tidak Ada Maaf
55 Kenapa lagi Aku
56 Bos Terbaik
57 Siapa Dia
58 Isi juga
59 Tamu Dadakan
60 Firasat Orang tua
61 Penjara Mertua
62 Ketahuan
63 Dia Lagi
64 Kamu Keterlaluan
65 Cemburu?
66 Kenapa Dik?
67 Alhamdulillah Selamat
68 Darah Siapa ini?
69 Biar Tahu Rasa
70 Tidak kapok
71 Langkah Awal
72 Aku Harus Maju
73 Perjuangan Awal
74 Awal Karma
75 Hari Baik
76 Kejutan
77 Tercium juga
78 Kena Batunya
79 Simalakama
80 Menyesalkah?
81 Balik Kanan
82 Benarkah Bertaubat?
83 Nasehat Berharga
84 Bukan Dia
85 Khawatir
86 Satu Per satu Kembali
87 Kecewa
88 Tersandung
89 Adakah Kesempatan?
90 Scoursing
91 Musibah
92 Sang Penolong
93 Semoga Selamat
94 Siapa Dia
95 Dia Kabur
96 Penyesalan
97 Tulus
98 Terbaik
99 Salah Duga
100 Bukan orang baik
101 Bertemu juga
102 Sudah Dekat
103 Maafkan
104 Sadar
105 Saat Terakhir
106 Memaafkan
107 Maafkanlah
108 Bahagia sesaat
109 Adakah kesempatan
110 Terima Kasih
111 Kecewa
112 Harapan
113 Akhir cerita
114 kata terakhir
Episodes

Updated 114 Episodes

1
Bismillah, Aku Mau
2
Semoga Berjodoh
3
Semoga Cocok
4
Ternyata Cantik
5
Semua Bahagia
6
Langsung Menikah Saja
7
Cincin Kawin
8
Bayang-bayang Masa Lalu
9
Bercabang Dua
10
Aku Akan Bertahan
11
Cari Kesempatan
12
Belum saatnya
13
Bersandiwara
14
Cobaan Pertama
15
Bikin Dag Dig Dug
16
Baru Star
17
Kasih Orang Tua
18
Dia Mutia, bukan Sinta
19
Kamu Keterlaluan
20
Harapan Orang Tua
21
Curahan Isi Hati
22
Ternyata Ia Menyukainya.
23
Dialah Permata
24
Dia Suamiku
25
Petaka Membawa Bahagia
26
Sebatas Fatamorgana
27
Tidak Biasa
28
Sate Tornado
29
Sisi Lain Rangga
30
Semua Ada Waktunya
31
Harapan Bersama
32
Tamu Kejutan
33
Terulang Lagi
34
Hanya Sandiwara
35
Do'a dari Hati
36
Berusaha Sendiri.
37
Masa Lalu Kembali
38
Taktik Cantik
39
Kejutan
40
Masih Kondusif
41
Hadapilah
42
Pengorbanan
43
Bertemu juga
44
Anugerah dan Musibah
45
Ketahuan
46
Batas Kesabaran
47
Sakit yang Aneh
48
Firasat jitu
49
Kok Bisa
50
Dasar Ulat Bulu
51
Inilah Aku
52
Bawaan Orok
53
Semoga tidak Terulang lagi
54
Tidak Ada Maaf
55
Kenapa lagi Aku
56
Bos Terbaik
57
Siapa Dia
58
Isi juga
59
Tamu Dadakan
60
Firasat Orang tua
61
Penjara Mertua
62
Ketahuan
63
Dia Lagi
64
Kamu Keterlaluan
65
Cemburu?
66
Kenapa Dik?
67
Alhamdulillah Selamat
68
Darah Siapa ini?
69
Biar Tahu Rasa
70
Tidak kapok
71
Langkah Awal
72
Aku Harus Maju
73
Perjuangan Awal
74
Awal Karma
75
Hari Baik
76
Kejutan
77
Tercium juga
78
Kena Batunya
79
Simalakama
80
Menyesalkah?
81
Balik Kanan
82
Benarkah Bertaubat?
83
Nasehat Berharga
84
Bukan Dia
85
Khawatir
86
Satu Per satu Kembali
87
Kecewa
88
Tersandung
89
Adakah Kesempatan?
90
Scoursing
91
Musibah
92
Sang Penolong
93
Semoga Selamat
94
Siapa Dia
95
Dia Kabur
96
Penyesalan
97
Tulus
98
Terbaik
99
Salah Duga
100
Bukan orang baik
101
Bertemu juga
102
Sudah Dekat
103
Maafkan
104
Sadar
105
Saat Terakhir
106
Memaafkan
107
Maafkanlah
108
Bahagia sesaat
109
Adakah kesempatan
110
Terima Kasih
111
Kecewa
112
Harapan
113
Akhir cerita
114
kata terakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!