Cincin Kawin

Dengan berkaca-kaca, Pak Yuda dan Bu Marni menerima amplop pemberian dari Pak Dwi, memang kalau untuk acara yang dadakan seperti ini, mereka tidak mempunyai dana cadangan, waktu panen sayuran pun masih beberapa minggu lagi

"Terima kasih banyak , entah bagaimana kami harus membalas semua kebaikan kamu Dwi", Pak Yuda sudah terbiasa memanggil nama saja kepada sahabatnya itu.

"Justru aku yang harus berterima kasih kepada keluarga kamu, sudah mau menerima Rangga , anak aku, semoga setelah mengenal Mutia, perilakunya bisa berubah lebih baik, tidak urakan lagi, kalau masalah materi, aku jamin Mutia tidak akan kekurangan , kalau perlu, Mutia juga tidak usah bekerja", ucap Pak Dwi.

"Alhamdulillah..., terima kasih sebelumnya Dwi, aku titip putriku", ucap Pak Yuda penuh haru.

"Jangan khawatir, aku akan ikut mengawasi putrimu, kalau Rangga sedikit saja menyakiti putrimu, aku yang akan langsung bertindak", tegaskan Pak Dwi lagi

Setelah mencicipi makanan dan minuman, Pak Dwi pun pamit pulang, seorang sopir sudah datang menjemputnya, karena mobilnya sudah lebih dulu dibawa oleh Rangga.

"Semoga semuanya berjalan lancar sampai hari minggu ya Pak?", harap Bu Marni.

"Iya, semoga Rangga jodoh yang tepat untuk Mutia", harap Pak Yuda.

Mereka tampak kembali masuk ke dalam rumah begitu mobil yang membawa pulang Pak Dwi menghilang dari pekarangan rumahnya.

Tidak sedikit para tetangga yang nongol ataupun mengintip dibalik tirai rumah mereka, mungkin mereka sekarang bertanya-tanya, ada apa gerangan di rumah Bu Marni, sampai ada tamu bermobil mewah segala.

Hal itu disadari oleh Pak Yuda dan Bu Marni, namun mereka tidak ambil pusing, karena itu sudah kebiasaan dari para tetangganya yang kepo.

Sementara Rangga, ia membawa Mutia menuju pusat perbelanjaan terkenal di kotanya. Ini bukan hal baru bagi Rangga, ia sering ke sana hampir tiga kali dalam seminggu, hal itu ia lakukan hanya untuk memenuhi keinginan Sinta.

Sinta yang hobi shopping dan hilling membuat dompet Rangga sering kali kering. Apalagi Sinta selalu memilih barang-barang branded .

Berbeda dengan Mutia, ini adalah kali pertamanya ia datang ke tempat itu. Bukan karena Mutia tidak tahu, tetapi Mutia selalu berpikir logis.

Jika ia datang ke Mall, maka gajinya satu bulan bisa habis dalam sekejap. Makanya Mutia lebih memilih pergi ke pasar tradisional saja, walau tempatnya agak kotor dan berdesakan, tetapi disana ia bisa mendapatkan barang bagus dengan harga miring.

Bahkan Mutia tidak malu jika harus membeli barang diskonan , sekalipun harus belanja di pasar tumpah pun, Mutia tidak malu.

Tetapi walaupun begitu, Mutia tahu dan hafal soal barang-barang branded, hal itu tidak membuat Mutia ketinggalan jaman soal fashion.

Rangga berjalan di depan, diikuti Mutia, hal itu sedikit merepotkannya, Rangga jadi harus sering menengok ke arah belakang untuk mengecek keberadaan Mutia.

Rangga sekilas melihat Sinta di eskavator bersama tunangannya, hal itu membuat Rangga berhenti tiba-tiba, dan "Bukk...", Mutia menabrak dirinya.

"Ma...maaf...", ucap Mutia menunduk, ini adalah kontak fisik pertamanya dengan Rangga.

Ternyata Rangga tidak marah, ia malah tersenyum sambil membalikkan badan ke arah Mutia.

"Aku yang salah, seharusnya kita berjalan begini", Rangga tanpa ragu meraih tangan Mutia dan menggenggamnya.

"Ayo...", Rangga menarik lengan Mutia, hingga kini mereka berjalan berdampingan.

Mutia kembali menunduk , ia merasa malu, ini juga kali pertamanya ia berjalan sambil berpegangan tangan dengan seorang pria.

"Biasa saja kali..., kita tiga hari lagi kan akan menikah, tidak usah berlebihan begitu, nanti kita juga akan melakukan hal yang lebih dari pegangan tangan", kekeh Rangga nakal.

Mutia hanya diam saja, ia mengikuti arah langkah Rangga. Dan langkah mereka berakhir di depan sebuah toko perhiasan.

Rangga pun membawa Mutia masuk. "Ayo pilih cincin yang kamu mau, cincin buat pernikahan kita", ucap Rangga.

Mutia hanya bisa bengong, ia menatap berbagai jenis perhiasan emas dan pertama, bahkan berlian pun banyak.

"Wah..., bagus-bagus sekali, aku jadi silau mata", gumam Mutia.

"Pilih saja yang kamu mau", ucap Rangga yang mendengar gumaman Mutia.

"Ah..., tidak, aku tidak begitu mengerti soal perhiasan, Kakak yang pilihkan saja", ucap Mutia dengan menunduk, ia sedikit malu, ternyata Rangga mendengar ucapannya.

'Ah ..., iya..., aku lan sempat memesankan sepasang cincin pertama ', batin Rangga bicara.

Rangga baru ingat kalau ia dan Sinta sempat iseng memesan sepasang cincin pernikahan, sepertinya tidak ada salahnya jika itu dijadikan cincin pernikahannya bersama Mutia, toh Sinta sudah memilih pria lain.

"Sini...!", kembali Rangga menarik lengan Mutia menuju kasir, di sana Rangga mengeluarkan sebuah kertas dan memberikannya kepada kasir itu.

Tak lama kasir itu mengeluarkan sebuah kotak persegi berwarna merah dan menyerahkannya kepada Rangga.

Rangga membukanya, dan tampaklah sepasang cincin di sana. Sepasang cincin kawin bertahtakan permata.

"Ini bagus kan?, coba..., cocok tidak dijarimu", perintah Rangga, ia melirik ke arah Mutia.

"Ini kemahalan", gumam Mutia, ia pun mengambil satu cincin dan memasukkannya ke jari manisnya.

"Bagaimana, cocok nggak?, muat tidak?", Rangga tidak sabar, ia kembali menarik lengan Mutia dan...,"ini cocok juga dengan jari kamu", gumam Rangga.

Rangga tidak menyangka jika cincin yang dipilih Sinta, ternyata cocok dan muat di jari manis Mutia.

"Bagus..., sudah itu saja, aku suka, ini sudah dipesan juga, dan cocok untuk kamu", ucap Rangga membuat Mutia sedikit bingung.

Tanpa di duga, Sinta dan Bagas pun sudah berada di dalam toko itu, sepertinya mereka juga sedang mencari cincin untuk tunangan mereka.

'Pas sekali...', batin Rangga bicara. Ia pun segera berdiri dan sengaja memanggil seorang pelayan dengan suara agak keras, tidak lain, tujuannya agar Sinta dan Bagas mendengarnya.

Benar saja, Sinta dan Bagas pun melirik ke arah Rangga.

"Orang itu lagi", Bagas menghampiri Rangga, rupanya ia masih merasa kesal dengan Rangga, tidak lupa, Bagas pun memegang tangan Sinta.

"Ouw..., ada yang mau pamer pacar baru nih", senyum Bagas begitu sudah berada di depan Rangga.

"Pacar...?, salah itu..., dia bukan pacar aku, dia ini calon istri aku", Rangga menggandeng lengan Utami.

"Jangan pamer kamu, masa baru beberapa hari sendiri, sudah dapat calon istri lagi", ucap Bagas.

"Ya sudah..., eehh..., jangan lupa minggu besok lagi datang, aku belum sempat bawa undangannya", ucap Rangga lagi.

"Jangan bercanda kamu Rangga", ucap Sinta lagi.

"Ini cincin beneran kan?, bukan cincin mainan?", Rangga menarik tangan Mutia yang tersemat cincin yang baru saja dibelinya.

Mata Sinta terbeliak melihat cincin itu, itu cincin yang dipesannya dulu waktu bersama Rangga.

"Itu..., itu kan cincin ...",

"Apa...?, cincin kamu?, itu dulu Sinta, saat ini calon istriku dia, jadi dia yang lebih berhak memakainya, dan lihatlah, cocok kan", senyum Rangga, ia melingkarkan lengannya dipinggang Mutia dan membawanya pergi dari hadapan Sinta dan Bagas.

'Tau rasa kamu Sin, kamu pikir kamu saja yang bisa, aku juga...!', batin Rangga bicara.

Episodes
1 Bismillah, Aku Mau
2 Semoga Berjodoh
3 Semoga Cocok
4 Ternyata Cantik
5 Semua Bahagia
6 Langsung Menikah Saja
7 Cincin Kawin
8 Bayang-bayang Masa Lalu
9 Bercabang Dua
10 Aku Akan Bertahan
11 Cari Kesempatan
12 Belum saatnya
13 Bersandiwara
14 Cobaan Pertama
15 Bikin Dag Dig Dug
16 Baru Star
17 Kasih Orang Tua
18 Dia Mutia, bukan Sinta
19 Kamu Keterlaluan
20 Harapan Orang Tua
21 Curahan Isi Hati
22 Ternyata Ia Menyukainya.
23 Dialah Permata
24 Dia Suamiku
25 Petaka Membawa Bahagia
26 Sebatas Fatamorgana
27 Tidak Biasa
28 Sate Tornado
29 Sisi Lain Rangga
30 Semua Ada Waktunya
31 Harapan Bersama
32 Tamu Kejutan
33 Terulang Lagi
34 Hanya Sandiwara
35 Do'a dari Hati
36 Berusaha Sendiri.
37 Masa Lalu Kembali
38 Taktik Cantik
39 Kejutan
40 Masih Kondusif
41 Hadapilah
42 Pengorbanan
43 Bertemu juga
44 Anugerah dan Musibah
45 Ketahuan
46 Batas Kesabaran
47 Sakit yang Aneh
48 Firasat jitu
49 Kok Bisa
50 Dasar Ulat Bulu
51 Inilah Aku
52 Bawaan Orok
53 Semoga tidak Terulang lagi
54 Tidak Ada Maaf
55 Kenapa lagi Aku
56 Bos Terbaik
57 Siapa Dia
58 Isi juga
59 Tamu Dadakan
60 Firasat Orang tua
61 Penjara Mertua
62 Ketahuan
63 Dia Lagi
64 Kamu Keterlaluan
65 Cemburu?
66 Kenapa Dik?
67 Alhamdulillah Selamat
68 Darah Siapa ini?
69 Biar Tahu Rasa
70 Tidak kapok
71 Langkah Awal
72 Aku Harus Maju
73 Perjuangan Awal
74 Awal Karma
75 Hari Baik
76 Kejutan
77 Tercium juga
78 Kena Batunya
79 Simalakama
80 Menyesalkah?
81 Balik Kanan
82 Benarkah Bertaubat?
83 Nasehat Berharga
84 Bukan Dia
85 Khawatir
86 Satu Per satu Kembali
87 Kecewa
88 Tersandung
89 Adakah Kesempatan?
90 Scoursing
91 Musibah
92 Sang Penolong
93 Semoga Selamat
94 Siapa Dia
95 Dia Kabur
96 Penyesalan
97 Tulus
98 Terbaik
99 Salah Duga
100 Bukan orang baik
101 Bertemu juga
102 Sudah Dekat
103 Maafkan
104 Sadar
105 Saat Terakhir
106 Memaafkan
107 Maafkanlah
108 Bahagia sesaat
109 Adakah kesempatan
110 Terima Kasih
111 Kecewa
112 Harapan
113 Akhir cerita
114 kata terakhir
Episodes

Updated 114 Episodes

1
Bismillah, Aku Mau
2
Semoga Berjodoh
3
Semoga Cocok
4
Ternyata Cantik
5
Semua Bahagia
6
Langsung Menikah Saja
7
Cincin Kawin
8
Bayang-bayang Masa Lalu
9
Bercabang Dua
10
Aku Akan Bertahan
11
Cari Kesempatan
12
Belum saatnya
13
Bersandiwara
14
Cobaan Pertama
15
Bikin Dag Dig Dug
16
Baru Star
17
Kasih Orang Tua
18
Dia Mutia, bukan Sinta
19
Kamu Keterlaluan
20
Harapan Orang Tua
21
Curahan Isi Hati
22
Ternyata Ia Menyukainya.
23
Dialah Permata
24
Dia Suamiku
25
Petaka Membawa Bahagia
26
Sebatas Fatamorgana
27
Tidak Biasa
28
Sate Tornado
29
Sisi Lain Rangga
30
Semua Ada Waktunya
31
Harapan Bersama
32
Tamu Kejutan
33
Terulang Lagi
34
Hanya Sandiwara
35
Do'a dari Hati
36
Berusaha Sendiri.
37
Masa Lalu Kembali
38
Taktik Cantik
39
Kejutan
40
Masih Kondusif
41
Hadapilah
42
Pengorbanan
43
Bertemu juga
44
Anugerah dan Musibah
45
Ketahuan
46
Batas Kesabaran
47
Sakit yang Aneh
48
Firasat jitu
49
Kok Bisa
50
Dasar Ulat Bulu
51
Inilah Aku
52
Bawaan Orok
53
Semoga tidak Terulang lagi
54
Tidak Ada Maaf
55
Kenapa lagi Aku
56
Bos Terbaik
57
Siapa Dia
58
Isi juga
59
Tamu Dadakan
60
Firasat Orang tua
61
Penjara Mertua
62
Ketahuan
63
Dia Lagi
64
Kamu Keterlaluan
65
Cemburu?
66
Kenapa Dik?
67
Alhamdulillah Selamat
68
Darah Siapa ini?
69
Biar Tahu Rasa
70
Tidak kapok
71
Langkah Awal
72
Aku Harus Maju
73
Perjuangan Awal
74
Awal Karma
75
Hari Baik
76
Kejutan
77
Tercium juga
78
Kena Batunya
79
Simalakama
80
Menyesalkah?
81
Balik Kanan
82
Benarkah Bertaubat?
83
Nasehat Berharga
84
Bukan Dia
85
Khawatir
86
Satu Per satu Kembali
87
Kecewa
88
Tersandung
89
Adakah Kesempatan?
90
Scoursing
91
Musibah
92
Sang Penolong
93
Semoga Selamat
94
Siapa Dia
95
Dia Kabur
96
Penyesalan
97
Tulus
98
Terbaik
99
Salah Duga
100
Bukan orang baik
101
Bertemu juga
102
Sudah Dekat
103
Maafkan
104
Sadar
105
Saat Terakhir
106
Memaafkan
107
Maafkanlah
108
Bahagia sesaat
109
Adakah kesempatan
110
Terima Kasih
111
Kecewa
112
Harapan
113
Akhir cerita
114
kata terakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!