"Pantas saja latihan mu lancar, ternyata semua latihan yang kuberikan kamu pangkas setengahnya."
Aku sedang berlari mengelilingi tempat latihan sebanyak 100x. Si hidung belang itu berubah menjadi pengajar killer karena memaksaku untuk lari 100x putaran. Aku sudah kehabisan nafas bahkan rasanya sudah tidak bernafas lagi.
Setelah mengalami neraka dunia, akhirnya aku bisa bernafas lega lagi. Si hidung belang tersenyum nyengir, hendak aku tendang selangkangannya sekarang ini. Tapi tidak jadi setelah dia memberiku es lemon untuk melegakan tenggorokan ku.
"Ini hukuman telah memangkas latihanmu," ucapnya.
Aku diam tidak membalas ucapannya. Aku melihat para kesatria yang sedang berlatih dengan asik mengayunkan pedangnya. Aku membayangkan Hyacinth yang mengayunkan pedangnya seperti para kesatria itu.
"Jangan buat latihan neraka untuk Hyacinth jika dia berlatih pedang bersamamu," ucapku.
"Jelas tidak lah. Kamu pikir aku ini apa? Pengajar dari neraka."
Aku menoleh ke arahnya dan menunjukkan muka yang mengatakan 'Memang iya'. Dia merasa tidak nyaman dan membuang wajahnya dariku. Aku menghela nafas dan berdiri.
"Jadi latihan apa lagi selanjutnya?," tanyaku.
Dia menyilangkan kedua tangannya, "Kata Rafael, kamu bisa menggunakan sihir Instan?".
"Iya. Kenapa memangnya?".
"Kita latihan bertarung. Aku akan bertahan dan kamu menyerang."
Wah kebetulan sekali! Aku ingin sekali bertarung dengannya! Kalau bisa aku hendak membunuhnya!
Duke Kalister berdiri tegak dengan menyilangkan kedua tangannya masih. Mukanya sombong seperti yakin sekali aku tidak bisa menyentuhnya sejengkal pun. Akan ku robohkan kesombongannya itu!
Aku mengatur aliran pernafasan ku. Aku harus merilekskan tubuh dan menghilangkan semua pikiran terkecuali tentang sihir. Setelah semuanya siap, aku mengeluarkan dua bola api yang melayang di kedua tanganku. Aku melemparkan bola api itu ke Duke Kalister dan terpan...tul?!!!
"Curang! Anda tidak bilang menggunakan sihir Barrier!".
"Jangan banyak bicara! Serang saja aku!".
Ok kalau begitu. Aku mengeluarkan banyak bola sihir yang membentuk lingkaran di punggungku. Aku menargetkan ke seluruh sisi tubuh Duke Kalister. Tapi tetap terpantul. Sihir Barrier nya sudah tingkat atas, sulit untuk sihir tingkat rendah seperti ku untuk menembus pertahanannya.
Aku terus melemparkan bola-bola api sambil menganalisis sihir Barriernya. Tapi nihil, benar-benar sulit mencari celah pertahanannya. Aku coba mengganti serangan ku dengan memunculkan duri es dari tanah tempat Duke Kalister berdiri. Tapi tetap gagal, dia meloncat dan malah berdiri di atas es yang aku buat.
Aku menggunakan sihir angin yang dapat menarik target ke arah yang aku inginkan. Tapi dia tidak bergerak sama sekali. Argh! Ini membuatku frustasi.
"Dengan jari-jari terang, api menyala membara. Rahasia tersembunyi terkuak dalam bilah tongkatnya. Flame Spear!".
Akhirnya aku menggunakan sihir yang baru aku kuasai walaupun harus aku rapalkan. Flame Spear tidak menembus pertahanannya tapi tidak terpantul seperti bola api. Aku jadi ada ide.
Ideku ini sebenarnya ide dari strategi pertarungan saat bertarung melawan sesama penyihir. Ini aku pelajari dari Sir Rafael. Sebenarnya sudah aku gunakan tadi menggunakan bola api namun tidak berhasil karena semua bola api terpantul.
Walaupun ini akan sangat melelahkan nanti, aku harus mencobanya. Aku membayangkan 10 tombak api berada di belakangku. Flame Spear tanpa rapalan muncul dan siap menarget Duke Kalister. Aku berdiri tegak dan menggerakkan tanganku. Aku menggerakkan tanganku dengan gaya menunjuk Duke Kalister. Satu, dua, tiga Flame Spear menyerang pertahanan Duke Kalister. Dia tidak terlihat panik atau gelisah yang artinya serangan ku tidak ada gunanya.
Aku melayangkan dua flame spear lagi dan sekarang ada 5 flame spear yang sedang ditahannya. Sisa 5 yang dapat aku kendalikan.
Aku menunjuk bagian samping kiri Duke Kalister tapi berhasil ditahannya. Kemudian kanan. Lalu belakang, hasilnya sama! Dia berhasil menahannya! AKU FRUSTASI BERAT SEKARANG! DIA MONSTER.
Aku kelelahan brutal sekarang ini. Mempertahankan 10 Flame Spear yang pada umumnya sihir tingkat menengah jelas membuatku sangat kelelahan.
"Sudah menyerah? Keringatmu sudah bercucuran bagai air terjun," ucapnya meledek.
Benar, aku sudah sangat kelelahan. Kakiku gemetar dan tanganku tidak bisa diangkat lagi. Tapi aku orangnya nekat. Akan kulakukan semua yang masih bisa kulakukan sampai titik darah penghabisan!
Tangan kiri kuangkat setinggi dadaku untuk menahan Flame Spear sekaligus melayangkan 2 Flame Spear yang tersisa ke bagian belakang Duke Kalister. Lalu dengan tangan kanan aku rapalkan sihir angin yang jadi senjata pamungkasku, "Dari timur terdengar desiran angin topan menerjang tanpa ampun. TEMPEST!!".
"Apa—Tunggu, Dorothy. Mati aku—".
Angin puyuh yang besar langsung menerjang Duke Kalister. Dengan 10 Flame Spear yang ada tertahan di Barrier Duke Kalister, terjadi [Infuse] sihir antara Tempest dan Flame Spear yang menciptakan api tornado yang sangat panas dan mematikan.
"MATI KAU!!! HAHAHAHAHAHAHA!!!!!".
Aku tertawa lepas dengan mengiringi tornado api yang membara ganas ditengah tempat latihan. Aku sangat bahagia dengan sihir Infuse yang tiba-tiba muncul dari kepalaku. Kepalaku penuh imajinasi jadi tidak ada yang bisa mengalahkan ku dalam pertarungan sihir menggunakan imajinasi! Hahahahahahahaha!!!!
Tornado api berlangsung lebih dari satu menit dan selama itu juga aku tertawa lepas. Tornado api sudah hilang, terlihat Duke Kalister dengan pakaiannya yang gosong termakan api. Melihat bajunya jadi compang camping, aku merasa puas.
"Dorothy... Kau gila."
Aku pun terjatuh. Sudah tidak ada tenaga lagi di tubuhku. Duke Kalister mendatangiku lalu menggendongku. Aku benar-benar tidak bertenaga untuk melawannya sekarang ini.
"Kamu terlalu gegabah. Infuse sihir yang kamu lakukan ditengah pertarungan bisa membuat aliran darahmu tidak stabil," ucapnya.
Dia memegang tanganku untuk memeriksa sensitivitas sihir. Dia menghela nafas lalu tersenyum. "Untungnya aliran darahmu masih normal."
"Yang penting aku mengalahkan mu!".
Tiba-tiba dari ujung pangkal mataku aku melihat sesosok perempuan berjalan menuju arah kami. Pandanganku sedikit buram karena kehabisan tenaga. Saat dia sudah dekat, baru ku dapati bahwa perempuan itu adalah si Ratu Elegan. Wajahnya begitu marah, entah kenapa dengan dia.
"Kaden! Kenapa kamu bermesraan dengan gadis kampungan itu?!".
Haish, terserah dia lah. Cape kali jika aku harus meladeninya. Duke Kalister menyandarkan ku di sebuah pilar lalu berdiri menghadapi si Ratu Elegan.
"Nona Mistelir, apa yang anda lakukan disini—".
"Harusnya aku yang bertanya, ngapain kamu sama gadis kampung itu ditempat kotor ini bermesraan?!".
Wah pertengkaran kekasih. Semangat Duke Kalister! Aku mendukungmu.
"Apa karena gadis kampungan itu kamu tidak mau menemui ku?".
Aduh mbak, saya gak ada hubungannya deh. Suer.
"Nona Mistelir, kita tidak punya hubungan lagi. Apa yang anda pedulikan?".
Wih mas, jangan melempar api di genangan bensin. Kebakar itu mbaknya loh.
"Kamu selalu bilang begitu! Selalu! Selalu! Dan selalu! Aku mencintaimu Kaden! Aku memaafkan kamu yang telah bermain dengan wanita lain! Kenapa kamu tidak membalas perasaan ku?!".
Wih mbak kalo aku jadi sampean sih sudah malas ngejar itu hidung belang. Banyak masih laki-laki diluar sana loh, dia memang tampan tapi kujamin diluar sana ada yang lebih tampan.
"Sekali lagi nona, hubungan kita telah berakhir. Maaf saya tidak bisa membalas perasaan anda," balas Duke Kalister.
Si Ratu Elegan berteriak keras sampai memekakkan telinga yang mendengar. Tiba-tiba dia melirikku. Aku bergidik ngeri, apa salahku? Dia berjalan menuju tempat aku bersandar. Wajahnya memandangku seperti Harimau yang hendak menerkam si kancil.
Tiba-tiba dia menjambak rambutku hingga aku terangkat lalu dia menamparku. "Gara-gara kau! Gara-gara kau! Gara-gara kau!!!!!," aku yang sudah tidak bertenaga terpaksa menerima tamparannya. "Argh!!!!!! Ini semua gara-gara mu jalang murahan!!". Dia hendak meninju kepalaku tapi tangannya ditahan oleh Duke Kalister.
"Hentikan Nona! Nona Perkins tidak bersalah!".
Kemudian dia melepaskan rambutku dan aku terjatuh lumayan keras. Sip, seluruh tubuhku jadi terasa nyeri sekarang.
Dia kemudian pergi meninggalkan kami dan berjalan menuju taman bermain Hyacinth. Segera aku panik karena sekarang Hyacinth sedang bermain di tamannya.
"Yang mulia, Hyacinth! Segera susul orang gila itu! Hyacinth dalam bahaya—".
Tiba-tiba Sir Rafael datang dan mengatakan, "Tenang, nona Perkins. Tuan putri sudah dibawa oleh Dame Emma beberapa menit yang lalu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments