Sekarang luka-luka ku akibat latihan pertarungan dan serangan dari monyet gila tadi sedang diobati oleh Mina. Duke Kalister sudah ganti baju dan dia berdiri di depan ku. Wajahnya sangat serius seperti sedang memikirkan perdamaian dunia. Mungkin iya perdamaian tapi bukan perdamaian dunia, tapi perdamaian di istana Kalister.
Mina terlihat menggerutu sedari tadi. Saat dia melihatku dalam kondisi kritis dan tahu siapa pelakunya, mukanya terlihat begitu kesal. Tidak ingin aku bertanya kenapa dia kesal karena aku tahu penyebabnya. Kami berdua korban dari keganasan monyet gila. Dan aku adalah korban yang paling parah.
"Dorothy aku minta maaf."
"Hah? Untuk apa?".
"Semuanya."
...
Entah bagaimana aku meresponnya. Untuk apa dia minta maaf toh bukan salahnya. Apakah dia merasa bertanggung jawab atas keganasan si monyet gila? Sepertinya iya.
"Yang mulia, beberapa hari ke depan jangan buat Karina dan nona Mistelir bertemu."
Aku tidak bisa menyebut nama Hyacinth karena ada Mina sedang mengobati pipiku yang bengkak.
"Tenang saja, aku akan meminta Jack memberitahukan kepada nona Mistelir untuk meliburkan pelajaran etika Karina."
Aku tidak merasa marah seperti minggu lalu yang aku ditampar oleh si monyet gila itu. Malahan aku merasa heran, ada yang manusia segila itu karena laki-laki yang dia kejar tidak membalas perasaannya. Iya si hidung belang ini tampan, tapi masa dia mengekor separah ini kepada Duke Kalister.
Aku meminum ramuan penambah stamina yang diberikan Duke Kalister. Perlahan aku bisa menggerakkan beberapa anggota tubuhku. Untungnya tidak cacat. Mina juga sudah selesai mengobati pipiku. Ada dua perban besar di kedua pipiku. Kujamin penampilan ku mirip dengan tupai yang menyimpan kacang di mulutnya.
"Mina, Karina dimana?," tanyaku.
"Sepertinya sebentar lagi tuan putri akan—".
Dari jauh terlihat sosok imut berlari menuju arahku. "Bibi!!!".
Dia meloncat ke arahku dan langsung memelukku. Dia menangis kejer di pelukanku. Aku tersenyum dan mengelus punggung kecilnya itu.
"Bi-Bibi kenapa? Apakah Nona Serafina yang melukai bibi?," tanya Hyacinth.
"Tidak, bibi dilukai oleh paman itu," ucapku menunjuk wajah Duke Kalister.
Duke Kalister yang memasang wajah serius tiba-tiba panik karena aku tuduh. Hyacinth melihat ke arah Duke Kalister dan aku melirik Duke Kalister untuk mengiyakan tuduhanku. Duke Kalister mengangguk, mengiyakan tuduhanku.
"Bohong! Paman tidak mungkin melukai bibi," sanggah Hyacinth.
Aku jadi ingin bertanya kenapa dia yakin bukan Duke Kalister yang melukaiku. "Kenapa kamu yakin jika paman ini tidak mungkin melukai bibi?".
Wajahnya polos mengatakan kalimat yang menggegerkan satu istana, "Kan paman suka sama bibi."
???!!
"K-Karina... Kamu tau dari—".
"Kan paman selalu perhatian sama bibi—".
Segera ku tutup mulut polosnya Hyacinth. Tiba-tiba aku teringat akan memori memalukan dimana Duke Kalister mencium keningku—ARGHRGEHRHH!!! Sudah gila kau Dorothy Perkins! Hilangkan! Hilangkan semua ingatan itu!
"Sebentar, sebentar, kamu tau soal cinta dari mana coba?!," tanyaku panik.
"Kak Rafael."
RAFAEL!!!! KUPECAHKAN KEPALAMU JIKA AKU BERTEMU DENGANMU NANTI!!!
"Padahal aku sudah meminta nona Serafina untuk pergi ke aku saja—".
Hyacinth langsung menutup mulutnya. Apa yang dia katakan tadi? Anak ini ada rahasia yang dia sembunyikan kepadaku.
I
"Hyacinth. Apa yang kamu sembunyikan?".
Hyacinth masih menutup mulutnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku memaksnya berdiri dan melihat kearah wajahku. "Katakan. Jangan sembunyikan apapun dariku."
Hyacinth tidak berbicara. Dia masih berkeras untuk diam. Heh... dia lupa yang pernah dia takuti itu siapa. Aku menarik tangannya dan mendekatkan wajahku ke wajahnya. "Jangan melawan Hyacinth. Apa yang kamu sembunyikan."
Hyacinth menangis dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Ini membuatku jadi kesal, semakin ingin aku membuat dia berbicara. Aku harus memukulnya untuk membuat dia berbicara, jika begini terus aku tidak tahu apa yang dilakukan oleh Mistelir kepadanya—
...
... Apa yang barusan aku pikirkan?
Aku melepaskan tangannya. Aku hampir melakukan kekerasan kepadanya. Kalau begini apa bedanya aku dengan Dorothy Perkins yang dulu? Aku berdiri dan menjauh dari Hyacinth. Aku melirik Mina dan berkata, "Bawa dia pergi dari sini. Jangan sampai bertemu nona Mistelir."
Mina mematuhi perintahku dan langsung menggendong Hyacinth pergi dari ruangan pengobatan.
Aku memegang kepalaku. Sial. Aku hampir saja menjadi Dorothy Perkins yang sesungguhnya. Tidak. Aku takut pada diriku sendiri. Amarah mengubah diriku. Aku merasa jiwa Dorothy Perkins bersemayam dalam amarah di hatiku. Aku bisa menahannya beberapa kali, tapi aku tidak tahu batasnya. Amarah di hatiku bagaikan gelas yang sudah terisi penuh sekarang. Jika ada lagi kejadian yang membuat amarahku kembali, maka aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku.
Aku melirik Duke Kalister dan segera mendatanginya. Aku memegang kedua lengannya dengan panik meminta pertolongan. "Yang mulia saya punya permintaan. Jika kedepannya saya terlihat marah, maka hentikan saya sebelum saya meledak."
"Tenanglah Dorothy, tangan mu gemetaran."
Aku melihat kedua tanganku. Gemetar hebat. Aku memeluk badanku sendiri dan tiba-tiba terjatuh. Aku tidak bertenaga lagi. Aku ketakutan. Aku takut pada diriku sendiri.
Duke Kalister memelukku dan mengelus kepalaku. "Tenanglah. Ada apa dengan dirimu?".
Aku merentangkan kedua tanganku dan memeluk Duke Kalister. Ketakutan ku sedikit berkurang, tapi tanganku masih bergetar.
"Berjanjilah dengan saya, yang mulia. Jika saya benar-benar ingin membunuh orang, bunuh lah saya terlebih dahulu."
***
Malam hari. Aku tidak bisa tidur. Banyak pikiran dikepalaku. Dari Hyacinth sampai diriku sendiri. Apa yang Hyacinth sembunyikan? Apakah dia sudah menerima kekerasan dari Mistelir? Apakah selama ini dia yang melindungi ku? Tapi kenapa... apa tujuannya dia melindungi ku? Tidak, tidak mungkin.
Lama-lama aku gila sendiri jika begini. Aku harus berjalan-jalan untuk menenangkan diriku.
Aku pergi dari kamarku dan menuju taman bunga. Aku berjalan santai sambil melihat beragam bunga yang ditanam disini. Hortensia, Poppy, Dandelion, Krisan, Moon flower, Bell Flower, dan masih banyak lagi. Bunga Hyacinth juga ada disini, warna putih lagi. Hyacinth putih ini mengingatku kepada matahariku itu.
...Aku ingin minta maaf atas perbuatanku memaksa dia bicara tadi siang. Tadi siang amarah hampir menguasai ku. Itu pula timbul karena penasaran dan ketakutan jika Hyacinth sudah mengalami kekerasan selama ini tanpa aku ketahui.
Diujung jalan bebatuan, ada Sir Marfield sedang memandangi bunga-bunga yang ada di depannya. Aku mendatangi nya dan dia menyadari kedatanganku.
"Nona Perkins, ada apa gerangan anda berjalan-jalan ditengah malam ini?".
"Menenangkan pikiran. Sir Marfield sendiri?," tanyaku.
Dia tersenyum. Dia berjongkok untuk mengambil sepucuk bunga Krisan dari tanah. Dia memandangi bunga itu dengan tatapan sedih. "Kalau aku mengenang cucu ku yang sedang berada di dunia luar sana," balasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments