Merasakan perbedaan

Dinar benar-benar melakukan ancamannya. Sudah sebulan lebih dirinya mengabaikan istri pertamanya, Shima.

Masalah yang mereka hadapi di biarkan sampai berlarut-larut karena keegoisan masing-masing.

Shima enggan menghubungi sang suami karena itu berarti dia harus mengakui kesalahan yang bahkan dia rasa tak pernah ia lakukan.

Apalagi setelah sang suami berpikir dia berselingkuh dan menjadi pembangkang.

Untungnya ada Asti yang selalu memberi semangat dan membuat dirinya harus lebih menyayangi diri sendiri.

Dinar pun demikian. Sebenarnya dia sangat merindukan istri pertamanya. Hanya saja dia terlalu gengsi untuk menemuinya.

Terlebih lagi dia merasa Rizka tak cukup cakap dalam merawatnya.

Di awal tinggal bersama, Rizka memang layak di sandingkan dengan Shima dalam mengurusnya.

Jika Shima tak pernah abai pada kebutuhannya sepanjang pernikahan mereka, kini berkebalikan dengan Rizka yang selalu merengek agar mereka memiliki asisten rumah tangga.

"Mas tahu, aku juga sibuk. Jadi urusan rumah biar pembantu yang urus, mengapa mas egois seperti ini sih!" keluh Rizka.

"Kamu tahu Riz, mas ngga suka ada orang asing di rumah!" tolak Dinar tegas.

"Mas, ada pembantu yang ngga harus nginap di rumah, dia bisa datang pagi dan pulang sore, jadi boleh ya?" rayu Rizka lagi.

Dan akhirnya, Dinar pun mengalah. Padahal dulu dia selalu tegas pada Shima tentang masalah pembantu ini.

Bahkan waktu Dokter kandungan menyarankan agar Shima istrirahat total selama trimester pertama pun di abaikan oleh Dinar.

Dirinya hanya tahu menyemangati Shima tanpa mau turun langsung membantu pekerjaan rumah.

Namun semua itu tetap tak di rasakan oleh Dinar. Karena dia hidup dalam prinsip patriaki, di mana sang istri harus melayani suaminya dengan baik.

Sebenarnya ada rasa trauma dalam diri Dinar jika ada orang asing di rumahnya. Dulu waktu kecil, dirinya pernah hampir di culik pembantu dan sopir orang tuanya. Hingga kata pembantu entah kenapa selalu membuatnya takut dan teringat akan traumanya.

Sebenarnya diam-diam Dinar pun selalu datang mengawasi kediaman istrinya. Dia jelas tak ingin kecolongan di mana sang istri bisa saja berselingkuh, pikirnya.

Meski ia selalu berusaha menepis pikiran buruk itu dan merasa sedikit keterlaluan kala itu. Namun begitulah cemburunya laki-laki seakan tak ada yang benar di matanya.

Namun ada yang aneh dari kehidupannya setelah bertengkar dengan Shima.

Pekerjaannya menjadi kacau dan moodnya selalu jelek.

Imbasnya, Dinar selalu uring-uringan dan menumbalkan Rizka, hingga pertengkaran kecil pun sering terjadi di antara keduanya.

"Di mana kemeja biru milik Mas Riz?" tanya Dinar pada sang istri.

"Kemeja biru yang mana mas?"

"Astaga Rizka, mas hanya punya satu kemeja biru!" sentaknya.

Rizka yang di bentak sang suami hanya bisa mendesah pasrah. Lagi-lagi hanya karena masalah sepele sang suami selalu kesal padanya.

"Mas cukup ya. Aku tahu mas lagi punya masalah sama mbak Shima. Kenapa jadi aku yang kena imbasnya? Kalau mas memang ingin berbaikan, bujuklah Mbak Shima, jangan uring-uringan di sini. Mas tahu aku sendiri juga lagi pusing dengan masalahku!"

Dinar sedikit merasa bersalah kala melihat kesedihan di mata sang istri kedua.

Dia lantas memeluk sang istri dan mengucapkan kata maaf berkali-kali.

"Maafkan mas, coba ceritakan ada masalah apa?" Dinar memang merasa beberapa waktu terakhir ini sang istri terasa lain.

"Banyak yang sudah tahu tentang statusku yang menjadi istri kedua," lirihnya.

Dinar kesal pada dirinya sendiri yang bahkan tak menyadari perubahan sang istri yang tengah memendam kesedihan seorang diri.

Dirinya merasa tak becus menjadi suami. Hingga menyebabkan kedua istrinya bahkan merasakan luka yang sama.

"Bagaimana bisa?"

Rizka menggeleng di dada bidang suaminya. Dinar menuntun sang istri kembali duduk di ranjang mereka.

"Aku ngga tahu mas. Saat aku memposting kebersama kita di acara mbak Andin. Ada akun anonim yang mengatakan statusku," jelasnya.

"Kamu mencurigai siapa?"

Rizka menatap sang suami takut-takut. Dia lantas membuang muka dan meremas ujung bajunya.

Sungguh dia pun telah berusaha mencari siapa akun anonim tersebut tapi tetap tak bisa ketemu.

"Hei kenapa? Ayo katakan! apa ada seseorang yang kamu curigai? Kamu tenang aja Riz, enggak akan mas biarkan orang lain menyakiti kamu," ucap Dinar yakin.

Rizka menggigit bibirnya kelu. Dia tak ingin membuat masalah antara suami dan madunya semakin dalam.

Sungguh dalam hati Rizka, dia hanya ingin Shima mengerti posisinya sejenak yang merupakan pengantin baru. Dia tak pernah berpikir untuk merenggangkan hubungan keduanya.

Dia bahkan sedang membuat rencana pertemuan untuk suami dan madunya agar keduanya bisa segera menyelesaikan masalah mereka.

Rizka tak ingin ikut campur dalam permasalahan suami dan madunya. Namun mendapati sang suami yang selalu menumpahkan amarah padanya, jelas membuatnya jengah juga.

"Mas, hanya keluarga kita yang tahu tentang statusku dan—" ucap Rizka ragu.

"Dan?"

"Dan Bu Asti mas, temannya mbak Rizka itu," ucapnya lirih.

"Jadi kamu mencurigai temannya Shima?"

Rizka panik saat melihat kemarahan suaminya. Jelas dia tak ingin masalah dan tuduhannya pada Asti akan membuat keributan lagi anatara sang suami dan madunya.

"Mas tenang, jangan sampai Mas berantem lagi sama mbak Shima—"

"Tapi Riz," sela Dinar tak terima. Benar-benar lelaki tak tahu diri. Baru saja merindukan sang istri pertama. Namun melihat kesedihan istri keduanya mendadak lupa akan janjinya lagi.

"Aku bisa selesaikan ini mas," ucap Rizka lembut.

"Caranya?"

"Aku akan mendatangi Bu Asti siang ini. Kita kan ngga boleh berburuk sangka dulu mas, siapa tahu bukan mbak Asti kan. Hanya saja aku ingin mencari tahu dulu. Makanya aku ngga mau gegabah."

Dinar menarik napas panjang dan menghembuskannya secara kasar. Masalah yang mereka hadapi terlalu bertubi-tubi. Membuat penat kepala Dinar.

"Sudah mas jangan pikirkan masalahku. Aku cuma mau curhat aja. Lebih baik mas segera selesaikan masalah mas dengan mbak Shima."

.

.

Di kantor, tubuh Shima yang kembali terasa aneh membuatnya sulit berkonsentrasi.

Dia sering pusing, bahkan dia merasa datang bulannya sangat tidak lancar dan hanya terdapat flek saja.

"Kamu enggak papa Shim?" tanya Damian. Jika dalam keadaan biasa tangan kanan atasannya itu hanya akan memanggilnya dengan nama saja.

"Eh, ngga papa Pak, maaf, badan saya agak ngga enak aja," jawab Shima jujur.

"Apa karena kamu nyusun proyek di tempat pak Bupati ini?" tanya Damian.

"Ah iya pak, saya heran kenapa bisa Femi yang jadi ketuanya. Emm ... Maksudnya," Shima menjawab gugup.

Shima yang mendengar cerita Asti waktu pengerjaan proyek ini jelas merasa sedih karena sahabatnya yang banyak bekerja, tapi tiba-tiba klaim di ketuai oleh Femi yang tadinya hanya anggota.

Dirinya yang sudah tahu bagaimana semangatnya sang sahabat mengerjakan proyeknya jelas merasa sedih.

Entah bagaimana ketua tim divisi mereka mengganti nama Femi menjadi ketua. Banyak yang geram tapi tak bisa berbuat apa-apa begitu juga dengan Asti.

"Saya tahu. Kamu tenang saja, kita bisa lihat nanti bagaimana pekerjaan dia," jawab Damian.

Shima hanya mengangguk. Dia berdoa semoga ada jalan yang adil bagi temannya yang telah bekerja keras untuk proyek mereka.

"Ayo kita berangkat," ajak Emilio begitu dia keluar dari ruangannya.

Shima segera bangkit mengikuti atasannya. Tak lama mereka tiba di lantai tempat ruangan tim desain 1 di mana Femi dan dua anggota lainnya termasuk Asti sudah siap menyambut atasan mereka.

Shima hanya bisa memberikan dukungan melalui senyuman saat melihat wajah Asti yang murung.

"Kalian sudah siap?" tanya Damian tegas.

"Sudah pak, semua proposal dan desain sudah siap semua!" jawab Femi sembari menepuk tas laptopnya.

"Ayo kita berangkat!" ajak Emilio.

Mereka sampai di sebuah hotel tempat yang akan di adakannya rapat itu.

Sesaat Shima merasa tubuhnya sangat lemah. Emilio yang berada di dekatnya lalu terkejut saat Shima tiba-tiba limbung dan tak sadarkan diri.

Beruntung dia sigap dan segera membopong tubuh Shima.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang melihat keberadaan keduanya dan mengambil gambar mereka.

.

.

.

Lanjut

Terpopuler

Comments

guntur 1609

guntur 1609

pa taslah istrimu gak kunjung hamil. rupanya karna ke egoisanmu

2024-11-08

0

guntur 1609

guntur 1609

shima kau saja yg bodoh ajukan gugatan ke oengadilan. biar dinarnya yg pusing

2024-11-08

0

yukmier

yukmier

jangan2 shima hamil,,,

2024-05-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!