Beberapa hari tak bertemu sang suami, kini Shima merasa sudah biasa. Dia hanya bisa mendesah pasrah kala pesan atau pun panggilan suami tak ada sama sekali.
Shima bingung, apa secepat ini suaminya berubah?
Kondisi tubuh Shima pun terasa aneh, dia merasa sering lemas dan pusing. Namun dia berpikir karena dirinya yang makan tidak teratur dan pekerjaan dari Damian yang membuatnya sedikit kesulitan.
Pagi ini saat kembali bekerja, dirinya bertemu dengan Femi di dalam lift. Wanita itu tersenyum sinis padanya.
Di sana Femi merapikan pakaiannya. Shima menggeleng tak percaya, sebab Femi masih belum merubah penampilan seksinya, meski sudah mendapat teguran langsung dari atasan mereka.
Meski tak pernah mengenal secera pribadi. Kini Shima sadar jika seseorang seperti Femi ini sangat mengerikan.
Terlebih dia sudah mendengar beberapa perangai buruknya lewat Asti.
Benar-benar bekerja hanya bermodalkan paras cantik saja.
Femi tak melakukan pekerjaannya yang membuat Asti sangat kesal. Semua pekerjaan wanita itu di kerjakan oleh Arman.
Shima berpapasan dengan Asti saat pintu lift terbuka.
Mata Asti berair menandakan sahabatnya itu ingin menangis.
"Ya ampun bisa-bisa aku gila kerja sama si Femi Ma!" keluhnya.
"Kenapa lagi? Eh kamu mau ke mana?"
"Mau ke ruangan kamu lah. Mau nganter materi ini buat di serahin ke pak Emilio," jawabnya sembari mengusap sudut matanya.
"Ngeselin banget ya dia."
"Iya. Yang paling bodoh itu ya si Arman mau-mauan aja dia jadi babunya di Femi. Timbang di senyumin doang. Ya ampun tuh anak otaknya bener-bener ngga waras!" ucapnya panjang lebar
Keduanya tak henti membicarakan Femi sampai di lantai tempat kerja Shima.
"Eh, kenapa ngga langsung aku kasihin kamu aja ya tadi ini laporan!" keluh Asti sambil menggaruk kepalanya.
Shima terkekeh mendengar keluhan sang sahabat.
"Ya udah sih ngga papa, hitung-hitung ngilangin sedikit stres. Gimana kalau nanti aku traktir makan siang?" tawar Shima.
"Ah serius? Boleh deh. Beneran loh ya!"
"Iya, gih sana balik kerja!" usir Shima.
Dia berjalan penuh semangat menuju meja kerjanya. Belum ada Damian di mejanya yang menandakan jika atasan mereka juga belum tiba.
Seperti instruksi Damian. Shima setiap pagi harus membuka hordeng dan menyemprotkan pengharum ruangan di ruangan Emilio.
Dia juga sudah harus menata berkas-berkas yang akan di periksa oleh Emilio nanti.
Baru saja hendak menutup pintu ruangan sang bos, tubuhnya sedikit menegang kala melihat sang atasan tengah tertidur di sofa ruangannya.
"Apa Pak bos lembur di sini ya," monolognya.
Shima mendekati Emilio dan memperhatikan sang atasan yang masih mengenakan pakaian kerjanya kemarin.
Dirinya bingung apa harus membangunkan sang bos atau keluar saja.
"Aku tahu aku tampan, enggak perlu kamu melihat saya seperti itu!" tegur Emilio masih dengan mata terpejam.
Shima yang terkejut panik dan hendak melarikan diri. Namun sayang gerakannya dapat di baca oleh Emilio, hingga sang atasan mencekal tangannya.
"Pak mau apa?" tanya Shima takut-takut.
"Saya sudah punya suami pak!"
Emilio tersenyum miring yang justru membuat Shima semakin ketakutan.
"Kamu memang memikirkan apa hah!" dengusnya lantas melepaskan cekalan tangannya.
Shima mengusap pergelangan tangannya yang sedikit terasa sakit.
"Bukankah kamu perempuan itu?" tanya Emilio tiba-tiba.
"Hah! Eh," Shima merasa gugup. Jangan sampai dia di pecat di hari ketiganya menjadi sekretaris.
Kenapa Pak Emilio baru sadar sekarang sih. Aduh kenapa enggak lupa ingatan aja dia.
Emilio lantas berjalan melewati Shima menuju mejanya. Dia mengambil sesuatu dari sana.
"Ini punyamu kan?" ucap Emilio sembari memberikan sapu tangan milik sekretarisnya.
Dengan canggung Shima menerimanya lalu menunduk.
"Sekarang aku dah tenang," ucap Emilio yang tak di mengerti oleh Shima.
"Aku cari-cari kamu di sana karena mau mulangin itu. Ternyata kamu karyawan si tua bangka," gerutunya.
Ya ampun enggak sopan banget ini lelaki, panggil bapaknya tua bangka.
"Tolong buatkan aku kopi seperti kemarin." Perintahnya, lalu kembali sibuk dengan berkas di depannya.
Shima yang bingung harus melakukan apa, segera berlalu dari sana. Keluar dari sana dia berpapasan dengan Damian yang baru datang membawa beberapa paper bag di kedua tangannya.
"Kamu kenapa? Kaya ketakutan?" tanya Damian.
"Ah, enggak papa pak. Saya permisi dulu mau buat minuman untuk Pak Emilio. Apa bapak juga mau saya buat kan sesuatu?" tawar Shima.
"Tidak terima kasih. Oh ya tolong sekalian tata ini di mangkuk untuk pak Emilio," ujarnya sembari memberikan salah satu paper bagnya.
"Iya. Baik pak," ujar Shima lantas segera berlalu dari sana.
Sesampainya Damian di ruangan sang atasan, dia segera meletakkan paper bag lain berisi pakaian kerja Emilio.
"Kamu apain si Shima sampai dia ketakutan gitu?" cecar Damian.
"Memang aku apain? Cuma mulangin sapu tangan dia doang!" gerutu Emilio.
"Lah aku kira udah di balikin lama. Baru di kasih?"
"Ada apa sih?" sambung Damian penasaran.
"Kamu liat ngga, sebenarnya si Shima kaya punya masalah serius. Aura wajahnya keliatan enggak pernah ceria!"
"Oh itu," jawab Damian santai.
Emilio lantas memicing mendengar jawaban tangan kanan sekaligus sahabatnya itu.
"Kamu tahu sesuatu?"
Damian menarik napas panjang lalu menatap Emilio serius. "Jelaslah! Aku yang sepanjang waktu harus ngajarin dia. Aku liat-liat dari cara kerja dia waktu dulu cukup bagus. Tapi saat kerja sama kita, dia kaya kurang konsetrasi, akhirnya aku cari tahu penyebabnya!"
"Kalau boleh protes, dari pertama aku udah pengen kamu ganti dia! Tapi karena aku tahu watak kamu, jadi ya sudahlah."
"Memang dia kenapa?"
"Suaminya nikah lagi."
Emilio hanya mendesah, lalu menyandarkan punggungnya ke bangku.
"Tapi syukurnya kinerja dia membaik. Kayaknya dia udah mulai menerima keadaan. Maybe. Entah mungkin juga karena aku yang seorang penyabar ini selalu membimbingnya dengan baik!" kelakarnya.
Ketukan di pintu membuat obrolan keduanya terhenti. Shima masuk membawa makanan dan kopi pesanan atasannya.
"Terima kasih," ujar Emilio sembari menatap Shima dalam.
Shima yang tak tahu tengah di perhatikan sang atasan masih menunduk dan berlalu.
Damian yang kesal lantas melempar gumpalan tisu ke arah atasannya.
"Bini orang, inget!"
"Astaga aku tahu!"
"Kita harus awasi Sandy. Dia udah mulai gerak," ucap Damian tiba-tiba.
"Lu pikir kenapa aku lembur semalam, kalau enggak karena gerakan si Sandy. Sialan emang itu orang. Maunya apa sih!"
.
.
Saat jam makan siang, Shima pergi bersama dengan Asti seperti janjinya pagi tadi.
"Ma, aku kok curiga ya si Femi itu ada main sama pak Aris!"
"Hust, enggak boleh gitu. Suudzon namanya kamu."
"Beneran Ma. Nih ya," Asti mendekati Shima lantas berkata lirih.
"Aku pernah denger suara keduanya di kamar mandi atas, mereka kaya lagi—" Asti lantas mempraktekan dengan kedua tangannya di satukan.
"Ah masa sih kamu salah denger kali," elak Shima.
"Serius Ma. Aku nungguin sampai mereka keluar dan duar! Beneran pak Aris sama Femi dong. Gila enggak mereka anu-anuan di kamar mandi." Asti bergidik ngeri membayangkannya.
"Udahlah urusan mereka itu. Oh ya Ti, nanti pulang kerja mau enggak kamu temenin aku belanja?" pinta Shima penuh harap.
Ia yang berencana datang ke acara saudaranya Rizka membutuhkan pakaian baru. Sekaligus untuk merefresh otaknya yang penat.
"Boleh. Mau beli apa emang?"
"Baju," jawab Shima lirih.
"Ok siap. Nanti aku ajak ke butik langgananku. Di sana pakaiannya bagus-bagus."
Shima mengangguk lantas menggerakan jarinya membentuk huruf 'O'
Saat keduanya akan kembali, Keduanya lagi-lagi melihat keberadaan Femi yang sedang bergelayut manja kepada seorang lelaki.
"Lah, itu si Femi sama siapa lagi dah!" gerutu Asti.
Shima mengedikkan bahu lalu kembali mengajak Asti berjalan. Keduanya sampai berpapasan dengan Femi dan lelaki yang di gandengnya.
"Eh kalian. Mampu juga ternyata makan di restoran ini?" ejek Femi yang membuat Asti geram.
Melihat gelagat Asti yang akan menanggapi ucapan Femi, Shima segera menyeret sahabatnya dan berlalu dari sana.
.
.
.
Lanjut
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
ubah penampilan mu Shima biar Dinar meleleh 😏
2024-06-05
0
yukmier
aduuh shima bosmu dah ada radanya
2024-05-28
0
Soraya
shima lbih baik kmu cuekin aja dimas sm istri muda nya kmu pokus sm dirimu sendiri
2024-05-28
0