Dinar segera mendekati keduanya. Dia segera menarik sang istri yang masih berada dalam dekapan lelaki asing.
"Kamu enggak papa?" tanya Emilio mengabaikan kemarahan Dinar.
"Maaf pak!" ucap Shima gugup.
"Apa-apaan kamu Shima! Siapa lelaki ini?" cecar Dinar emosi.
"Tenang Pak, kenalkan saya Emilio Sergio, atasan Bu Shima di kantor," jelas Emilio sembari mengulurkan tangannya.
Sayangnya tak ada sambutan dari Dinar yang masih memandangnya tajam.
Melihat suami dari sekretarisnya yang salah paham dengan kejadian mereka tadi, Emilio kembali menjelaskan.
"Maaf pak, tadi Bu Shima hampir terjatuh karena menabrak saya. Tolong jangan salah paham," ucapnya.
Tanpa ingin menanggapi ucapan Emilio, Dinar segera menarik tangan sang istri hendak membawanya pergi. Cemburu membuatnya tak bisa berpikir jernih.
Baru juga selangkah, panggilan Rizka membuat langkahnya terhenti.
Terlebih lagi, lelaki yang tadi menolong sang istri ternyata mengenal istri keduanya juga.
"Rizka?" panggil Emilio pada wanita yang berhenti di hadapannya.
Rizka menoleh dan mengernyit heran menatap pada Emilio.
Sedangkan Dinar berbalik dan mendekati istri keduanya.
"Aku harus bicara dengan Shima. Tolong jangan bicara dengan siapa pun Rizka!" ancamnya sembari melirik Emilio.
"Tapi Mas, acaranya ..."
"Tolong mengerti aku dulu," pinta Dinar tegas lalu kembali menarik sang istri pertama.
Emilio lantas menatap kepergian sekretaris dan suaminya dengan pandangan yang sulit di artikan.
Sedangkan Rizka yang sudah di peringatkan sang suami untuk tak berbicara dengan lelaki lain, seakan lupa dengan perintah suaminya itu.
"Maaf kamu siapa?" tanya Rizka heran. Dia sedikit merasa asing pada lelaki di depannya ini.
Emilio yang melihat Rizka lalu tersenyum tipis. "Bukankah tadi itu suamimu? Lalu dia juga ..."
"Tolong jangan ikut campur! Jawab saja siapa kamu? Apa kita saling mengenal?"
Emilio terkekeh dan memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Aku Emilio Sergio. Mungkin kamu lebih mengenal aku Gio," jelas Emilio.
"Gio?" ulang Rizka sembari mengingat sosok lelaki di depannya.
Istri kedua Dinar itu menelisik penampilan Emilio dari atas sampai ke kaki.
Dia teringat akan sosok dengan nama Gio saat kuliah dulu, tepatnya kala dia sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata di sebuah konveksi kecil.
Dan sosok Gio saat itu yang bertubuh gempal dengan kulit sedikit kusam sangat berbeda dengan nama Gio di depannya saat ini.
"Maaf Gio yang mana ya?"
"Saya Gio yang dulu pernah bekerja di konveksi Pak Hartanto," jelas Emilio hingga membuat mata Rizka membulat sempurna.
"Mas Gio?" panggilnya terbata karena tak percaya.
Sosok Gio yang dia kenal sangat berbeda jauh dengan lelaki yang ia lihat kini.
"Ka-kamu kenapa bisa ada di sini Mas?"
Andin dan Deva mendekati keduanya. "Wah enggak nyangka kalau pak Emilio mengenal adik ipar saya," sela Deva.
"Tapi bapak kenal juga dengan perempuan tadi?" tanya Deva penasaran.
"Siapa? Bu Shima? Dia sekretaris saya," jawab Emilio santai.
Hati Rizka tergelitik karena tak menyangka sang kakak madu ternyata dekat dengan sosok lelaki yang dulu pernah ia tolak.
Dunia macam apa ini, kenapa lelaki yang dia kenal berputar di sekitar dirinya dan kakak madunya, rutuknya dalam hati.
"Terima kasih atas undangannya Pak Deva. Saya harus pamit karena ada acara lain lagi," ujar Emilio undur diri.
Lalu setelahnya dia menyalami Deva dan juga Andin, sedangkan dengan Rizka dia hanya mengangguk.
Selepas kepergian Emilio, Rizka segera di cecar sang kakak.
"Kamu kenal sama Emilio Sergio?" tanya Andin tak percaya.
"Aku kenalnya kak Gio, enggak tau nama panjangnya," jawab Rizka malas.
"Ya terserahlah. Astaga Riz, kamu kenal pemilik perusahaan besar tapi malah nikahnya sama Dinar, bodoh banget sih!" gerutu Andin pada sang adik.
Rizka yang mendengar mencebik kesal. Dia masih kepikiran sosok Gio yang sangat berubah drastis.
"Emangnya Mas Gio itu pemilik perusahaan apa mbak?"
"Perusahan ESAC Desain. Tahu kan kamu?"
"Perusahaan desain furnitur yang besar itu?" tanya Rizka tak percaya.
"Iya. Mbak heran kenapa kamu bisa kenal orang besar kaya dia?"
Rizka terdiam, ingatannya kembali pada masa lima tahun lalu saat dirinya sedang magang di mana lelaki yang ia kenal bernama Gio itu selalu membantunya.
Dia tak tahu Gio bekerja sebagai apa di sana, sebab keberadaan Gio hanya sesekali dan para karyawan di konveksi Pak Hartono hanya bilang jika mereka sedang melakukan bisnis.
Rizka dulu sering melihat Gio selalu berada di sebuah ruangan seorang diri, lama kelamaan Gio menyadari keberadaan Rizka karena dirinya harus melakukan pekerjaan tak jauh dari ruangan itu.
Gio yang ternyata ramah dan sering membantunya, membuat keduanya cukup dekat. Itulah awal pertemuan mereka dulu.
Hal yang tak Rizka sangka, Gio ternyata menaruh hati padanya. Rizka yang masih memendam perasaan pada Dinar sang cinta pertamanya tak pikir panjang langsung menolak cinta Gio.
Terlebih lagi saat itu penampilan Gio benar-benar sangat sederhana dan terkesan biasa.
Dirinya yang merupakan primadona kampus tak mungkin berpacaran dengan seseorang seperti Gio.
Jika sang kakak tahu bagaimana dulu mereka kenal, Rizka yakin sang kakak akan membodoh-bodohi dirinya.
"Dia dulunya karyawan di tempat aku magang! Udah ah, ayo kembali, kakak kan masih banyak tamu," elak Rizka.
.
.
.
Di dalam mobil Shima dan Dinar sama-sama saling terdiam.
Shima sendiri tak mengerti kenapa sang suami bisa semarah itu, toh kejadian tadi tidak di sengaja. Lagi pula atasannya tidak memeluknya erat atau bagaimana.
Shima bahkan sadar jika atasannya itu berusaha menjaga jarak darinya.
Dirinya merasa malu jika bertemu sang atasan besok. Terlebih lagi sang suami bahkan tak mau berkenalan dengan atasannya dan mendengarkan penjelasannya.
Sesampainya di dalam rumah, Dinar kembali berlaku kasar dengan menarik tangan Shima dan mendorongnya hingga sang istri terjerembab duduk di sofa ruang tamu mereka.
"Aww ... Mas kenapa sih? Mas marah? Bukannya mas tadi dengar penjelasan Pak Emilio?"
"Bisa ngga kamu jaga diri kamu Shima. Jangan keganjenan. Mas benar-benar ngga mengerti kenapa kamu berubah begini!" ucap Dinar geram.
Shima yang tak terima di katakan Ganjen, lantas bangkit berdiri.
"Aku berubah? Mas sadar, bukankah mas sendiri yang berubah?"
"Jangan mengelak Shima! Jelas-jelas kamu sekarang selalu membuat mas marah. Sebenarnya kamu kenapa Hah!"
"Aku buat mas marah karena apa? Lalu apa hanya mas aja yang boleh ha ... hi ... Sama lawan jenis?"
"Apa maksud kamu Shima? Rizka istri mas juga, kenapa kamu masih mempermasalahkan hal itu?" bentaknya.
"Aku paham posisi Rizka. Apa mas lupa dengan yang udah mas lakuin sama kakaknya Rizka kemarin? Bercengkrama akrab seperti tak ada pembatas. Mas marah aku bicara sama suami mbak Andin. Lalu mas sendiri? Bahkan aku liat mbak Andin bergelayut manja sama mas, dan mas tak mempermasalahkannya?"
Dinar mengusap wajahnya kasar. Dia benar-benar tak mengerti dengan pikiran sang istri.
"Ya ampun Shima dia itu kakak iparku. Lagi pula mas kenal sama Andin dan Rizka sejak dulu. Kamu tahu kalau niat mas di sana sedang membantunya. Kenapa kamu mempermasalahkan sesuatu yang tak masuk akal?"
"Terserah mas aja. Lagi pula aku enggak peduli. Mas pasti tau kalau ipar itu adalah maut. Jangan sampai hal buruk terjadi sama rumah tangga mas dan Rizka, kan ngga lucu!" sindirnya.
"Astaga karena cemburu buta seperti itu kamu mebalas mas tadi? Sama suami mbak Andin dan atasanmu itu? Sejak kapan kamu dekat dengan atasanmu hah!"
"Dekat bagaimana maksud mas? Sudah aku bilang dia atasanku kedekatan seperti apa yang mas pikirkan?"
"Selama ini kamu tidak pernah cerita tentang atasanmu. Bagaimana mas enggak curiga Shima," tuduh Dinar.
Hati Shima sangat terluka mendengar tuduhan sang suami padanya.
"Apa mas curiga aku berselingkuh?"
Dinar menjambak rambutnya, dia merasa pembicaraan ini benar-benar tak akan menemui akhirny kecuali saling menyakiti.
"Mas pergi dulu. Tolong renungi kesalahanmu. Maaf ini hukuman untukmu. Setelah kamu tahu apa kesalahanmu, mas akan datang lagi nanti," putus Dinar dan hendak melangkah pergi.
"Apa mas akan meninggalkanku?" air mata sudah mengalir di pipi Shima. Dia tak mengerti mengapa akhir-akhir ini selalu bertengkar dengan sang suami.
"Mas enggak bisa serumah dengan istri pembangkang!" jawab Dinar dan berlalu pergi.
.
.
.
Lanjut
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Akbar Razaq
syukurin eesyukurin....
2024-12-23
0
Yunerty Blessa
untuk apa lagi pertahanan Shima... Dinar sudah kecanduan dengan Rizka 😏
2024-06-05
0
yukmier
iya uda kmu pergi aja nar,,biarkan shima ama emilio aja,,,awokawok...hhhh
2024-05-28
0