Kehilangan rasa

"Mah tolong jangan begini! Aku harus memperbaiki hubungan dengan Shima. Dinar yakin Shima pasti tengah terluka mah. Tolong mamah mengerti!" pekik Dinar frustrasi.

"DINAR! Sudah berani kamu membentak mamah?" Di seberang sana Amanda menangis.

Dia dilema. Benar-benar tak enak hati dengan besan baru dan keluarga besar Rizka.

Amanda merasa jika Dinar telah mempermalukannya hanya karena ingin mencari keberadaan Shima.

Padahal, semua itu salah dia. Namun dia lupa jika dialah biang masalahnya.

"Hanya hari ini Dinar. Mamah mohon, setelah ini kita akan berusaha memperbaiki hubungan kamu dan Shima lagi. Mamah yakin Shima akan menerima keadaan ini secara perlahan-lahan," bujuk Amanda.

"Mah masalahnya Shima enggak ada di rumah. Dinar yakin ayah sama ibu sudah membawa Shima pulang ke rumah mereka," jelas Dinar lemah.

"A-apa?"

Amanda tak berpikir jika Shima akan meninggalkan rumah putranya. Ia tahu Shima kecewa dan terluka. Namun dia yakin suatu saat Shima akan mengerti dengan keinginannya ini.

Meski sakit di awal, Amanda yakin cepat atau lambat Shima akan memahami keadaannya dan menerima pernikahan ini.

Toh sedari awal Shima pun telah setuju. Kini, Amanda takut jika Shima berubah pikiran. Sebab dia ingat betul jika besanya, yang notabenenya adalah orang tua Shima tak setuju putri mereka di madu.

Ingatannya kembali ke masa kala dirinya dan sang putra harus menyusul Shima yang memilih pulang kampung setelah permintaanya pada Shima agar merelakan putranya menikahi Rizka.

Anshori sangat murka setelah mendengar penjelasan Amanda.

Dengan tegas Anshori meminta agar Dinar menceraikan putrinya.

Bahkan Anshori memukul sang putra dengan membabi buta. Membuat dia marah, tapi tak bisa apa-apa.

Amanda kalang kabut karena ia yakin sang putra tak akan pernah mau melepaskan mantu pertamanya itu.

"Saya mohon pak Anshori. Bapak tahu betul apa yang telah kami perbuat agar Shima bisa hamil bukan?"

"Bahkan saya rela menjual tanah peninggalan suami saya untuk program bayi tabung mereka! Lalu apa hasilnya?"

"Saya tahu, bukan Shima yang mau semua itu. Namun, apa saya tidak boleh berharap?"

Di sela tangisannya, orang tua Shima mau mendengarkan curahan pilu besan mereka.

Orang tua Shima sadar akan kekurangan putri mereka. Namun untuk membiarkan putri mereka di madu jelas Anshori tak terima.

Lebih baik Shima di pulangkan padanya dan membiarkan putrinya mendapatkan kebahagiaannya sendiri.

Namun sayang, semuanya tak seindah pikirannya. Dia yang mengira sang putri pulang karena tak terima akan di madu, nyatanya justru malah bersedia dengan permintaan besannya.

"Ayah, maafkan Shima. Shima memang datang ke sini untuk menenangkan diri. Biarkan Shima menghadapi masalah Shima dan Mas Dinar sendiri," sela Shima yang kini memeluk Dinar yang terluka akibat pukulan ayahnya.

"Kamu tahu apa itu di madu? Jelas nanti bukan kamu lagi prioritasnya! Di mana harga diri kamu hah!" bentak Anshori.

Hati ayah mana yang tak sakit kala anaknya di pojokkan tak sempurna. Dia ingin putrinya bahagia, tapi tidak dengan cara seperti ini.

"Ini keputusan Shima Yah. Shima mengizinkan Mas dinar untuk menikah lagi," jawab Shima yang membuat tubuh Anshori lemas.

Bahkan Yusri sudah menangis sejak tadi. Wanita paruh baya itu tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun.

"Jangan pisahkan mereka Pak. Pernikahan ini tak ada salahnya. Ini cara terakhir saya berharap mendapatkan keturunan dari putra saya. Lagi pula, Dinar tidak selingkuh," bela Amanda.

Meski kesal Amanda berusah tetap tenang dalam menghadapi besannya.

"Terserah kalian." Anshori bangkit lalu mengajak sang istri untuk ikut bersamanya.

Langkahnya terhenti di depan sang putri. "Ini pilihanmu. Poligami itu tak semudah yang kamu pikirkan." kemudian mereka kembali berjalan meninggalkan Shima, Dinar dan ibunya.

Amanda menghela napas, lalu ikut berjongkok di hadapan sang putra.

"Mamah akan menginap di hotel. Tolong jaga Dinar Shima."

"Kamu tahu ini bukan salah Dinar. Dan mamah harap kamu bisa melindungi Dinar dari ayahmu," kecamnya.

.

.

Dinar yang kelelahan, tak sadar telah tertidur dengan pakaian lengkapnya.

Tubuh serta pikirannya sangat lelah. Lelaki itu amat sangat takut kehilangan sang istri.

Suara riuh di depan kamarnya, membuat Dinar terbangun.

Senyumnya terbit kala membayangkan jika sang istri telah kembali.

Bergegas dia bangkit dan berlari menuju sumber suara.

Dapur menjadi tempat tujuannya.

Dinar mendengar suara senandung orang sambil memasak di sana.

Istrinya biasa melakukan hal itu. Membuat perasaan Dinar bahagia.

kamu pulang sayang. Batinnya bersorak riang.

Namun langkahnya terhenti kala melihat jika di depan sana bukanlah sang istri pertama. Melainkan Rizka, istri keduanya.

"Eh kamu udah bangun Nar?" tanya Amanda dari arah pintu belakang.

"Mah?" panggil Dinar dengan suara tercekat.

"Kamu ini Nar ... Nar. Untung kami datang semalam. Kamu membiarkan pintu utama terbuka. Coba kalau ada maling gimana? Udah gitu main tidur aja!" gerutu Amanda di sertai kekehan.

"Mas mandi dulu ya, sebentar lagi sarapan siap," sela Rizka dengan senyum mengembang.

"Iya gih sana. Bau tau!" sambar Amanda sambil mengipasi hidungnya.

"Mamah kaget loh Nar, ternyata Rizka bisa masak. Enak lagi. Mamah yakin kamu pasti nanti ketagihan," sambungnya.

"Kenapa kalian ke sini?" cecar Dinar yang tak mengerti jalan pikiran kedua wanita di depan sana.

Dinar merasa ibunya tak punya empati dengan datang bersama Rizka ke rumahnya.

Bagaimana jika sang istri melihat keberadaan Rizka di sana? Apa tidak semakin menambah masalah antara dirinya dan sang istri.

Dinar mengacak rambutnya frustrasi.

"Kamu kenapa sih. Rizka ini juga istri kamu. Biarkan Shima menenangkan diri dulu. Rizka juga ingin mengurus kamu Nar!" jawab Amanda geram.

"Tapi ngga gini caranya Mah. Gimana perasaan Shima kalau tahu ada Rizka di sini? Tolong hargai privasi kami. Dinar mohon mamah jangan ikut campur lagi urusan Dinar."

Ucapan sang putra sangat menyakiti hatinya hingga membuat air mata Amanda luruh.

Rizka yang melihat perdebatan keduanya lantas memeluk sang mertua.

"Mas, tolong jangan begini," pinta Rizka lembut.

"Ah sudahlah. Dinar mohon mamah sama Rizka pergi dari rumah ini sebelum Shima kembali. Dinar tak ingin membuat masalah lagi dengan Shima mah!" pintanya.

Dinar tahu ucapannya sangat menyakiti sang ibu. Namun dia hanya ingin tegas. Terlebih lagi, ibunya seperti lupa dengan janjinya untuk kembali memperbaiki hubungannya dengan sang istri.

"Maafkan mamah Nar. Mamah hanya ingin agar Rizka juga mendapatkan hak yang sama dengan Shima. Lagi pula Shima sendiri yang memilih pergi. Jadi biarkan tugas Shima di gantikan sementara oleh Rizka. Apa mamah salah?"

Dinar memilih berlalu dari keduanya. Tak akan menang jika dia berdebat dengan sang ibu sekarang.

Ada hal yang lebih penting yaitu menemui Shima dan membujuk istri pertamanya itu untuk pulang.

Dinar membersihkan diri sebelum pergi menemui Shima di kediaman orang tuanya.

Saat hendak berganti pakaian, ponselnya berdering. Sebuah panggilan video dari sang istri membuat perasaan gundahnya hilang seketika.

Dinar bergegas mengangkat panggilan Shima tanpa peduli dengan penampilannya yang hanya memakai handuk yang di lilitkan di pinggang.

Baru saja saja hendak bersuara. Panggilan Rizka di luar kamarnya membuat hati Shima kembali terluka.

"Apa Rizka ada di rumah kita mas?" tanya Shima dengan air mata berderai.

Dinar mengumpat, penampilannya saat ini pasti membuat sang istri salah paham.

.

.

.

Lanjut

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

tidak guna bertahan Shima..palingan nanti Dinar akan berpaling dari kau

2024-06-05

0

yukmier

yukmier

shima minta cerai aja udah

2024-05-28

0

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

poligami menyisakan kedukaan, biasanya istri tua yg menderita

2024-03-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!