Menyusul

Semua mata tertuju padanya. Queen berlari menghampiri orang tuanya dan meninggalkan Shima sendiri di depan pintu.

Dinar yang melihat keberadaan sang istri lantas bangkit berdiri, dan menghampiri sang istri.

"Sayang. Kenapa kamu ngga angkat panggilan mas?" tanyanya sendu sembari merengkuh tubuh sang istri.

Shima hanya bisa menangis di pelukan suaminya. Rasa kesal dan sakit hati mendadak hilang saat melihat sang suami ternyata mengkhawatirkannya. Begitu lemah dirinya larut dalam buaian sang suami, rutuknya dalam hati.

Andaikan tidak ada cinta, seharusnya Shima mampu mendorong sang suami yang telah lancang memadu cinta di rumahnya.

Namun, cinta mampu menghapus semua itu.

"Masuklah, enggak enak di lihat tetangga!" pinta Haris.

Dinar lantas menggandeng sang istri agar duduk di dekatnya. Rizka hanya bisa pasrah. Dia bahkan sedikit takut saat berhadapan dengan kakak dari madunya.

"Mas mau apa ke sini?" tanya Shima setelah mereka duduk.

Hatinya di liputi prasangka buruk, terlebih lagi suaminya datang bersama sang ibu dan madunya.

"Mas mau meluruskan masalah kita sayang. Sumpah demi Tuhan, enggak terjadi apa pun tadi. Rizka memang ada di rumah bersama mamah, tapi kami enggak melakukan apa pun," jelas Dinar.

Meski di sana banyak orang, Dinar tak peduli. Yang pasti dia ingin sang istri tak berpikiran buruk tentangnya.

"Kalau pun terjadi sesuatu memang kenapa? Toh kalian sudah suami istri," celetuk Amanda yang membuat Shima meremas ujung bajunya.

"Mah, tolong biarkan Dinar bicara sama Shima," pinta Dinar gemas.

Amanda tak mendengarkan ucapan putranya, lantas menatap sang menantu pertama.

"Apa salah jika Rizka melakukan tugasnya sebagai seorang istri Shima? Bahkan dia belum mendapatkan haknya. Dia hanya berusaha mengurus suaminya yang di tinggalkan oleh istri pertamanya," ucap Amanda tajam.

Shima memejamkan mata, lagi-lagi dirinya di salahkan atas kejadian ini.

Namun ia sadar, ia sengaja tak mengabari sang suami lantaran rasa kecewanya saat sang mertua memintanya dan orang tuanya untuk pergi.

Haris yang mendengar adiknya di pojok kan lantas mengepalkan tangan tak terima.

Vega yang melihat kemarahan suaminya lantas mengusap lengan sang suami agar tak ikut campur urusan keluarga adiknya.

Haris menoleh hendak mengelak saat melihat sang istri menggeleng.

"Bicarakan baik-baik masalah kalian," sela Haris lantas bangkit berdiri.

"Tolong selesaikan sendiri masalah kalian tanpa campur tangan orang lain," sambungnya menyindir ibu mertua adiknya.

Amanda yang merasa tersindir lantas menjawab. "Masalah mereka menyangkut tante. Bukan tante mau ikut campur, hanya meluruskan kesalahpahaman mereka," jawab Amanda tegas.

"Anak tante bisa bicara sendiri. Biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka. Terlalu tante masuk ke dalam urusan rumah tangga mereka. Maka semakin runyam segalanya."

"Apa maksudmu?" tak terima dengan ucapan kakak dari menantunya, Amanda lantas menantang sindiran Haris.

"Mah sudah! Mas Haris benar, harusnya masalah ini bisa Dinar dan Shima selesaikan. Dinar mohon mamah pulang dulu bersama Rizka," pinta Dinar lembut.

Ia sangat tak enak hati dengan keluarga kakak iparnya. Demi mencegah segalanya semakin runyam memang sebaiknya sang ibu dan istri keduanya pulang terlebih dahulu.

"Ada apa ini? Kalian?" Anshori yang baru pulang sedikit kesal dengan kegaduhan di rumahnya. Terlebih lagi kegaduhan itu di sebabkan oleh besan dan menantunya.

"Kenapa kalian selalu membuat gaduh di rumah saya?" cecar Anshori murka.

"Ayah, maafkan Dinar. Dinar cuma ingin meluruskan kesalah pahaman dengan Shima," jawab Dinar jujur.

"Kesala pahaman? Oh gara-gara kedatangan kami yang buat keluarga istri keduamu itu tak nyaman?" cibir Anshori.

Dinar mengernyitkan dahi bingung, kenapa sang ayah mertua berkata demikian. Memang apa yang sebenarnya terjadi? Batinnya.

Berbeda dengan sang putra Amanda justru terlihat salah tingkah. Karena besannya justru hendak mengatakan kejadian kemarin.

"Pak Anshori maaf. Shima ini masih istri Dinar. Kedatangan kami ke sini hanya ingin menjemput Shima pulang," sela Amanda gugup.

Dinar memilih bungkam, dia merasa ada yang di sembunyikan oleh ibunya.

Anshori lantas menatap sang putri yang masih menunduk sambil terisak.

"Apa kamu mau pulang?" tanyanya.

"Kalau kamu mau pulang, tolong jangan satukan Shima dengan istri keduamu!" sergah Haris.

Anshori lantas menatap sang putra, dia merasa telah terjadi perbincangan sengit saat dirinya tak ada di rumah tadi.

"Apa maksud kamu Ris? Apa Dinar berencana menyatukan Shima dan istri keduanya?"

"Maaf pak. Saya punya rumah sendiri. Keberadaan saya di rumah mbak Shima hanya ingin mengetahui keadaan suami saya," sela Rizka tak terima

Lagi pula dia tak pernah berpikir satu atap dengan kakak madunya.

"Apa saya salah jika mengkhawatirkan suami saya yang di tinggalkan istri pertamanya?" sindir Rizka berani.

"Kau—" tunjuk Anshori tak terima.

"Cukup! Sebaiknya kita pulang mas," lerai Shima.

Shima lantas berjalan menuju kamarnya di susul oleh Dinar.

"Sayang maafkan Mas," ucap Dinar setelah kednya sampai di kamar.

"Kenapa mas? Kenapa mas ngga bisa tegas sama mamah? Kenapa harus bawa Rizka ke sini!" keluh Shima dengan berderai air mata.

Dinar hanya mampu menunduk. Dia merasa seperti pecundang. Dirinya memang lemah jika berhadapan dengan sang ibu.

Ia takut menyakiti hati ibunya. Namun ia lupa jika sikapnya yang seperti ini juga menyakiti Shima.

Setelah merapikan barang-barangnya. Shima lantas bergegas meminta suaminya pulang.

Lebih baik mereka ribut di rumah mereka sendiri dari pada di sini. Shima takut berdebatan ini akan berakhir dengan saling menyakiti.

"Ayah, ibu, mas, mbak Vega. Shima dan mas Dinar pamit pulang dulu ya."

"Kamu mau pulang dengan keadaan seperti ini?" Yusri jelas mengkhawatirkan keadaan putrinya yang jauh dari kata baik.

"Bu, Shima harus menyelesaikan masalah Shima sendiri. Maaf sudah buat keributan di sini ya Bu."

Yusri lantas memeluk sang putri iba. Bisik-bisik tetangga sejak kemarin memang sedikit mengganggu ketenangannya.

Namun Yusri berusaha tutup telinga. Entah apa lagi yang akan mereka gunjingkan kala melihat sang menantu datang bersama ibunya beserta dengan wanita asing.

"Kalau ada apa-apa segera hubungi kami Ma. Ingat kamu masih ada keluarga yang akan terus mendukungmu," sela Haris setelah pelukan adik dan ibunya terlepas.

Anshori masih diam mematung. Sungguh dia tak tega melepas putrinya pergi bersama dengan sang menantu.

Ia tahu perasaan sang menantu masih besar pada putrinya. Namun besannya yang selalu ikut campur dan memojokkan putrinya menbuat Anshori jengah.

Andaikan Shima tak keras kepala, ingin sekali ayah dua orang anak itu memisahkan keduanya.

"Ayah maafkan Shima ya. Tolong jaga kesehatan. Shima enggak mau penyakit ayah kambuh lagi," ucap Shima sembari memeluk sang ayah.

Anshori meluluh. Bagaimana pun bersama dengan sang suami adalah keinginan putrinya.

"Jika kamu sudah tak sanggup, lepaskan saja. Ayah berjanji akan membuatmu kembali tersenyum nak," pinta Anshori.

Mendengar ucapan sang ayah mertua, membuat sudut hati Dinar berdenyut nyeri. Orang tua mana yang rela anaknya di madu, ia paham betul.

Namun semua sudah terjadi, dan ia berjanji akan memperbaiki semuanya.

Mereka berjalan menuju ke mobil Dinar. Dinar membukakan pintu sebelah kemudi untuk istri pertamanya.

Amanda yang melihat lantas menghela napas. "Nar, perlakukan yang sama juga pada Rizka. Dia juga istrimu!" tegurnya.

Rizka yang hendak membuka pintu lantas berdiri mematung.

Tanpa menjawab Dinar beralih kebelakang dan membukakan pintu untuk istri keduanya.

"Terima kasih mas," ucap Rizka lembut.

Sepanjang perjalanan tak ada pembicaraan yang berarti. Hanya pertaan-pertanyaan random Dinar agar bisa mendengar suara istrinya.

Keduanya mengabaikan penumpang di bagian belakang yang terlihat sangat tak senang.

Sesampainya di kediaman Shima dan Dinar. Amanda meminta sang putra agar mau mengantar istri keduanya itu untuk pulang.

"Shima, mamah mau bicara," sergah Amanda saat keduanya masuk ke dalam rumah.

Meski telah di peringatkan sang putra agar ibunya tak mengajak bicara sang istri, tapi semua di abaikan oleh Amanda.

Ada masalah yang harus segera ia selesaikan dengan menantu pertamanya itu.

"Kamu tahu? Rizka bahkan belum mendapatkan haknya sebagai seorang istri hanya gara-gara Dinar lebih memperhatikan kamu."

Tubuh Shima menegang, setelah menenangkan diri sejenak dia lantas berbalik menatap sang mertua.

"Semuanya terlalu mendadak mah. Mamah mau aku bagaimana? Aku sudah membiarkan mas Dinar menikah lagi sesuai permintaan mamah. Lalu sekarang mamah ingin aku melakukan apa lagi?" jawab Shima geram.

Amanda sedikit tersentak dengan nada bicara sang menantu yang sedikit lebih tinggi. Hal yang tak pernah di lakukan oleh Shima di hampir sepuluh tahun pernikahan mereka.

Dia lantas menarik napas panjang. "Dinar hanya menurut padamu. Kenapa kamu tak meminta agar Dinar segera melakukan kewajibannya? Mamah janji setelah Rizka mengandung. Maka mamah tak akan meminta hal lain lagi padamu."

.

.

.

Lanjut

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

belum tentu ucapan mertua jujur 😏

2024-06-05

0

yukmier

yukmier

mertuamu kasih sianida aja shima

2024-05-28

0

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

mertua ikut campur ngurusin rumahtangga anak nya, karna ingin kehadiran cucu
alasan klasik

2024-03-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!