Ketahuan

Sore harinya, seperti niatnya siang tadi. Shima dan Asti pergi bersama menggunakan mobil Shima. Kebetulan juga Asti tak membawa mobilnya.

"Ma pekan ini ke salon yuk pengen potong rambut aku," ujar Asti sambil menyisir rambut panjangnya dengan jari.

"Nanti deh aku pikirin," jawab Shima sebab pekan itu ia memang ada janji menghadiri acaranya ipar sang suami.

Asti memang tak berhijab seperti Shima. Namun perempuan yang memiliki satu orang anak itu selalu berpenampilan sopan tidak seperti Femi.

"Jauh enggak tempatnya Ti?"

"Enggak pas lampu merah di depan sana belok kanan."

Tak lama Asti menunjuk tempat tujuan mereka. "Nah itu Shaquila Boutique."

Shima memarkirkan mobilnya tak jauh dari sana, sebab di depan butik itu sudah penuh dengan parkiran mobil.

"Ayo! Ownernya kebetulan ada di sini hari ini. Nanti aku kenalin deh sama dia," ajak Asti semangat.

Keduanya masuk ke dalam butik dan di sambut oleh karyawan di sana.

"Selamat Sore Bu Asti, silakan. Ada yang bisa kami bantu?" sapa karyawan Shaquila Butik.

"Oh ini aku mau anter teman cari pakaian."

Shima sendiri sudah sibuk memilih pakaian di dalam sana. Dia begitu mengagumi berbagai busana dan gaun yang sangat indah.

Suara seseorang yang sangat familier di belakangnya membuatnya menoleh.

Matanya membulat kala melihat sang sahabat tengah berbincang dengan seseorang yang dia kenal.

"Shima sini! Kenalin ini owner di sini!" ucap Asti semangat.

Shima lantas mendekat membuat wanita di depan sana sedikit gugup.

"Mbak," sapanya.

Asti yang melihat kecanggungan owner Shaquila butik lantas mengernyit heran.

"Kalian saling kenal?" cecarnya.

Shima hanya tersenyum tipis, bingung juga harus menjawab apa.

Rizka apa lagi. Predikat menjadi istri kedua belum banyak di ketahui orang. Dan dia juga enggan mengatakannya. Sebab seperti yang orang tua dan kakaknya katakan. Bisa saja imagenya jadi berubah buruk.

Dirinya benar-benar gugup. Takut kalau-kalau Shima mengatakan statusnya.

Melihat madunya yang tampak salah tingkah dan terlihat enggan menjawab, akhirnya Shima memutuskan hendak menjawab. Namun belum sempat bersuara Rizka ternyata telah menjawab terlebih dahulu.

"Kebetulan kami kenal orang yang sama Bu Asti," jawab Rizka cepat.

"Oh, baguslah kalau begitu. Ini mbak Rizka, sahabat saya ini butuh pakaian untuk ke acara gitu. Bisa kasih masukan?" pinta Asti.

"Dengan senang hati. Mari mbak Shima ikut saya," ajak Rizka.

Shima lantas pamit pada Asti untuk mengikuti adik madunya. Sedangkan Asti memilih pakaian untuk dirinya sendiri.

"Maaf mbak, boleh saya minta tolong?" pinta Rizka penuh harap.

Shima bergeming membiarkan madunya bicara tanpa ingin menjawab. Dia merasa bisa menebak apa yang hendak di katakan madunya.

"Tolong jangan katakan sama Bu Asti tentang status kita," lirihnya.

"Kamu tenang aja. Aku bukan orang yang suka mengumbar masalah pribadi," jawab Shima datar.

Rizka tersenyum senang. Dalam hati dia merasa tenang dan yakin dengan ucapan kakak madunya.

"Terima kasih mbak. Kalau begitu mbak butuh gaun yang seperti apa? Atau mbak mau ada acara apa? Biar nanti aku bisa rekomendasikan," tawar Rizka semangat.

"Dan ini gratis mbak, sebagai ucapan terima kasih. Dan juga rasa bahagia aku mbak mau mampir ke sini."

Shima menatap adik madunya yang terlihat sekali berbinar.

Pantaslah Mas Dinar semudah itu terpikat denganmu Riz. Kamu memang menyenangkan.

"Mbak!" tegur Rizka heran.

"Emmm ... Jangan begitu Riz. Bisnis is bisnis. Aku enggak mau merepotkan kamu. Lagi pula aku datang sebagai pelanggan," jawab Shima tegas.

Sorot mata Rizka berubah sendu karena niat baiknya di tolak. Namun sebisa mungkin dia menutupi rasa kecewanya dengan tersenyum.

Tak lama ponsel di tangannya berdering membuat pandangan keduanya teralihkan.

Tertera nama suamiku dengan emotikon hati di sana yang Shima tebak pasti suami mereka.

Hatinya kembali patah kala sang suami bahkan telah mengabaikannya begitu lama. Padahal untuk madunya tetap ada waktu.

Rizka yang merasa tak enak hati lantas pamit pergi.

"Aku angkat dulu ya mbak, siapa tahu penting," ujarnya lantas berlalu pergi dengan senyum yang tak lepas menghiasi wajahnya.

Niat untuk belanjanya seketika lenyap. Saat Shima tengah melamun, Asti kemudian mendekatinya.

"Hey! Gimana, dapat?"

Shima lantas menggeleng, "aku kayaknya enggak semangat beli baju Ti. Kamu gimana?"

"Aku dapat beberapa potong nih. Terus kamu mau ke tempat lain?"

Asti merasa ada yang tak beres dengan keduanya. Namun seperti biasa dia tak mau banyak bertanya. Dia selalu menghargai Shima.

Mereka lalu menuju ke kasir untuk membayar pakaian Asti.

"Gimana kalau aku traktir kamu kopi? Bosen aku di rumah enggak ada anak," keluhnya sengaja ingin agar Shima bisa menenangkan diri.

Sejak melihat Rizka, dirinya menyadari jika raut wajah Shima berubah sendu.

"Emang anak kamu di mana Ti?"

"Ikut kakek neneknya pulang kampung. Mau ya? Suamiku juga belum pulang soalnya," bujuknya.

Shima lantas tersenyum dan mengangguk. Setidaknya dia bisa menenangkan diri sejenak.

Setelah selesai membayar, keduanya pergi tanpa pamit pada Rizka.

"Mau ngopi di mana?"

"Di Mall aja yuk!" Shima lalu mengangguk setuju.

Sesampainya di Mall tujuan mereka. Keduanya berjalan menuju kedai kopi langganan Asti.

Saat hendak berbelok, jantung Shima terasa hendak lepas saat melihat penampakan sang suami bersama dengan wanita lain.

Begitu pun dengan Dinar, dia sedikit terkejut saat menyadari keberadaan istri pertamanya.

"Shima?" panggilnya lalu bergegas menghampiri sang istri.

Dinar sadar pasti sang istri tengah berpikiran buruk tentangnya saat ini.

"Sayang," panggilnya lembut.

Asti yang tak pernah melihat suami dari Shima juga ikut terkejut.

"Kamu sedang apa di sini? Kenapa ngga izin sama mas?" cecarnya.

Shima yang di beri pertanyaan seperti itu mendadak merasa kesal.

"Apa mas enggak pernah buka hp? Jelas di sana aku sudah mengirim pesan!" balas Shima kecut.

Merasa salah tingkah, Dinar menggaruk kepalanya. Dirinya benar-benar malu bertemu sang istri. Dia malu karena beberapa waktu belakangan dia sedikit abai pada sang istri pertama.

"Nar," panggil wanita yang bersamanya.

"Oh iya Ma. Kenalin ini kakaknya Rizka," ucap Dinar mengenalkan keduanya.

Dengan canggung Andin mengulurkan tangan. Mereka belum pernah bertemu sebab saat acar pernikahan sang adik dia sibuk mengurus putranya yang sakit.

Shima membalas jabatan tangan kakak ipar suaminya. "Shima," jawab Shima pendek.

"Ini tadi Dinar bantu saya belanja untuk keperluan acara anak saya. Jangan lupa datang ya," ucap Andin lembut.

Dia tak ingin kakak madu dari adiknya ini salah paham padanya.

"Insya Allah, ya udah kalau begitu saya permisi dulu mbak mas," ucap Shima berusaha ramah.

Belum juga meninggalkan keduanya Shima kembali di cekal sang suami.

"Kamu mau ke mana?"

"Cuma mau ngopi sama temanku mas."

"Oh ya udah, abis ini langsung pulang ya. Mas akan pulang ke rumah!" pinta Dinar tegas.

"Enggak usah berjanji kalau ngga bisa kamu tepati mas," sindir Shima lantas berlalu pergi di ikuti oleh Asti.

"Tunggu Ma!" cegah Asti begitu bisa mensejajarkan langkahnya.

"Itu suami kamu?"

Langkah Shima terhenti. Dia lupa tak memperkenalkan Asti pada suaminya.

"Jelasin sama aku. Bukankah itu suaminya Rizka?" cecar Asti.

Oh Shit!

.

.

.

Lanjut

Terpopuler

Comments

Akbar Razaq

Akbar Razaq

Nah lo mereka kira smua bs di kendalikan dg kebohongan demi kebohongan,termasuk sima didalam nya

2024-12-23

0

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

jujur saja sama Asti

2024-06-05

0

yukmier

yukmier

jujur aja udsh maa

2024-05-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!