Bab. 5

Penyakit ibu saya makin parah, dan tidak bisa dia tahan lagi, akhirnya ibu saya menghembuskan nafas terakhirnya setelah di rawat sebulan di rumah sakit.

Aku tak kuat menghadapi ini, aku tak tahu harus melakukan apa, untung ada Bela dan Rio yang membantuku, mengurus pemakaman, megurus tamu tamu.

Kakiku sudah seperti jelly, tidak bisa berbuat apa apa, untung ada mereka berdua.

Dua hari saya drop, tak bisa ngapa ngapai, aku mengira lemasnya diriku ini kerna kepergian Ibundaku saja.

Ternyata di saat aku down di situ penyakitku mulai terlihat, selama ini aku mengira baik baik saja, tidak tahunya ginjalku tak berfungsi dengan baik.

Seminggu sepeninggal ibuku aku masih lemas, Bela dan Rio agak curiga dan mereka membawaku ke rumah sakit dan melakukan pemeriksaan.

Duarrr, bagaikan petir di siang hari aku terkejut mendengan perkataan dokter.

Dan sekarang di sinilah aku berada, menunggu operasi yang akan ku jalanin bersama Bela.

Hari ini Rio katanya mau datang menjenguk sebelum operasiku besok.

"hai Rena" sapa Rio dengan senyum di bibirnya, dia membawakan beberapa makanan dan buah.

"Sepertinya saya tak bisa makan hari ini Rio"

"lho, kenapa ?" tanyak Rio penasaran

"sebelum operasi saya harus puasa sehari kata dokter" aku menjelaskan.

"ohh, ok deh biar saya yang makan nasi ini, kalau roti ini bisa kamu makan setelah operasi" kata Rio.

"Rio, apa yang sudah di sampaikan Bela sama kamu?" tanyaku dengan pelan.

"hmm, dia cuma bilang kamu akan operasi kerna ada pendonor ginjal untukmu."

"apakah ada yang lain ?"

"tidak, hanya itu aja"

"hmm, Rio ada yang hendak aku beritahukan padamu."

"apa itu ?" tanyaknya penasaran sambil tersenyum.

Hah, aku melihat senyumnya sangat tulus, apakah aku akan menyakitinya ? batinku

Tuhan, bantu aku tuk mengatakannya, saya harus jujur walaupun ini terakhir saya bersamanya.

Aku masih ragu apakah dia menerimanya atau tidak ya ? 'kuat, kuat, kuat Ren' batinku.

"Sebenarnya, pendonor ku itu adalah Bela sendiri." aku membuka suara, dan kuperhatikan wajahnya apakah ada ketidak relaan di matanya atau kecewa, tapi aku tak menemukannya.

Jadi bagaimana ini, awal aku kira Rio ada sedikit suka untuk Bela, ternyata wajahnya biasa saja.

"Tapi ada syaratnya Rio"

"hmm, dia memberikan syarat ?" tanyanya

"ya, ini juga untuk kebaikanku dan dia, tapi apakah kamu bisa menerimanya ?"

"Aku ? Apa hubungannya denganku ?" Rio heran sambil menujuk dirinya sendiri.

"Iya, syaratnya adalah kamu"

"kok, aku ?" Rio makin bingung.

"Rio, Bela mendonorkan ginjalnya untukku agar aku hidup."

"Ya, itu bagus, tapi apa hubungannya denganku"

"Aku, aku harus merelakanmu menikah dengannya Rio." jawabku terbata bata

"Apa !" teriak Rio dia sangat terkejut 'apa apaan ini' fikirnya

"saya bukan barang yang bisa di klaim milik seseoran Ren" dia naik pitam

"Jadi, aku salah sangka selama ini Rio, aku kira kamu menyayangiku di hatimu, walau kau tidak mengatakannya."

Rio menatapku tak percaya, kemudian dia melembut.

"Aku, aku menyayangimu Ren, aku mencintaimu Ren." jelasnya tulus dengan memegang tanganku, air mataku jatuh.

'aku juga mencintaimu Rio' aku hanya bisa mengatakannya dalam hatiku saja.

"Jika kau mencintaiku, biarkan aku hidup" pintaku

"Aku sangat ingin kamu hidup Ren, sebenarnya aku sudah memeriksakan diriku ke dokter tapi aku tidak cocok untuk menjadi pendonormu Ren."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!