Harapan

“Hum. Biarkan saja dia. Lagipula, dia memang tidak suka pergi ke sekolah, kan? Untuk apa kita mengkhawatirkannya?” ucap Eula ketika Cosetta berbicara padanya mengenai Mabel pagi itu.

Jawaban Eula sungguh persis seperti yang dibayangkan Cosetta beberapa malam lalu.

Cosetta terdiam, namun tak menyerah. Ia berkata lagi, “Tapi bagaimana kalau dia keluar karena … kita? Maksudku, kita ‘kan tidak mencoba untuk lebih dekat dengannya. Ia pasti merasa tidak nyaman dan—”

“Kamu harus berhenti mengkhawatirkan sesuatu yang tidak berhubungan denganmu, Cosy. Aku juga menyayangkan keputusannya. Apa yang ingin dia lakukan kalau tidak sekolah? Tapi tetap saja, dia pasti sudah berpikir matang-matang tentang ini,” kata Eula.

Kini berita tentang keluarnya Mabel dari sekolah sudah tersebar di anak-anak kelas yang lain. Namun reaksi mereka kurang lebih sama dengan Eula.

“Jahat ya, aku? Rasanya senang sekarang dia sudah tidak ada, hahaha.”

“Duh, benar. Tapi rasanya lega. Kamu pasti juga merasakan hal yang sama, kan? Kamu ‘kan selalu mengeluh karena meja kalian selalu bergoyang-goyang karena kaki Mabel yang tak bisa diam?”

“Tapi apa yang akan dia lakukan, ya? Enak sekali siang-siang bisa bermain.”

“Entahlah, lihat saja kalau ada berita skandal dari rumahnya nanti. Hihihi.”

Teman-teman Cosetta terkikik. Obrolan mereka semakin lama semakin liar. Dulu ia selalu tak memedulikan mereka, tetapi kini hatinya makin lama makin terasa sakit.

✮⋆˙

Hujan turun dengan deras. Langit berubah gelap. Cosetta sampai harus menunggu di sekolah sampai jam empat sore. Tetapi hujan belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Cosetta pun mengenakan jas hujannya.

Lebih baik ia menerobos hujan saja, dibandingkan harus melalui hutan ketika matahari sudah terbenam. Hutan sangat gelap ketika malam dan tak ramah untuk mata terbatas manusia.

Ia bersepeda pulang. Tetesan air hujan menyerang jas hujannya. Derasnya hujan membuat Cosetta tak mampu melihat jalan dengan baik. Angin kencang yang menyertai juga membuat sepedanya terdorong-dorong ke kanan dan ke kiri.

Ia sampai rumah ketika matahari hampir terbenam. Ayah dan ibu menyambutnya dengan wajah khawatir.

“Hujannya deras sekali. Kamu segera mandi, ya, ibu sudah panaskan air. Sini jas hujannya, biar ibu yang bereskan,” kata Mrs. Elwood.

Cosetta menurut. Ia meraih handuknya dan segera masuk ke kamar mandi. Air hangat membuat tubuhnya nyaman seketika. Ketika ia sudah keluar dengan baju santainya, hujan di luar belum berhenti.

Makan malam berlangsung menyenangkan. Pintu toko telah ditutup lebih awal karena tak ada seorang pun yang keluar untuk bersenang-senang dalam cuaca seperti ini. Mr. Elwood juga telah menyelesaikan pekerjaannya. Api lilin yang bergoyang-goyang menemani mereka menikmati roti zucchini.

Obrolan mereka berkelana ke sana kemari. Mulai dari tentang Mabel, kemudian membicarakan tentang datangnya murid-murid Maid Serene dua minggu lagi, lalu, ketika tak ada topik yang seru lagi, Mrs. Elwood mulai berbicara tentang suara tetesan air pada panci-panci.

“Kamu harus segera membenarkan atap, Sayang. Kita bahkan harus memakai panci hadiah adikmu untuk menadahi air,” kata Mrs. Elwood.

Saat diperhatikan, memang terdengar suara nyaring yang konstan di beberapa tempat. Atap yang bocor memang amat merepotkan.

“Benar. Padahal belum lama ini sudah kubenarkan. Tapi baik burung dan kucing liar senang sekali membuatku kesal. Besok pagi, kalau sudah terang, aku pasti akan membenarkannya.”

“Baiklah. Terima kasih, Sayang. Apakah ada camilan yang kamu inginkan? Aku akan membuatkannya untukmu.”

“Oh, kamu sangat baik. Aku ingin roti biji poppy yang pernah kamu buat ketika kita selesai menghadiri pernikahan di Hartlefirth. Menurutku enak sekali.”

“Hanya ini yang bisa kuperbuat untukmu. Tak seperti Mrs. Bidwell, aku tidak bisa membenarkan atap sendiri. Baiklah aku akan membuatnya. Besok pagi aku akan mengumpulkan biji poppy-nya,” kata Mrs. Elwood.

“Kamu bercanda, ya? Mrs. Pearce akan memukulku kalau tahu aku membiarkanmu naik ke atap,” kata Mr. Elwood menyebut ibunda dari istrinya.

“Ibu, aku saja yang pergi ke hutan besok pagi,” kata Cosetta menawarkan.

“Baiklah. Ingat untuk bangun lebih pagi, ya.”

Cosetta mengangguk.

Ketika pandangan matanya terarah pada panci malang yang diletakkan di lantai untuk menampung tetesan air hujan, ia jadi teringat sesuatu.

“Kabar Paman Harlow bagaimana, Ayah? Sudah lama sekali sejak kita mendengar darinya.”

Paman Harlow adalah adik ayah yang memberikan panci itu untuk keluarga mereka dua tahun yang lalu. Ia tinggal di seberang pulau, yang merupakan asal keluarga Elwood lahir. Cosetta lumayan menyukainya. Pria itu selalu bersikap ramah padanya. Jurnal tumbuhan Cosetta pun merupakan hadiah darinya.

“Ayah juga tidak tahu. Dia belum membalas surat Ayah. Mungkin karena musim dingin baru berlalu jadi transportasi agak terganggu,” kata Mr. Elwood.

Cosetta manggut-manggut. Benar juga. Tidak perlu transportasi, tetapi kehidupan mercusuar ketika musim dingin pun hampir seperti beruang yang sedang hibernasi. Tak ada pelancong yang datang. Akses ke desa yang sulit karena seluruh jalan tertutup salju. Sementara itu, ayah harus terus-menerus menjaga api mercusuar tetap menyala meskipun tak pernah ada perahu yang mendarat.

Senang sekali sekarang sudah musim semi.

Setelah makan malam, Cosetta masuk ke dalam kamarnya. Ia meniup lilin sampai mati, lalu masuk ke dalam selimut. Gelap gulita. Tak lama kemudian, kesadarannya menghilang bersamaan dengan bangunnya hewan-hewan malam di hutan.

✮⋆˙

Suara teriakan mengejutkan Cosetta.

Ia bangun dari tidurnya, dan mendapati bahwa ia tak bisa melihat apa pun.

Ia meraba-raba untuk keluar dari kamarnya, mengabaikan rasa sakit yang menyerang kakinya ketika terantuk kaki meja. Lega sekali ia ketika sudah mendapatkan cahaya menyinari lorong.

Siapa yang berteriak?

Suaranya seperti seorang pria? Ayah?

Jantungnya berdegup kencang. Irelia masihlah negeri yang belum sepenuhnya terbebas dari para penyamun. Mereka tidak akan segan-segan membunuh orang demi mendapatkan harta. Jemari Cosetta bergetar ketika ia memegangi tepian tangga.

Seharusnya tidak ada sesuatu yang buruk, kan?

Penyamun mana yang rela menempuh perjalanan berkilo-kilo meter ke tengah hutan hanya untuk merampok rumah mereka yang sederhana?

“SUNGGUHAN! AKU TIDAK SENGAJA! TOLONG JANGAN HANCURKAN KAPALKU!”

Suara itu berasal dari mercusuar, dan kini Cosetta dapat setengah lega karena suara itu bukan milik ayahnya.

Ah, anak laki-laki itu!

Ia meraih lilin yang terletak di atas nakas. Ia melangkahkan kakinya menuju mercusuar. Di sana, rupanya sudah ada ayah dan ibunya, yang berdiri di dekat dipan anak laki-laki itu.

Kondisinya sungguh mengenaskan. Seluruh tubuhnya gemetar hebat dan wajahnya pucat. Ia seakan-akan bisa pingsan sampai mati saat itu juga. Keringat membasahi bajunya. Matanya melihat ke arah Mr. Elwood dengan tatapan garang setengah ketakutan.

Sebenarnya, apa yang telah terjadi?

Episodes
1 Akar Bunga Dandelion
2 Kelinci Liar
3 Eula dan Es Krim Bluberi
4 Sebuah Kabar
5 Perahu di Tengah Laut
6 Penyelamatan
7 Bunga Yang Layu
8 Jamur di Tepi Sungai
9 Sesibuk Lebah Madu
10 Susu Yang Hangat di Malam Yang Dingin
11 Harapan
12 Ladang Bunga Poppy
13 Perkataan Eula
14 Komentar Maisie
15 Angus dan Dottie
16 Sapi dengan Jubah Gaib
17 Cokelat Yang Hilang
18 Pencurian
19 Rona di Pipi Mabel
20 The Forest Rendezvous
21 The Hay Barn
22 Alergi Bunga
23 Lantern-Lit Stories
24 Perjanjian
25 Tupai Dalam Kotak Surat
26 Witch Cottage
27 Toko Roti
28 Piknik dan Dentingan Cangkir Teh
29 Kekacauan
30 Maid Serene School of Girls
31 Rockside Letter
32 Incandescently Happy
33 Goodbye, Dear Friends!
34 That Special Day
35 Maisie's Grand Plan
36 Fairy's Shoes Flower
37 Into The Woods
38 Being a Real Fairy
39 The Dimming Light
40 Into The Light
41 Little Magical Flowers
42 Walk to Home
43 And Friends Too!
44 Girls' Nightgown Party
45 It's a Long Long Night
46 Seaside Study
47 Talk and Talk
48 Possibility
49 Fishing Day
50 Spring's End
51 Choosing Gown
52 Summery Post Office
53 Iris Cottage
54 The Burning House
55 Decision
56 Midnight Plan
57 Aetherwind Railway Station
58 Rosewood Manor
59 Grandmother?
60 Hallways of Rosewood Manor
61 The Camera
62 On The Way Home
63 The Blooming Sage
64 The Mid Forest Library
65 The Interrogation
66 The Newspaper
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Akar Bunga Dandelion
2
Kelinci Liar
3
Eula dan Es Krim Bluberi
4
Sebuah Kabar
5
Perahu di Tengah Laut
6
Penyelamatan
7
Bunga Yang Layu
8
Jamur di Tepi Sungai
9
Sesibuk Lebah Madu
10
Susu Yang Hangat di Malam Yang Dingin
11
Harapan
12
Ladang Bunga Poppy
13
Perkataan Eula
14
Komentar Maisie
15
Angus dan Dottie
16
Sapi dengan Jubah Gaib
17
Cokelat Yang Hilang
18
Pencurian
19
Rona di Pipi Mabel
20
The Forest Rendezvous
21
The Hay Barn
22
Alergi Bunga
23
Lantern-Lit Stories
24
Perjanjian
25
Tupai Dalam Kotak Surat
26
Witch Cottage
27
Toko Roti
28
Piknik dan Dentingan Cangkir Teh
29
Kekacauan
30
Maid Serene School of Girls
31
Rockside Letter
32
Incandescently Happy
33
Goodbye, Dear Friends!
34
That Special Day
35
Maisie's Grand Plan
36
Fairy's Shoes Flower
37
Into The Woods
38
Being a Real Fairy
39
The Dimming Light
40
Into The Light
41
Little Magical Flowers
42
Walk to Home
43
And Friends Too!
44
Girls' Nightgown Party
45
It's a Long Long Night
46
Seaside Study
47
Talk and Talk
48
Possibility
49
Fishing Day
50
Spring's End
51
Choosing Gown
52
Summery Post Office
53
Iris Cottage
54
The Burning House
55
Decision
56
Midnight Plan
57
Aetherwind Railway Station
58
Rosewood Manor
59
Grandmother?
60
Hallways of Rosewood Manor
61
The Camera
62
On The Way Home
63
The Blooming Sage
64
The Mid Forest Library
65
The Interrogation
66
The Newspaper

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!