Ketiga tamu itu merupakan guru-guru dari Maid Serene School of Girls, satu-satunya sekolah yang secara rutin memberikan piknik bagi murid-muridnya di Mercusuar Fernshine. Mereka datang ke mercusuar untuk melakukan survei lokasi dan meminta izin pada Mr. Elwood seperti biasa.
Setelah menikmati hidangan, ketiga guru itu mengikuti Mr. Elwood menuju pantai. Diskusi mereka tak berhenti selama perjalanan. Cosetta membereskan peralatan makan mereka, kemudian pergi ke toko lagi untuk mengerjakan soal aritmatikanya kembali. Akhirnya, ia menyelesaikannya.
Menjaga toko pernak-pernik di tengah hutan, seperti yang semua orang bisa menebak, memang membosankan. Tak jarang seharian tidak ada pelancong yang berkunjung. Oleh karena itu, Cosetta mengambil jurnal dari kamarnya, kemudian membawanya lagi ke meja kasir.
Cosetta bukan seseorang yang menulis buku harian, tetapi ia mempunyai sebuah buku catatan yang amat ia sayangi.
Buku itu berisi bunga dan dedaunan kering di setiap halamannya. Setiap halaman terdiri dari satu spesies tumbuhan. Cosetta memberikan catatan dengan pena tentang di mana ia menemukan daun itu, seperti misalnya, ‘aku menemukannya di tepi jalan ketika aku pulang sekolah,’ serta menyertakan tanggalnya. Ia juga menulis informasi-informasi yang ia temukan mengenai daun itu.
Karena terbatasnya buku pengetahuan yang tersedia di Hartlefirth, banyak halaman yang belum tersedia informasinya. Mr. Elwood memiliki buku botani yang tebal, tetapi masih menggunakan bahasa Hecan, yang merupakan bahasa kuno dan sudah tak digunakan lagi. Cosetta beberapa kali mencoba menerjemahkannya, tetapi rupanya tidak semudah yang ia kira.
Cosetta membuka sekrup papan kayu yang ia gunakan untuk mengeringkan bunga. Kemudian ia menempelkan bunga-bunga yang telah ia keringkan pada halaman-halaman jurnalnya. Ia juga menuliskan informasi tentang peoni daun pakis yang ia dapatkan dari salah satu buku di perpustakaan.
Setelah seluruh bunga dan daun dari papan berhasil dipindahkan, tak ada satu pun pembeli yang datang. Cosetta memutuskan untuk pergi ke hutan lagi untuk mendapatkan tumbuhan-tumbuhan baru, sekaligus mencari jamur untuk simpanan bahan makanan.
Ia mengambil keranjang anyaman yang biasa dibawanya dari dapur. Ketika ia keluar rumah, rupanya ayah dan ketiga guru itu sudah kembali dari pantai. Pipi kedua gadis itu merona, menunjukkan betapa senangnya mereka bisa mencuri-curi waktu untuk ‘piknik’ dari kesibukan mereka sehari-hari. Sementara, wajah Mr. Crawford, seperti biasa, tak dapat ditafsirkan. Ekspresi yang ia tampilkan kini sama seriusnya dengan ekspresi yang mungkin ia tampilkan ketika sedang membaca berita tentang Perang Dunia.
“Ayah, aku ingin pergi ke hutan sebentar, ya,” izin Cosetta.
Mr. Elwood, melihat keranjang yang dibawa gadis itu, tidak bertanya macam-macam. Ia segera mengizinkan putrinya untuk pergi.
Cosetta melangkahkan kaki menuju hutan dengan riang. Matanya menelisik setiap tumbuhan yang baru tumbuh setelah terkubur tebalnya salju musim dingin. Tumbuhan-tumbuhan baru selalu muncul dengan mengejutkan di tempat yang tak terduga. Para burung dan tupai benar-benar serius dalam misi mereka menyebarkan biji-bijian dan menghijaukan bumi.
Seperti tumbuhan yang ditemukan Cosetta beberapa langkah dekat pohon weeping willow. Ia yakin, terakhir ia memasuki hutan, tumbuhan itu belum ada. Cosetta mendekatkan lupnya pada matanya dan melihat daun-daunnya yang masih tumbuh melingkar di batangnya, menyerupai kelopak mawar. Cosetta mengingat bahwa proses pertumbuhan seperti itu dinamakan sebagai ‘roset basal.’ Ketika pertengahan musim semi nanti, ia akan mengambil daunnya yang sudah memanjang dan menemukan nama tumbuhan itu.
Ia berjalan lebih jauh, dan memetik beberapa daun dan bunga untuk ia keringkan. Setelah merasa yang ia petik akan cukup memenuhi papannya, ia teringat bahwa ia masih harus mencari jamur untuk makan malam. Ia melalui hamparan bunga-bunga bawang putih liar, berkelok untuk menghindari akar pohon yang terlalu besar untuk dilompati, hingga akhirnya tibalah ia di dekat aliran air kecil.
Meskipun kecil, tetapi itu sudah lebih dari cukup. Batang-batang pohon yang runtuh dan melapuk di dekatnya biasanya ditumbuhi oleh jamur-jamur tiram. Ia mengambil lebih banyak daripada biasanya. Siapa tahu, ketiga tamu itu akan menetap sampai waktu makam malam tiba.
Atau …
Seekor kelinci yang sedang melahap rumput di tepi sungai menangkap perhatiannya.
Hari ini, dengan kelinci itu di ujung garpu, pasti akan berakhir sempurna.
Kelinci itu tidak menyadari keberadaannya. Namun, ketika Cosetta melangkah mendekatinya, telinganya menegak. Cosetta melangkah lagi, dan sontak, kelinci itu berlari. Cosetta tak berpikir dua kali untuk mengejarnya. Kelinci berwarna cokelat keabu-abuan itu lari tunggang-langgang melalui sela-sela pohon dan rumput. Tetapi, Cosetta juga merupakan gadis kecil dengan stamina yang baik, hasil dari petualangan-petualangan di hutan bersama sang ayah dan bersepeda sejauh sepuluh kilometer setiap hari menuju sekolah.
Sebenarnya, ia sama sekali tidak bisa diremehkan.
Kecuali kalau kelinci itu masuk ke dalam liang. Ia terlalu besar untuk mengejarnya. Maka, sebelum kelinci itu masuk ke dalam tempat persembunyiannya di antara rumput-rumput liar yang tinggi, Cosetta melemparkan diri dalam panik, dan merasakan lutut, siku, dan ujung kaki yang sakit tergores bebatuan.
Namun, sesuatu yang bergoyang-goyang di genggaman tangannya membuat rasa sakitnya hilang.
Cosetta segera bangkit, dan melihat kedua tangannya telah melingkari dada kelinci itu. “Hahaha, akhirnya, aku bisa menangkapmu!”
Gadis itu merapikan dirinya setelah berdiri. Ia membawa keranjang di lengan kirinya, sementara tangan kanannya menggenggam kaki kelinci yang terus memberontak. Tanpa kesulitan yang berarti, ia bisa menemukan jalannya menuju mercusuar.
Sayangnya, di tengah perjalanan, hujan mengguyur deras. Pakaiannya yang basah menempel di kulitnya, membuatnya merasa kedinginan berkali-kali lipat daripada seharusnya. Ia mempercepat langkahnya, hingga akhirnya tibalah ia di mercusuar.
“Kelinci!” pekik Mrs. Elwood ketika melihat putrinya kembali dengan pakaian lusuh dan seekor kelinci di tangan kanannya. Betapa senangnya ia saat akhirnya bisa memasak daging. Biasanya ia sendiri yang akan berangkat ke hutan untuk mencari kelinci, ayam liar, dan sayur-mayur, namun kini, tak disangka-sangka putrinya telah melakukannya untuknya. Bagaimana pun, kalau mereka bisa mendapatkan bahan makanan secara gratis di hutan, untuk apa mereka harus membelinya di pasar yang jaraknya saja sudah melelahkan? “Kamu bisa menangkap tanpa jebakan?”
Cosetta mengangguk. Ia menceritakan apa yang telah ia lakukan demi membawa pulang kelinci itu.
“Sejauh itu? Ibu senang kamu tidak tersesat.”
Cosetta melepaskan pita rok overall di pinggangnya. Ia tersenyum. “Ibu, tidak mungkin aku tersesat di tempat yang sudah aku jelajahi selama bertahun-tahun.”
“Benar. Duh, ibu jadi ingat masa kecil kamu. Kamu senang sekali ke hutan, dan cerita apa pun yang kubuat untuk menakut-nakutimu malah membuatmu semakin penasaran. Kamu bisa mandi sekarang sementara ibu akan memasak kelinci ini. Ah, ibu senang kamu mengambil jamur lebih banyak. Kita bisa memakannya bersama-sama dengan guru-guru itu. Mereka pasti lapar saat hujan sederas ini.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments