Cosetta menenangkan Eula beberapa kali hingga gadis itu sedikit lebih tenang. Gadis itu menjilat es krimnya, kemudian menyarankan sesuatu, “Menurutku, kamu bisa meminta Mabel untuk sekelompok denganmu. Dia pasti belum punya teman karena hari ini dia tidak berangkat sekolah. Lagipula, kalau kita sekelompok, mungkin akan terlalu susah karena jarak rumah kita terlalu jauh. Kalau Mabel ‘kan lebih dekat dari rumahmu jaraknya?”
“Benar. Nanti aku akan menanyakannya.”
“Baiklah.”
Setelah es krim habis, kedua gadis itu kembali lagi ke desa menggunakan sepeda. Eula turun dari sepeda ketika sudah tiba di depan rumahnya. Tak disangka-sangka, Maisie sudah menunggu di teras rumah Eula.
“Kalian habis dari mana?” tanyanya setelah berjalan mendekati mereka. Ia terlihat sangat manis, terlebih setelah berganti baju menjadi gaun kuning serta pita yang menghiasi rambutnya.
“Kita habis beli es krim di luar desa, Mai!” jawab Eula dengan ceria.
“Oh, padahal kamu minta kepadaku. Aku selalu makan es krim hampir setiap hari,” katanya, kemudian melirik Cosetta. “Kamu juga, Cosetta.”
“Tapi bukannya rasanya agak … tidak sopan pada ibumu?” ucap Eula seraya membenarkan letak tas di punggungnya. “Ah, kenapa tadi kamu menunggu di sini?”
Cosetta tak mendengar jawaban Maisie karena ia sudah mengayuh sepedanya kembali setelah melambaikan tangan pada kedua teman sekelasnya itu. Ia tak bisa berlama-lama bermain di ramainya Hartlefirth karena ia masih harus menjaga toko dan mengelap kaca mercusuar.
Rumah Mabel memang terletak paling dekat dengan hutan Fernshine. Rumah tersebut terlihat nyaman dan teduh karena dibayangi oleh pohon akasia yang besar. Empat ekor bebek dan seekor ayam bermain di halamannya. Semak belukar yang belum disiangi tumbuh liar di sekitarnya.
Cosetta turun dari sepedanya dan mengetuk pintu rumah tersebut.
Sayangnya, tak ada jawaban. Meskipun sampai ketukan yang ketiga kali. Alih-alih pintu rumah Mabel yang terbuka, malah pintu rumah tetangga Mabel yang memunculkan seseorang dari baliknya. Mrs. Bidwell keluar sambil mengelap tangannya. Sisi-sisi pakaiannya terlihat kotor.
“Oh, Cosetta. Mau bertemu dengan Mabel, ya?” tanyanya.
“Iya. Tapi sepertinya dia tidak ada di rumah, ya?”
“Memang benar. Sepertinya mereka sekeluarga sedang ada di ladang. Oh, astaga. Tapi ladangnya bersebelahan dengan milikku, dan mereka tidak ada. Entah ke mana mereka.” Cosetta mengucapkan terima kasih dan bersiap-siap untuk pergi lagi. Tetapi Mrs. Bidwell menahannya. “Tunggu, jangan pergi dulu, Sayang. Aku ingin memberikan sesuatu untuk ibumu,” katanya seraya masuk kembali ke dalam rumah.
Warga desa Hartlefirth memang mengenal baik keluarga Elwood. Khususnya keluarga Bidwell, yang saat itu sang ayah pernah ditolong oleh Mr. Elwood ketika mencoba memancing dan perahunya terbawa arus laut yang bergolak karena badai. Sejak saat itu, mereka selalu bersikap baik pada keluarga Elwood, seperti saat ini.
Mrs. Bidwell keluar dengan membawa sekantung lobak. Ia menyerahkannya pada Cosetta. “Ini untuk ibumu. Senang sekali tahun ini bisa panen lebih awal. Hati-hati di jalan, ya. Nanti akan kusampaikan pada Mabel kalau bertemu bahwa kamu mencarinya.”
“Terima kasih, Mrs. Bidwell. Sampai jumpa lagi!” pamit Cosetta seraya menaiki sepedanya kembali.
Cosetta akhirnya melalui pintu gerbang menuju hutan Fernshine. Ia tersenyum melihat sekantung besar lobak yang mendekam di keranjang sepedanya. Ibu pasti akan senang. Selain itu, ia pasti juga bisa menikmati salad lobak ibu yang lezat.
Sayang sekali ia tidak bisa bertemu Mabel. Cosetta selalu merasa kalau gadis itu terlalu misterius di kelas. Ketika mengunjungi rumahnya pun, ia tak bertemu dengannya. Cosetta berharap supaya besok ia bisa bertemu dengan Mabel.
Ia menghela napas. Andaikan saja ia tinggal di Hartlefirth, segalanya pasti akan lebih mudah. Bisa jadi, ia masih sekelompok dengan Eula seperti biasa. Bohong kalau Cosetta tak pernah terbayangkan memiliki rumah yang nyaman di desa tersebut. Ia hanya tak ingin ayah sedih mendengarnya semalam.
Entah kenapa hati Cosetta terasa lebih berat meskipun ia sendiri tak menginginkannya. Permasalahan menemukan teman sekelompok ini rupanya sedikit mengganggu suasana hatinya. Terlebih mengingat bahwa Mabel bukanlah anak yang rajin. Semester ini saja, gadis itu sudah beberapa kali membolos. Ia juga jarang berpartisipasi dalam kerja kelompok.
Cosetta menghela napas. Tugas Keterampilan ini akan berat baginya.
Tak lama kemudian, atap mercusuar mulai terlihat. Cosetta mempercepat kayuhannya hingga ia tiba di halaman rumahnya. Ia menyimpan sepedanya di gudang, dan berniat untuk beristirahat dulu di kamar sebelum menjaga toko.
Tetapi langkahnya terhenti ketika melihat ayah dan ibunya sedang berada di ruang tengah dengan wajah yang bersinar memancarkan kebahagiaan. Mrs. Elwood tak henti-henti tertawa, sementara senyum nyaris tak pernah meninggalkan wajah Mr. Elwood. Di hadapan mereka terdapat setumpuk jagung yang telah dikupas kulitnya di dalam keranjang.
“Kamu sudah pulang, Cosy. Kemari. Ibu punya berita yang membahagiakan untukmu,” kata Mr. Elwood ketika melihat Cosetta masuk ke dalam ruangan.
Cosetta mendekati kedua orang tuanya. Mr. Elwood menyentuh punggungnya lembut.
“Kamu akan punya adik, Cosy,” kata Mrs. Elwood.
Wajah Cosetta mencerah. Setelah kesepian selama bertahun-tahun di Fernshine Lighthouse, akhirnya ia akan mempunyai seorang saudara. Ia akan memiliki teman untuk bermain dan mengobrol, seperti teman-temannya. Ia tersenyum. “Aku senang sekali. Perempuan atau laki-laki, Bu?”
Mr. Elwood tertawa. “Belum tahu, Sayang. Ibu baru diperiksa tadi siang ke desa. Dokter bilang, ada janin di kandungan ibumu. Tapi bukannya kabar bahagia ini perlu kita rayakan? Nanti malam, kita akan membakar jagung di halaman. Mama juga sudah membeli ikan salmon. Kamu suka?”
Cosetta mengangguk. “Kalau begitu, aku tidak sabar malam hari akan segera tiba.”
Suara lonceng terdengar dari arah toko. Rupanya ada pelanggan yang datang. Cosetta beranjak untuk pergi ke toko dan melayaninya, tetapi ditahan oleh Mr. Elwood. “Kamu baru pulang, lebih baik istirahat dulu dan makan siang, setelah itu kamu bisa menunggu toko. Sana.”
“Baik, Ayah. Aku akan ke kamarku dulu,” ujar Cosetta sebelum ia pergi ke kamarnya.
Senyum masih terulas di pipi gadis itu ketika ia meletakkan tas punggungnya. Ia sudah menginginkan seorang adik, entah sejak kapan, Cosetta sampai lupa. Rasanya, sejak ia bisa mengingat, ia sudah berharap mempunyai adik. Dulu, ia berharap ingin punya adik perempuan, tetapi kini, baik perempuan maupun laki-laki, dua-duanya ia akan menyayanginya dengan perasaan bersyukur.
Cosetta berbaring di kasurnya dan menatap langit-langit. Setelah lahir nanti, adik kecilnya akan jadi seperti apa, ya? Apakah menjadi anak yang pendiam dan bermata tajam seperti adik Eula? Atau seliar adik laki-laki Maisie? Atau sepemberani adik perempuan Annabeth, salah satu teman sekelasnya juga, yang pernah menyelamatkan kakaknya dari serangan ayam jantan yang sedang marah?
Ia berharap dalam hati supaya calon adiknya merupakan anak yang baik hati dan menyenangkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments