Part 16

Sejak Elvina jatuh pingsan,Fajrin akhirnya menghubungi dokter Aland,ia terpaksa melakukan ini karena ia khawatir terjadi sesuatu dengan putrinya.

Sebenarnya Fajrin tak enak hati karena sudah mengganggu dokter Aland apalagi menelfon nya pukul satu dini hari. Itu adalah waktunya orang orang masih tertidur termasuk dokter Aland.

Beruntungnya dokter Aland berbaik hati untuk datang kerumah memeriksa kondisi Elvina.

Perkataan dokter Aland kala itu membuat Fajrin maupun Nadin merasa khawatir.

"Elvina hanya terlalu memaksakan dirinya untuk berusaha mengingat sesuatu . Jadi seperti inilah akibatnya, dia akan kesakitan dan pingsan. Bisa saja Elvina mengingat semua. Tapi ya begitu, dia akan sangat kesakitan ".

Begitulah ucapan yang dikatakan dokter Aland. Tentu saja itu membuat kedua orang tua Elvina merasa khawatir, baik Fajrin maupun Nadin tidak mau anaknya kesakitan lagi.

Bukannya mereka jahat membiarkan anaknya untuk terus melupakan kejadian masa lalunya. Mereka hanya tidak mau anaknya kembali menjadi pribadi yang pemurung.

Tapi kedepan tidak ada yang tau akan seperti apa kan?,siapa tau keinginan mereka berdua hanyalah harapan saja. Siapa sangka nanti atau esok Elvina tiba tiba bisa mengingat semuanya.

Semua tergantung usaha,doa,dan takdir. Kalaupun Elvina sudah berusaha dan berdoa namun takdir tidak menyetujuinya tentu saja itu akan sia sia.

Dan disinilah Elvina berada, duduk sendiri dikursi di balkon kamarnya, ia hanya memandang ke depan dengan tatapan kosong. Seharusnya sekarang ia sudah berada disekolah, namun nyatanya? ia hanya berdiam diri di kamar nya.

Kedua orang tuanya tidak mengijinkan Elvina untuk masuk sekolah, ia masih harus beristirahat. Mengistirahatkan badan dan juga pikirannya.

Namun sama saja, dirumah malah Elvina hanya melamun memikirkan mimpi buruknya. Ternyata ia masih penasaran dengan wanita paruh baya yang mengatakan nya anak pembawa sial. Siapa dia?.

Padahal Elvina sudah diwanti wanti untuk tidak terlalu memikirkan sesuatu.

Drrt..drrt..drrt

Bunyi ponsel miliknya ternyata langsung membuyarkan lamunan nya. Elvina langsung membuka untuk melihat pesan dari siapa.

Fajar

Kata Indira lo gak masuk sekolah karena sakit. Emang sakit apa Na?.

Elvina hanya membacanya saja. Tapi, nyatanya Risky itu pantang menyerah saat tau pesan nya hanya dibaca . Ia langsung mengirimkan pesan lagi pada Elvina.

Fajar

Na jawab,gue khawatir sama lo.

Ada yang aneh dalam dirinya, Elvina merasa ada sesuatu yang meletup letup didalam hatinya kala Risky terlihat begitu khawatir padanya.

Jari jemarinya dengan lincah mengetikan sesuatu di ponsel nya untuk membalas pesan dari Risky.

Elvina

Bukan sakit parah kok:)

Tak butuh waktu lama Risky sudah membalas nya lagi.

Fajar

Ya udah, cepet sembuh ya Na:)

Elvina

Makasih.

Setelah membalas ucapan terimakasih ,Elvina langsung meletakan ponselnya di meja didekatnya .

Ia menghela nafasnya, tiba tiba ia teringat Riyan,bahkan sampai saat ini pun Riyan belum membalas pesannya.

Dan bahkan disaat Elvina seperti ini, Riyan tidak datang untuk menemani nya. Sebenarnya dia kemana?.

Elvina sudah mencoba menanyakan pada Rayhan maupun Rizal tapi mereka berdua hanya diam. Banyak sekali pertanyaan di dalam pikirannya. Apakah Riyan bosan dengannya? atau Riyan sengaja menghindari nya?.

Harusnya Riyan mengatakan kalau dia memang sudah bosan padanya. Jadi Elvina akan mundur secara perlahan. Toh perasaan seseorang tidak ada yang tau. Elvina juga tidak akan memaksa Riyan untuk terus bersamanya.

Tapi Elvina hanya ingin Riyan mengabarinya, itu aja sudah membuatnya cukup.

Dari arah pintu, Nadin hanya diam memandang punggung anaknya "Na".

Elvina langsung menoleh "Ya?".

"Makan dulu ya, dari tadi kamu ngga mau makan" Nadin melangkah memasuki kamar anaknya sembari membawa nampan berisi makanan, ia meletakkan nya diatas nakas.

"Belum laper bun" jawabnya.

Nadin menghela nafasnya, jawaban ini lagi yang Elvina ucapkan.

"Bunda minta kamu makan ya, sedikit aja gak papa daripada gak sama sekali" pintanya dengan memohon.

"Iya udah, sedikit aja" Elvina langsung bangkit dan duduk disofa, sedangkan Nadin langsung menyerahkan makanannya.

"Dimakan ya, bunda keluar dulu " Nadin membelai rambut anaknya dengan sayang.

Elvina mengangguk.

Baru lima suap, Elvina menyudahi makan nya, ia langsung meletakan disebelahnya. Ia minum air putihnya hingga tandas.

Tiba tiba ponselnya berbunyi ada panggilan masuk.

Elvina langsung bangkit untuk mengambil ponselnya yang masih berada diatas meja dibalkon kamarnya.

Tertera nama Rayhan disana, dengan buru buru Elvina menekan tombol hijau.

"Na" terdengar suara Rayhan yang begitu khawatir.

Elvina tersenyum ternyata Rayhan sangat mengkhawatirkan nya.

"Iya Ray".

"Lo gak papa?".

"Gue gak papa kok".

"Udah mendingan?".

"Udah".

"Nanti gue sama yang lain mau kerumah lo".

"Maaf Ray,besok juga ketemu disekolah. Gue lagi pengen sendiri dulu".

"Gitu ya?".

"Iya maaf ya".

"Engga papa Na, yang penting lo udah gak papa".

"Iya Ray,ya udah gue tutup dulu telfon nya ya".

Belum sempat Rayhan menjawab ,Elvina sudah mematikan sambungan telefonnya.

Ia sedang ingin sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!