INFORMASI RAHASIA

Jantungku bertalu-talu. Untuk pertama kalinya, rasa takut kembali muncul dan mencengkeram dadaku setelah bertahun-tahun hatiku membatu.

Bukan ledakan itu yang betul-betul membuatku takut. Sudah tak terhitung berapa kali banyaknya aku diserbu bom dan peluru dalam hidupku. Desingan dan gelegar yang menyakitkan telinga itu tak pernah menggangguku. Bahkan saat kemarin aku diserang bom dan harus meluncurkan rudal untuk melebur puing-puing yang menguburku hidup-hidup, aku tetap bisa bergeming dan duduk dengan tenang di tempatku.

Entah mengapa, kali ini aku takut. Puri tergeletak pingsan dalam pelukanku. Ketakutanku sepenuhnya tertuju padanya. Serangan-serangan yang dilontarkan musuh padaku semuanya berbahaya dan mematikan. Sejauh ini aku tak gentar dan sanggup melawan. Aku selalu bisa bertahan dan menang.

Tapi bagaimana jika serangan seperti ini ternyata melukai Puri? Bagaimana jika saat aku harus bertarung, ia terlepas dari penjagaanku, dan ia disergap lalu dibunuh musuh dalam sekejap?

Aku tak bisa membayangkan, jika Puri harus terluka dan tewas gara-gara aku.

Kepalaku riuh. Suara pikiranku sendiri, hantu-hantu pikiran di sekitarku, dan teriakan para Agen di earpods--semuanya menggema serentak dalam benakku.

Arlojiku bergetar. Suara Randu merasuk cepat dalam kepalaku melalui earpods.

"Arya, kamu tidak apa-apa? Puri baik-baik saja?"

Jelas ia tahu tentang ledakan yang barusan terjadi, entah dengan kemampuan magisnya atau laporan langsung Bayu selama mengawal kami hari ini. Perlahan aku menegakkan punggung dan berusaha keras mengendalikan diri.

"Ya. Kami baik-baik saja, tidak terluka sama sekali. Tapi Puri pingsan."

Kulepas tubuh Puri perlahan. Kuatur sandaran kursinya agak rebah sehingga ia bisa berbaring dengan nyaman.

Ia seperti sedang tidur.

"Bagus," Randu terdengar lega. "Segera bawa Puri kembali ke rumahku. Setelah itu kembalilah ke Istana. Biar pasukanku yang membereskan kekacauan itu di sana."

"Siap."

Aku menyalakan mesin mobil sambil memandang luar jendela dengan tajam. Mobil biru itu meledak dan hancur terbakar beberapa meter di sampingku. Beberapa Agen menggunakan alat pemadam kebakaran yang selalu tersedia di bagasi mobil untuk memadamkan api. Beberapa langsung mengalihkan lalu lintas dan mensterilkan tempat kejadian perkara. Bayu mendekatiku dan mengetuk jendela mobil di sisi Puri.

"Kalian baik-baik saja?" Bayu memandangku tajam saat aku membuka jendela mobil. Ia terkejut saat melihat Puri tidak sadarkan diri di atas kursinya.

"Puri kenapa? Apa dia terluka? Apa dia tidak apa-apa?" raut wajahnya tampak cemas.

"Dia pingsan karena menyaksikan ledakan itu," aku berbohong. "Tapi selain itu, ia baik-baik saja. Aku harus segera membawanya pulang."

"Kalau begitu, aku dan beberapa Agen akan mengawalmu."

"Tidak usah. Aku akan menggunakan mode terbang untuk membawanya pulang. Dengan begini, kami akan lebih cepat sampai dan aman dari serangan musuh," kataku sambil menekan tombol merah di samping kemudi.

Seketika, sayap muncul di atas bemper, dan kendali navigasi muncul menggantikan kemudi mobil di hadapanku.

"Kamu paham kan serangan ini tidak akan berhenti sampai di sini?" Bayu berkata tajam. "Serangan mereka berbahaya dan mematikan. Kamu tidak akan bisa melindungi Nona Puri seorang diri jika terus diincar dan diserang seperti ini--"

"Aku tidak selemah itu," sergahku ketus. "Presiden dan Randu sendiri yang menunjukku sebagai Agen Pelindung Elit dan Khusus untuk melindungi Puri. Hanya aku yang bisa melindunginya dari serangan Negeri Lembah Merah, karena aku yang pernah berhadapan langsung dengan mereka, dan aku sudah membuktikan kalau aku sanggup bertahan dari semua serangan mereka. Kamu tidak perlu ikut campur terhadap misiku. Urus saja misimu sendiri."

Bayu terdiam sejenak.

"Kamu jangan sombong dan gegabah," katanya memperingatkan. "Jika sesuatu terjadi pada Nona Puri, aku tidak akan memaafkanmu. Kalau sampai Nona Puri jatuh ke tangan musuh, aku sendiri yang akan membunuhmu dengan kedua tanganku. Camkan itu."

Aku menatap Bayu tajam, yang balas memandangku dingin dan tak gentar. Kuraup semua hantu pikirannya. Aku terkejut saat mengetahui perasaannya yang mendalam terhadap Puri.

Hantu-hantu pikiran itu menunjukkan ingatan Bayu yang hampir selalu mengawasi Puri bahkan di sela misi hariannya. Ia menyimpan foto Puri dan bahkan memajangnya di kamar tidurnya. Beberapa kali ia berkunjung ke rumah Randu untuk mengantar hadiah kecil atau makanan kesukaan Puri, dengan dalih Randu yang menyuruhnya mengantar itu untuknya, padahal ia yang membelinya secara pribadi. Kadang, di saat senggang, ia membuntuti dan menjaga Puri dari jauh atas inisiatifnya sendiri, seperti yang kulakukan beberapa hari sebelum masuk sekolah.

Puri sama sekali tak tahu ia punya penggemar rahasia seperti ini. Aku pun tidak, sampai barusan aku melihat isi benaknya. Tapi apa yang dirasakan atau dipikirkan Bayu tentang Puri, sama sekali bukan urusanku. Bagaimanapun, Puri sudah dijodohkan denganku. Ia tak akan pernah punya kesempatan untuk mendekatinya dan memenangkan hatinya.

Hanya aku yang akan memenangkan hati Puri. Seperti yang sudah dilihat Dirah selama ini.

Kututup jendela di sisi Puri, mengabaikan Bayu yang masih di luar dan menatap lekat wajah Puri. Kuaktifkan penggunaan bahan bakar maksimal, mengecek semua indikator, dan dalam waktu singkat sudah melesat dan mengudara dengan mulus di atas gulungan awan seputih kapas.

Terbang di atas awan seperti ini selalu memberi sensasi yang menakjubkan dan menyenangkan. Aku tak pernah tidak terpukau setiap kali menyaksikan pemandangan berupa hamparan langit tanpa batas dengan warna-warni cahaya murni yang memanjakan sanubari. Perasaan damai dan bahagia tak terelakkan menyelimuti hati. Bahkan, di saat aku baru saja digempur dan dilanda ketakutan tersendiri, ketenangan batin itu tetap hadir seperti matahari yang bersahaja meluruhkan gulita.

Aku memandang Puri yang bagai terlelap tanpa mimpi. Jika saja ia bisa melihat apa yang kusaksikan sekarang... aku yakin ia akan sama terpesonanya, sama bahagianya.

Dalam hati aku berjanji akan mengajaknya terbang di angkasa, di waktu dan kesempatan yang lebih baik.

Aku mengecek radar dan navigasi. Dalam waktu singkat, kami sudah berada di atas ibukota. Aku menurunkan ketinggian perlahan, dan mendarat mulus tepat di ujung ruas jalan sepi yang membentang di depan rumah Randu.

Gerbang langsung terbuka begitu mobilku sampai. Aku memarkir mobilku di depan undakan seperti beberapa hari lalu. Saat aku keluar, aku terkejut mendapati mobil kapsul hitam meluncur masuk dan langsung parkir di belakang mobilku.

Randu melangkah keluar dari kursi penumpang belakang. Tatapan matanya setajam pedang saat bertumbukan dengan mataku.

"Terima kasih sudah mengantar Puri. Setelah ini kembalilah ke Istana. Kamu dilarang meninggalkan Istana untuk sementara, sampai aku menurunkan instruksi selanjutnya. Ini semua demi keamananmu yang sudah dua kali diincar musuh."

Sesaat, aku hanya bisa mematung saat melihat Randu membuka pintu mobil penumpang depan. Ia melepas sabuk pengaman yang melingkari tubuh Puri, dan dengan mudah merengkuh Puri ke dalam gendongannya.

Aku meresapi hantu pikiran Randu. Ia sengaja bergegas meninggalkan Istana setelah melihatku kembali ke rumahnya. Benaknya memutar ingatan tentang ledakan yang disaksikannya dari jauh--memang cukup mengerikan, meski ledakan itu tak bisa menggores mobilku sedikit pun, apalagi melukaiku dan Puri. Ia lega saat tahu putrinya baik-baik saja, meski tak sadarkan diri dalam pelukanku. Malah, dia juga tahu Puri lebih dulu pingsan sebelum ledakan terjadi.

Hantu pikirannya menunjukkan, ia tahu aku mencium anaknya hingga tak sadarkan diri.

Aku mengerjap. Mendadak aku merasa begitu bodoh dan malu, meski aku punya alasan kuat melakukan itu.

Tapi Randu tak mungkin tahu, aku mencium Puri agar ia berhenti melihat semua masa laluku. Ia mengira aku mencium putrinya karena rasa suka.

Apa dia keberatan? Dia kan sangat protektif terhadap Puri...

Aku memicingkan mata. Randu saat ini tidak menunjukkan emosi apa-apa. Datar dan dingin, layaknya lantai wahana seluncur es. Tapi aku bisa merasakan niatnya untuk menemani Puri sampai siuman, dan tak akan kembali ke Istana sebelum memastikan bahwa Puri baik-baik saja seutuhnya.

Ia sangat menyayangi putri bungsunya itu.

"Apa Puri akan izin sekolah besok?" tanyaku pelan. "Jika dia kembali bersekolah seperti biasa, aku tetap harus melindunginya, kan?"

"Kita bicarakan itu nanti," tegas Randu. "Prioritasku saat ini adalah kondisi anakku. Kembalilah ke Istana. Sekarang. Setelah aku yakin Puri sehat dan baik-baik saja, aku akan kembali ke Istana dan menggelar Rapat Darurat. Serangan bom ketiga dalam kurun waktu tiga hari ini jelas tak bisa diabaikan. Aku mungkin akan menetapkan metode keamanan khusus untuk kamu dan Puri setelah ini. Bersiaplah."

Aku menghela napas dan mengangguk.

Amba membukakan pintu depan dan menundukkan kepala saat Randu lewat sambil membopong Puri masuk. Amba melirikku sekilas, sebelum menyusul majikannya masuk untuk membantu merawat Puri.

Aku kembali dan tiba di Istana Negara dalam waktu lima belas menit. Beberapa Agen sibuk lalu lalang sambil berkomunikasi dengan earpods dan arloji. Aku bersandar sejenak di salah satu pilar, mengecek arloji, mendengarkan lewat earpods, dan menyaring hantu-hantu pikiran. Semua orang sibuk meningkatkan keamanan setelah mobil biru asing itu meledak di jalanan luar ibukota, mencoba membunuhku, seperti kemarin.

Ini aneh, pikirku sambil mengecek setiap laporan para Agen Elit dan pejabat negara per siang ini, yang belum bisa memaparkan banyak hal mengenai serangan bom dalam tiga hari terakhir melalui tablet. Tak ada kemajuan berarti dalam kasus ini. Padahal setiap kasus meninggalkan jejak dan bukti yang cukup banyak dan jelas. Randu sebagai pejabat tertinggi tak mungkin tidak tahu sesuatu... juga Bayu yang memimpin langsung penyelidikan ini... tetapi mengapa mereka tidak mengungkapnya? Jika mereka menemukan sesuatu, apa itu? Di mana mereka menyimpannya?

Kurasa, aku tahu jawaban dari beberapa pertanyaan krusial itu. Tapi aku harus memastikan sesuatu terlebih dulu. Sesuatu berupa pangkal atau sumber terjadinya semua kasus ini.

Informasi rahasia itu.

Aku bergerak kembali ke paviliunku, duduk di beranda sambil mengutak-atik tabletku, ditemani beberapa kaleng kopi hitam murni dengan takaran ganda agar aku tak mengantuk karena nyaris tidak tidur semalaman dan sekarang harus meneliti banyak dokumen.

Semua bermula dari informasi rahasia itu. Informasi yang didapat dan memberitahukan rencana pergerakan Negeri Lembah Merah. Salah satunya, agenda penyusupan, rencana pemberontakan, dan perang seperti yang pernah dilihat Dirah.

Pertanyaannya, siapa yang berhasil mendapatkan informasi itu? Kapan? Dan bagaimana?

Aku menelusuri data-data dan laporan di server rahasia Pasukan Pelindung dan Intelijen Negara. Dan aku menemukannya, laporan intelijen yang dibuat sebulan lalu, menyampaikan semua hasil pengamatan intelijen melalui pindaian satelit negara dan alat sadap khusus yang baru diciptakan sebulan lalu juga. Begitu diluncurkan, alat itu langsung bisa mendapat informasi penting ini, langsung dari Istana Negeri Lembah Merah.

Yang membuat dan memverifikasi laporan itu adalah Randu. Bahkan, alat khusus itu juga adalah ciptaan terbarunya.

Jadi ayah Puri sendiri yang mendapat semua informasi ini? Aku meneguk kopi kalengku yang kedua. Apa dia mengetahuinya berkat kemampuan magisnya yang bisa melihat langsung pergerakan musuh sejauh itu? Tapi tentu dia tak akan terus menerus fokus memerhatikan musuh, kecuali dia sudah tahu sebelumnya bahwa musuh sedang merencanakan sesuatu... atau dia kebetulan tahu saat mengamati mereka?

Aku mengamati alat ciptaan Randu yang digunakan untuk memata-matai Negeri Lembah Merah. Alat itu adalah robot nyamuk yang memiliki fitur kamera dan perekam rahasia, alat sadap, bahkan bisa memanipulasi gelombang dan sinyal sehingga pergerakannya sulit dideteksi alat pemindai keamanan. Robot itu bisa digerakkan dari jauh dan bisa mengisi ulang dayanya secara cepat dengan tenaga surya maupun medan elektromagnetik. Hasil pemantauannya tersimpan langsung di server khusus yang hanya bisa diakses Randu dan Dirah.

Canggih juga.

Aku membaca detil pembuatan robot itu dengan penuh minat. Randu pertama kali membuatnya di laboratorium khusus di Markas Keamanan Rahasia Negara dua minggu sebelum diluncurkan. Jelas dia jenius, bisa membuat alat secanggih itu dalam waktu singkat, dan terbukti langsung berfungsi baik. Namun aku merasa Randu seperti diburu waktu untuk menciptakan alat ini.

Mengapa?

Aku menelusuri berbagai data dan laporan selama seminggu sebelum Randu mulai mengerjakan proyek robotnya. Aku memicingkan mata saat melihat ada data komunikasi di server rahasia antara Randu dan Dirah, tengah malam, enam jam sebelum Randu mulai mengerjakan proyek itu secara resmi.

Dirah dan Randu cukup sering berkomunikasi, tentu saja. Tapi data panggilan ini aneh, karena Dirah sedang berada di ujung negeri untuk agenda kunjungan Presiden, dan tiba-tiba saja ia menelepon Randu di tengah malam buta, waktu di mana semua orang harusnya sudah memejamkan mata dan terbuai mimpi.

Apa yang mereka bicarakan?

Aku menyentuh file percakapan rahasia itu, meski tahu aku tak mungkin bisa membukanya karena itu sifatnya sangat konfidensial. Namun aku terkejut saat melihat file itu terbuka begitu saja untukku. Kode aksesku telah terdaftar untuk bisa mengakses semua file paling rahasia di server ini, selain kode akses Dirah dan Randu!

Siapa yang melakukan ini? Siapa yang mengizinkanku secara legal mengakses semua ini?

Aku punya firasat, tapi aku tak yakin firasatku benar. Aku menekan simbol putar di file itu, dan suara Dirah menggema jelas di telingaku melalui earpods transparan yang kukenakan.

"Aku mendapat penglihatan baru, Randu. Dares Hara, pemimpin Negeri Lembah Merah, sudah memutuskan untuk menyerang Negeri Laut Pasir. Ia ingin menaklukkan negeri kita. Tetapi ia tidak akan menyerang langsung. Ia sudah menyiapkan pasukan khusus untuk menyusup ke sini. Mereka berniat menciptakan pemberontakan dari dalam dengan memanfaatkan rakyat kita. Kamu harus segera mengantisipasinya."

"Aku harus memastikannya dulu, Dirah," Randu jelas sangat berhati-hati dan tidak mau asal bertindak. "Akan kuawasi mereka mulai sekarang. Jika yang kaukatakan ini benar, maka aku juga akan segera mengetahuinya..."

"Kamu tidak akan bisa mengetahuinya kalau memakai cara lama," kata Dirah tak sabar. "Aku melihat, mereka sudah menciptakan sesuatu yang sangat canggih untuk menyerang kita. Sesuatu yang tidak pernah kita lihat sebelumnya, sehingga kita tidak akan bisa mengantisipasinya. Aku tidak yakin itu apa. Tapi yang jelas, itu sesuatu yang sangat berbahaya.

"Kamu tidak bisa mengawasi mereka dua puluh empat jam, dan belum tentu kamu bisa langsung mendapat informasi yang tepat, sementara banyak sekali titik di Istana Negeri Lembah Merah yang harus diawasi untuk bisa mengungkap rahasia ini. Lakukan sesuatu untuk memperkuat kemampuan mengintaimu. Kumpulkan data valid tentang rencana dan teknologi terbaru ciptaan mereka. Kita akan segera bergerak dan membuat tindakan antisipasi berdasarkan data valid itu. Lakukan semua yang kamu mampu. Secepatnya. Aku mengandalkanmu."

Jadi, semua sumber informasi rahasia ini berasal dari penglihatan Dirah, diperkuat penglihatan Randu dan teknologi robot pengintai canggih yang diciptakannya.

Aku membaca semua data hasil pengintaian robot-robot nyamuk itu, yang disebar Randu dengan cara mengirim robot-robot itu dari kapal perang Negeri Laut Pasir yang berpatroli di perbatasan utara. Robot-robot itu mendarat di kapal perang Negeri Lembah Merah tanpa terdeteksi dan menempel di perlengkapan prajurit yang kembali ke Istana Negeri Lembah Merah. Sesampainya di sana, robot-robot itu mulai bergerak mencari informasi.

Salah satu robot berhasil merekam pergerakan seseorang berjubah hitam dan bertopeng merah di suatu ruang bawah tanah. Sosok itu menandai titik-titik tertentu di peta digital Negeri Laut Pasir. Tak lama setelah itu, muncul kasus kriminal yang dilakukan orang dengan gangguan jiwa, persis di titik-titik yang ditandai oleh orang misterius itu.

Apa ini? Aku mengerutkan alis. Rekaman itu diambil seminggu sebelum kasus pertama terjadi--yaitu penusukan secara membabibuta di sebuah halte bus di salah satu ruas jalan utama di ibukota.

Jika sosok itu sudah menandainya, berarti ini sudah disiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Tapi apa yang sudah disiapkannya? Bagaimana caranya ia bisa menjangkau negeri ini tanpa terdeteksi? Bagaimana ia bisa membuat orang-orang itu menggila dan melakukan tindakan kriminal?

Aku teringat keterangan Kencana, bahwa ayahnya mulai sakit kepala ringan sejak enam bulan lalu, dan semakin intens akhir-akhir ini, hingga nekat menyerang Stasiun Ibukota dengan bom, dan berakhir meregang nyawa di tanganku.

Penyakit misterius yang dimulai enam bulan lalu... sepertinya, musuh menggunakan semacam senjata biologis kali ini. Tapi senjata biologis macam apa? Virus? Bakteri? Bagaimana bibit penyakit bisa membuat orang menjadi gila dan bertingkah di luar kendali?

Untuk mengetahuinya, aku harus menyelidiki para kriminal itu secara detil. Semua riwayat, data, dan bukti kasus itu ada di tangan Bayu Tarum.

Aku mulai mencari folder data Bayu yang tersimpan di dalam server. Sialnya, folder itu terkunci. Hanya Bayu dan Randu yang bisa mengaksesnya.

Mengapa harus dirahasiakan seperti ini? Sebenarnya apa yang telah mereka temukan dan tidak mau mereka bagi ke siapapun? Apa ini informasi yang sangat sensitif dan berbahaya? Jika benar begitu, mengapa tidak melibatkan Agen Elit lainnya? Apa Presiden sudah tahu soal ini?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus membanjiri benakku. Jelas Randu sangat berhati-hati dalam bertindak. Jika dia memutuskan merahasiakan temuannya dari siapapun, artinya ia tidak bisa memercayai siapapun selain dirinya dan Bayu untuk memegang informasi itu. Kemungkinan, penyusup itu juga ada di antara Agen Pelindung dan Intelijen Negara yang dipimpinnya. Dan ia belum bisa mengungkap identitasnya sampai sekarang.

Tetapi siapa? Bagaimana?

...***...

Terpopuler

Comments

Kasadasa

Kasadasa

Si Arya yang nenggak kopi hitam pekat berkaleng-kaleng, perutku yang mules-mules rasanya 😅

2024-05-07

1

Dewi Payang

Dewi Payang

Sudah kuduga si Bayu punya perasaan sama Puri

2024-04-23

1

Dewi Payang

Dewi Payang

10 iklan buat Arya...

2024-04-23

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!