Give Me Tough Love (Beri Aku Cinta Yang Kuat)
Laki-laki maskulin, tampan, sorot matanya yang tajam ditambah sikapnya yang dingin membuat siapa saja yang melihatnya merasa terintimidasi, menjadi CEO di usianya yang sangat terbilang muda yaitu 27 tahun, Rashaka Abumi Shankara namanya, cukup dipanggil Raka agar mudah disebut. Pewaris perusahaan Enemy Company Group yang telah dibangun oleh kakek neneknya lalu dilanjutkan oleh kedua orang tuanya, kemudian dilanjutkan lagi olehnya.
Tidak mudah baginya untuk menduduki kursi empuk yang telah didudukinya saat ini, ia berjuang mati-matian untuk mendapatkannya, bahkan masa mudanya ia habiskan untuk belajar dan bertekad untuk bisa menjadi pemimpin perusahaan, tidak ada yang menuntutnya untuk melakukan itu semua, bahkan jika Raka tidak berusaha sekalipun, perusahaan itu akan jatuh pada kepemilikannya. Karena sistem perusahaan yang dipakai oleh keluarganya sama seperti sistem kerajaan. Siapa yang pertama lahir, dia yang akan mendapatkannya. Raka cucu pertama, jadi ia yang akan mendapatkannya. Namun, Raka ingin membuktikan kepada mereka bahwa ia pantas untuk mendapatkan posisi tersebut dengan kerja kerasnya, bukan karena ia sebagai pewaris.
Karena Raka tidak ingin menyia-nyiakan usaha kerja kerasnya selama bertahun-tahun, ia tidak akan membiarkan posisinya tergantikan dengan mudah, benar. Raka memiliki saingan, sepupu perempuannya. Ya, Raka mempunyai satu saudara sepupu perempuan, dia adalah satu-satunya sepupu yang dimiliki Raka.
Raka menyayanginya seperti adiknya sendiri. Meskipun sepupunya itu jauh lebih muda darinya, Raka tetap menganggapnya sebagai saingan karena ia bisa dengan kapan saja dapat menggantikan posisinya. Untuk mempertahankan posisinya ia akan mengabdikan sepenuh dirinya kepada perusahaan.
Sama seperti yang ia lakukan saat ini, sudah dua jam berlalu saat ia menatap layar laptop dengan kacamata yang dipakainya. Padahal, saat ini katanya sedang berlibur, Raka malah sibuk mengerjakan pekerjaan yang bukan miliknya. Karena Raka tidak mau ada kesalahan pada perusahaan walaupun sedikit. Dan juga ia sangat jarang berkunjung ke Indonesia, berkunjung pun hanya untuk sekedar menengok kedua orangtuanya.
"RAKA, MAMA MASUK." terdengar suara teriakan seorang perempuan di luar kamar Raka, lalu ia membuka pintu. Terlihat seorang wanita yang berpenampilan selayaknya ibu-ibu sosialita, dengan penampilannya yang glamor.
Sontak Raka membalikkan badannya dengan kursinya.
"RAKA!" Ucap wanita tersebut dengan kedua tangan menggercap di pinggang, seperti seorang ibu-ibu pada umumnya yang sedang memarahi anaknya. Namun ia sedang tidak memarahi, melainkan akan meminta sesuatu dari anaknya.
"iya mah"
Wanita tersebut adalah Silvia, satu-satunya wanita yang Raka cintai saat ini.
"KAMU TAU APA?!"
"Raka tidak tau dan Raka tidak mau tau"
"Sebaiknya kamu harus tau Raka!"
"Emangnya apa yang harus Raka ketahui?"
"Kamu ingat anak Bu Maya?"
Raka mengekpresikan wajahnya terkejut "Ohhh, Raka ga tau"
Silvia menghela nafas ringan. "Tau apa kamu selain pekerjaan"
Raka tertawa kecil "memangnya kenapa, ma?"
Silvia duduk di tepi ranjang dekat dengan Raka. "Mamah dapet undangan" ucapnya pilu.
"Memangnya kenapa?"
"Mamah mau, Raka"
"Mamah mau nikah lagi?"
Silvia melotot pada Raka, "kamu ini! Bukan mau nikah lagi. Tapi Mamah pengen nikahin kamu, teman-teman mamah udah pada nikahin anaknya, sedangkan mamah cuman dapet undangan. Kali-kali mamah kek yang ngundang mereka"
Raka menatap malas pada mamahnya itu.
"Kapan kamu mau ngenalin pacar kamu ke mamah?"
"Ngenalin gimana? Pacar aja Raka ga punya"
"Ya makanya cari! Kamu pikir wanita yang akan mendatangi kamu?"
"Memang sudah banyak perempuan yang sudah mendatangi Raka." tidak bisa dipungkiri bahwa memang sudah banyak wanita, bahkan sampai mengantri untuk bisa mendapatkan hati Raka. Namun Raka tidak pernah berkutik.
"Tapi ga ada tuh dari sekian banyaknya perempuan yang datengin kamu tapi ga ada yang kamu pilih"
"Ya berarti emang bukan tipe Raka aja, makanya Raka nolak"
"Tipe kamu itu kayak gimana Raka?! Masa dari banyaknya perempuan ga ada satupun yang memenuhi atau mendekati tipe kamu?"
"Bukan masalah tipenya sih mah, emang bukan orangnya aja"
Silvia tersadar dengan ucapan Raka.
"Jadi maksud kamu, kamu udah punya perempuan yang kamu incar?"
Raka mengangguk. Dengan senyum sumringah dan penuh maksud, Silvia mendekat pada Raka.
"Yang bener Raka?! Sejak kapan? Kenapa kamu tidak memberi tahu mamah? Cepat kenalkan dia pada mamah"
"Mah, Raka udah lama mengincar dia dari kecil. Raka ga tau sekarang dia di mana"
"Kamu ini aneh, bagaimana jika perempuan yang kamu maksud itu sekarang sudah menikah?"
Tidak, itu tidak mungkin. Karena umurnya terpaut 9 tahun lebih muda darinya, jadi tidak mungkin jika perempuan incarannya itu telah menikah. Jika dihitung mungkin usianya kini 18 tahun, dan masih di sekolah menengah atas.
"Tidak, dia belum menikah"
"Dari mana kamu tau dia belum menikah?"
"Karena jodohnya ada di sini." ucap Raka percaya di sambil menunjuk dirinya.
"Kamu ini selalu berbicara omong kosong, mamah khawatir sama kamu Raka"
"Khawatir apa mah? Raka udah gede gini masih dikhawatirkan"
"Mamah khawatir kalau kamu gay"
"Astaga mamah, kenapa ngomongnya kayak gitu?" Raka tidak pernah berfikir mamahnya itu akan berfikiran seperti itu.
"Pikir saja sama kamu, selama ini kamu tidak pernah dirumorkan dekat dengan wanita manapun. Temen-temen mamah sempat bilang ke mamah kalau mamah harus perhatiin kamu, takutnya kamu gay"
""Mamah, lain kali ga usah temenan sama mereka ya, mah"
"Kalo kamu mau mamah ga temenan lagi sama mereka, kasih mamah menantu biar mainnya sama istri kamu, bonusnya cucu"
"Mamah ini, mikirnya terlalu kejauhan."
"Pikiran kamu yang dangkal," Timpal Silvia dengan sebal. Raka berdiri dari tempat duduknya, kemudian merangkul Silvia.
"Mah, jika emang udah waktunya. Raka juga pasti akan menikah dengan wanita pilihan Raka"
"Mamah takut kamu kesepian, Raka. Keseharian kamu cuman bekerja, kamu juga butuh seseorang buat dampingi kamu, yang selalu ada di samping kamu."
Raka melepaskan rangkulannya lalu menatap wajah sang mamah "Selagi ada mamah, Raka ga pernah ngerasa kesepian."
Senyum simpul terukir di bibir Silvia. "Tapi Raka, mamah teringat. Bukankah kamu memiliki teman perempuan? Kenapa kamu tidak mencoba berkencan dengannya?"
"Mamah, dia hanya teman biasa. Dari awal pertama kita bertemu, Raka sudah tidak suka padanya"
"Bukannya kamu berteman baik?"
"Ya seperti itulah, Raka hanya menganggap nya sebagai teman biasa"
"Raka, jika kamu belum menentukan pilihan mu, biar mama saja yang menentukannya"
"Mamah berniat mendaftarkan ku ke aplikasi kencang buta sama seperti waktu itu lagi?"
"Tidak Raka, ini beda lagi. Yang waktu itu mamah hanya main-main, lagian waktu itu kamu malah mengirim seseorang untuk menggantikan mu, untuk kali ini mamah serius."
"Mahhh," keluh Raka.
"Raka, ini yang terakhir kali. Jika kamu tidak menginginkannya kamu bisa menolaknya"
"Mah, Raka tidak mau." Bantah Raka.
"Jangan keras kepala!"
"Silahkan saja, dalam waktu dekat ini Raka akan pergi ke luar negeri."
"Jangan macam-macam kamu Raka." ucap silvia sambil menunjuk ke arah wajah Raka.
Silvia kemudian keluar dari kamar Raka degan ketukan heelsnya yang nyaring di telinga. Raka hanya menghela nafas ringan, ia tidak tahu jalan pikir mamahnya itu, Ia selalu membuat keputusan secara sepihak.
BERSAMBUNG
*visual Rashaka Abumi Shankara
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Nining Maryani
ada ya ibu ibu pikirannya kayak gitu/Facepalm/
2024-03-18
0
Dyaululfa
😍
2024-03-17
0
Alizeee
hi kak, makasih karna dah mampir kemaren/Smile/
2024-03-14
0