Raka tidak bisa mengelak jika Silvia sudah mengambil tindakan, dengan begini ia hanya bisa mematuhinya. Tapi bagaimana dengan gadis yang berada di sebelahnya? Apakah dia menyetujuinya?.
"Vyora?"
"Ah, iya?" Vyora masih bergelut dengan pikirannya tidak bisa fokus.
"Bagaimana tanggapan kamu tentang cincin ini?" Silvia memperlihatkan cincin tunangan yang ia siapkan untuk mereka. Hanya model cincin biasa namun terukir inisial mereka di masing-masing cincinnya.
"Bagus." Vyora tidak bohong, cincin itu memang bagus meski sederhana.
"Kamu suka?" Vyora mengangguk.
"Kalau begitu pakaikan cincin itu pada jari Vyora, Raka." titah Silvia.
Raka mengambil cincin inisial R yang masih tersimpan di kotak cincin, kemudian ia memasangkannya pada jari lentik milik Vyora.
Vyora masih tidak percaya bahwa sekarang dirinya sedang bertunangan dengan laki-laki yang baru pertama kali ia temui tadi sore di kafe, itupun ada sedikit percekcokan.
Raka memandang dalam perempuan yang ada di hadapannya itu, yang kini berstatus sebagai tunangan nya. Tidak, bukan tunangan nya, melainkan calon istrinya.
Sekarang giliran Vyora yang memasangkan cincin pada Raka. Tangan Vyora sedikit gemetar saat memasangkan cincin pada jari Raka, Raka sedikit terkekeh melihatnya.
Sesi tukar cincin pun selesai. Para orang tua bertepuk tangan dan bersorak ria karena kini anak-anaknya akan melepas masa lajangnya. Terutama Silvia yang menangis haru karena Raka akhirnya mendapatkan seorang pendamping. Berlebihan memang, padahal hanya tunangan.
Acara dilanjutkan dengan makan-makan, makanan yang dihidangkan sudah dingin. Namun mereka para orang tua tetap memakannya dengan lahap karena merasa senang.
"Kita sudah melaksanakan acara pertemuan sekaligus tunangan anak kita malam ini. Kalau begitu kapan kita akan melaksanakan pernikahan?" Ujar Pradita di sela-sela saat makan.
Lagi-lagi Vyora tersedak. Entah yang ke berapa kali ia terkejut seperti itu, bisa-bisa ia jantungan sebelum acara pernikahan.
"Begini saja, kita tentukan sesuai dengan waktu libur sekolah. Agar Vyora bisa melaksanakannya dengan tenang sekaligus liburannya dipakai untuk berbulan madu" tukas Silvia.
"Vyora, kapan ujian kamu dilaksanakan?" Tanya Pradita.
"Lusa" ucapnya pelan.
"Bagaimana kalau bulan depan? Bukanya ada liburan akhir semester?" Ujar Geano.
"Terlalu lama." Satu kalimat yang keluar dari mulut Raka membuat semua yang ada di meja makan tercengang.
Gila! Apa yang sedang dia ucapkan?!.
"Maksudnya tidak bagus jika liburannya di pakai untuk berbulan madu berlama-lama"
Silvia menyunggingkan senyumannya, ia tahu bahwa anaknya sudah sangat ingin untuk memiliki gadis yang berada di sebelahnya.
"Kalau begitu, kita laksanakan saja bulan depan." Silvia sengaja menguji anaknya, seberapa jauh mana ia bisa menahannya.
Terlihat raut kecewa dari wajah Raka.
"Bagus kalau begitu, kit juga bisa mempersiapkannya dengan matang" ujar Pradita.
"Kira-kira berapa banyak tamu yang akan kita undang, 1000? 2000?. Oh iya Vyora, tema apa yang kamu inginkan untuk pernikahan mu nanti?" Pertanyaan Silvia seperti todongan pisau yang akan menghantamnya berkali-kali.
"Sederhana aja." Gadis unik, biasanya para wanita ingin melaksanakan pernikahan dengan mewah karena ini sekali seumur hidup.
"Untuk tamu, bisa ga acaranya hanya didatangi kerabat dekat?" Mereka mengerti kenapa Vyora meminta seperti itu, ia mungkin akan merasa malu jika teman-temannya datang.
"Itu terserah mau kamu Vyora" ucapan Silvia seolah penenang bagi Vyora, ia sedikit lega karena keinginannya diperbolehkan.
Makan malam pun selesai, Vyora tidak menghabiskan makanannya. Ia hanya mampu memakannya dua suapan.
Keluarga Pradita pamit untuk pulang, kevan dan Vyora pun mengantarkan mereka sampai depan halaman rumah.
Raka melambaikan tangan pada Vyora, namun tidak dibalas.
Vyora lebih dulu masuk ke dalam rumah meninggalkan kevan.
...****************...
Vyora baru saja bangun dari tidurnya, ia sedikit kelelahan karena mimpi buruknya semalam. Mimpi ia kabur dari rumah lalu bertemu dengan seorang laki-laki yang kemudian mereka bertunangan. Jelas-jelas itu nyata.
"Capek banget." Vyora meregangkan tubuhnya, membiarkan darahnya mensinyalir.
Vyora melihat ke arah cincin yang ia pakai, persis sama yang ada dalam mimpinya. "Loh, ini kok? Cincin ini?!" Kepala Vyora sedikit sakit mengingat kejadian malam, dan ternyata itu bukan mimpi.
Vyora cemberut karena itu bukan sebuah mimpi, dan sekarang dirinya berstatus menjadi tunangan seseorang.
Vyora melihat jam dinding di sebelahnya, ia beringsut ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul 06.35 sementara hari ih ini sekolah masuk pukul 07.00.
Gawat! Kenapa tidak ada yang membangunkannya.
Vyora langsung bersiap-siap, memasukan segala jenis buku mata pelajaran asal karena tadi malam ia tidak menyiapkannya.
Vyora cepat-cepat turun ke dapur untuk sarapan, dan mengomel kenapa tidak ada yang membangunkan nya. "Mah, kok ga ada yang bangunin aku sih, jadinya aku kesiang...ngan" ucapannya terputus kala ia melihat Raka yang sudah terduduk di meja makan.
Kenapa dia ada di sini sepagi ini?.
"Pagi, Vyora." Sapa Raka.
Vyora masih mematung, dan tidak membalas sapaan Raka.
Raka sedikit kesal karena sapaannya tidak dibalas, begitupun saat kemarin malam.
"Vyora, hari ini kamu diantar sama calon suami kamu" ucap Geano yang sedang sibuk membaca Korang dengan secangkir teh nya.
Apa?! Calon suami?. Mendengarnya saja membuat Vyora ingin muntah.
"Kamu ngapain di sini?" Tanya Vyora.
"Vyora tidak baik kamu berbicara seperti itu. Kemari, duduk. Dan sarapan" tutur Geano.
Vyora engga untuk kembali duduk di samping Raka seperti tadi malam, rasanya aneh. Terasa sangat aneh lagi ketika Vyora menyadari kini mereka memakai cincin yang sama, cincin pertunangannya.
"Saya akan mengantar mu ke sekolah hari ini, dan seterusnya."
"Mah, kenapa engga Abang aja sih yang nganterin Vyora?!"
"Ga bisa gitu dong, Raka udah jauh-jauh dateng ke sini hanya untuk nganterin kamu. Masa kmu sama kevan."
"Lagian Abang juga tiba-tiba ada panggilan dari pembangunan, jadi Abang ga bisa nganterin kamu, maafin ya. Hari ini kmu diantar sama Raka."
Vyora menatap tidak percaya pada Abangnya, bagaimana bisa yang asalnya pengangguran seperti itu menjadi tiba-tiba sibuk?.
Tidak ada pilihan lain, Vyora harus menerimanya, jika tidak ia akan akan terlambat.
Vyora memutar malas bola matanya, kemudian pergi. "Vyora, kamu belum sarapan" panggil letta.
Sesaat kemudian Raka pun menghampiri Vyora.
Raka membukakan pintu untuk Vyora, namun Vyora malam membukakan pintunya sendiri. Itupun di kursi belakang.
"Kamu pikir saya apa?" Tukas Raka.
"Supir." Vyora kamu pemberani. Setelah tadi malam kamu mengambil mobilnya dan sekarang kamu menyebut dirinya seorang supir.
Raka menyeringai, ia tidak menyangka bahwa ada gadis seperti ini. Untung saja tunangannya. Jika bukan, mungkin Vyora akan menghilang ditelan bumi.
"Kalau begitu kamu saja yang menjadi supir, meski kemampuan menyetir mu buruk" namun tidak dengan paras cantiknya.
Vyora merasa tersinggung setelah mendengarnya, kemudian ia pun turun dari mobil dan berpindah ke kursi depan, di samping Raka.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Rey
Mungkin Vyora gadis kecil yang di cari oleh Raka.
suka ma ceritanya, langsung aku subscribe 😍
2024-03-16
0
Rey
Lebih tepatnya Menyibukkan diri Abangmu itu Vyora.
2024-03-16
0
Rey
ya udah besok langsung seret aja tuh Vyora ke kantor KUA ya Raka 😄
2024-03-16
0