"Kenapa belum transfer uangnya ke Mommy?"
Angelia memutar bola matanya begitu melihat ibunya sudah ada didalam apartemennya, sambil mereguk sekaleng bir dimeja bar apartemennya.
"Bagaimana Mommy bisa masuk?" tanya Angelia, meletakan tasnya diatas meja dekat ibunya lalu berjalan menuju lemari pendingin dan mengambil sekaleng minuman dingin dari sana.
"Dari pintu-lah Sayang, masa Mommy bisa menembus dinding?" sambil melemparkan kaleng kosong ditangannya ketempat sampah yang ada disudut mini bar.
"Transfer uangnya sekarang, Mommy lagi butuh," memandang wajah lelah putrinya yang sedang mereguk minumannya.
"Mom, bukannya aku baru saja mentransfer uang dua hari yang lalu ke Mommy?" Angelia mengernyitkan keningnya pada sang ibu.
"Sudah habis. Jangan pelit sama Mommy, bukannya hari ini pacar kayamu itu mengirimkan tujuh ratus juta?"
Angelia menghela nafas dalam, ia memang keceplosan mengatakan itu pada sang Mommy tadi pagi saat ditelepon.
"Gagal, Mom," sahutnya lesu.
"Gagal?" Audrey tertawa sinis.
"Mommy tidak percaya. Jangan lupa Angel, siapa yang membuatmu seperti sekarang ini. Semua karena Mommy. Mommy yang berjuang menjadikanmu aktris terkenal, sehingga banyak pria-pria kaya yang mengejarmu. Transfer uangnya ke Mommy sekarang. Dua jam lagi Mommy mau terbang ke Singapura," ucapnya tak mau tau.
"Bukannya itu memang tanggung jawab Mommy? Memperjuangkan putrinya mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya," Angelia menatap ibunya kesal, selalu itu saja yang menjadi senjata ibunya bila dirinya tidak melakukan apa yang ibunya minta.
"Lihat ini Mom" Angelia menunjukan jari jemarinya pada sang Mommy.
"Kuku-kukuku rusak karena mencuci piring di restoran, ini semua gara-gara gadis si alan yang mengaku isterinya Rocky itu, padahal aku sudah membayar mahal perawatannya sebelum bertemu laki-laki kaya itu!" keluhnya, meringis melihat kuku-kukunya yang patah.
"Kamu benar Sayang, semua memang tanggung jawab Mommy, tapi hidup ini butuh uang. Jadi Mommy tidak mau tau, Mommy butuh kamu transfer uang itu sekarang."
"Apa yang Mommy lakukan?" Angelia berusaha merebut tasnya yang sedang digeledah ibunya.
"Tolong! Aku mohon Mom, jangan ambil uang itu, aku belum sempat mengisi bahan bakar mobilku," kala melihat ibunya membuka menggeledah dompetnya.
"Lumayan, untuk Mommy memesan taxi ke bandara," Audrey tersenyum saat menemukan tiga lembar pecahan lima puluhan ribu rupiah dalam dompet putrinya.
"Jangan Mom, hanya itu yang aku punya!" teriak Angelia menyusul ibunya yang gegas meninggalkan apartemennya.
Perempuan itu menangis kesal dibelakang pintu, kartu-kartu ATM-nya baru saja dua hari yang lalu dikuras ibunya dan adik tirinya, dan sekarang sisa uangnya pun dibawa pergi ibunya.
Selama ini, dirinyalah yang membiayai hidup ibu dan adik tirinya yang suka berfoya-foya itu.
...***...
"Jangan berpura-pura baik padaku si rambut mekar!" ketus Rocky. Setengah harian ini ia sudah menahan amarahnya yang menggelora, menatap dingin wajah Lisa yang tengah menawarkan dirinya untuk menambah porsi makan malamnya.
"Rocky! Jaga mulutmu! Siapa yang mengijinkanmu mengata-ngatai menantuku seperti itu!" Hardik Marta yang kaget mendengar ucapan putranya.
Gusman yang biasa berwajah datar tersedak kaget, hampir tertawa mendengar julukan yang tidak pernah ada bagus-bagusnya dari mulut putranya itu pada sang isteri. Pria itu buru-buru meredakan tenggorokannya dengan segelas air putih didekatnya.
"Aku tidak perlu ijin dari siapa-siapa Mam. Kalau saja Mami tau bagaimana si rambut mekar ini sudah mempermalukan putra kesayangan Mami hari ini direstoran, menjadikan aku seorang pencuci piring segunung, Mami pasti tidak akan membelanya lagi!" adunya.
Ia tahu bagaimana sayangnya sang Mami padanya selama ini, apapun yang ia inginkan hampir semuanya dikabulkan.
"Benarkah?" Marta berpura-pura memasang wajah kagetnya lagi, hanya ingin melihat perubahan wajah putranya yang merasa terbela.
"Dia juga mengambil dompetku Mam," adunya lagi bersemangat. Marta begitu gemes melihat putranya bersikap seperti anak-anak.
"Kenapa kamu melakukannya Sayangku, heum?" Marta beralih pada Lisa, bertanya dengan suara lembutnya membuat Rocky panas mendengarnya.
"Aku tidak rela saja suamiku jalan, makan siang bareng, dan memberikan uangnya cuma-cuma pada perempuan lain yang bukan diriku Mam," sahut Lisa ikut mengadu.
"Oh begitu rupanya. Tindakanmu itu sangat tepat Sayang, kamu pintar sekali. Tidak salah Mami menyayangimu lebih dari putra Mami yang sudah tua dan bandel itu," puji Marta sambil mencela putranya.
Cletak! Ting!
Rocky menaruh kasar sendok dan garpu dari tangannya hingga terhempas jatuh kelantai. Dengan perasaan kesal ia beranjak pergi dari meja makan tanpa bicara apapun.
"Lihat putramu Pap, sikap kekanak-kanakannya tidak berubah sampai setua ini. Mami tidak tau, kapan dewasanya dia," memandang punggung putranya yang meninggalkan ruang makan, Gusman hanya bisa mengangkat bahunya.
"Lisa, segera susul suamimu bila sudah menyelesaikan makan malammu," memandang sendu pada menantunya.
"Baik Mam," sahut Lisa sigap. Ia tahu betapa besarnya kasih sayang sang ibu mertuanya pada suaminya itu, bahkan lebih dari apa yang suaminya itu kira.
...***...
Ceklek.
Lisa menahan nafasnya, saat melihat Rocky keluar dari kamar mandi menggunakan handuknya, padahal dirinya sudah menyiapkan bathrobe suaminya itu didalam kamar mandi sebelum suaminya masuk kesana. Ia masih trauma mengingat insiden melorotnya handuk sang suami beberapa waktu yang lalu.
"Mas, ini baju kantornya," panggil Lisa pelan, berusaha selembut mungkin membujuk Rocky yang sejak semalan tidak mau bicara dengannya.
Perempuan itu mengela nafas, tetap berusaha sabar saat laki-laki berstatus suaminya itu masih mengabaikannya. Kendati serasa sulit mengurus pria yang sudah dewasa tapi berulah seperti anak-anak, namun tetap harus ia layani, mengingat bagaimana baiknya sang ibu mertuanya itu memperlakukannya.
"Mas, ini baju kantornya," ulang Lisa lagi, masih bernada lembut mendekati presisi Rocky yang berdiam diri dibalkon tanpa melakukan apapun sedangkan waktu terus beranjak.
"Berikan dompetku yang kamu sita kemarin," tukasnya ketus.
Lisa tersenyum didalam hati, rupanya hanya karena benda itu batinnya. Tanpa berfikir lama, Lisa bergegas dan mengambil dompet Rocky yang ia simpan dilaci meja riasnya.
"Ini, dompetmu Mas," Lisa menyodorkan benda yang disinggung oleh suaminya itu.
"Awas kalau isi dalam kartu-kartuku berkurang," sambil berlalu masuk, setelah memeriksa beberapa kartu miliknya yang masih tersusun rapi seperti semula dalam dompetnya.
"Oh my God!" pekik Lisa tertahan, buru-buru ditutupnya pintu balkon dibelakangnya ketika Rocky dengan sengaja melorotkan handuknya saat berlalu dihadapannya, khawatir para asisten rumah tangga dibawah sana melihat ulah aneh suaminya.
Rocky tersenyum usil melihat kepanikan Lisa.
Bersambung...👉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Indah Dewi
Hahahaha Rocky gimana,,, masih aman?
2024-06-25
1
Indah Dewi
Ngadu nya udah kaya bocah SD aja🤣🤣🤣🤣
2024-06-25
1
Indah Dewi
makanya jangan jadi pelakor di luaran sana masih banyak kan laki laki lain
2024-06-25
1