"Selamat pagi Nyonya," Yuliana memberi salam sambil merundukan tubuhnya.
"Pagi juga Yuliana. Apa kabarmu? Kudengar kamu sakit beberapa hari ini," Marta balik menyapa ramah.
Sebagai wanita berkelas yang menjunjung tinggi etika dalam bertegur sapa dengan para pegawainya, wanita itu menghentikan langkahnya tepat didepan meja Yuliana.
"Iya Nyonya, tapi sekarang saya sudah membaik," sahut Yuliana tersenyum tipis.
Tidak seperti biasanya, hari ini Marta melihat sekretaris suaminya itu mengenakan kemeja dan rok yang sedikit longgar, ditambah lagi wajah pucat Yuliana membuat dirinya semakin yakin bila wanita itu memang benar sedang mengandung seperti yang pernah ia dengar.
"Kamu sudah makan siang? Kalau belum, bergabunglah dengan kami didalam. Kebetulan aku membawa makanan cukup banyak hari ini," sambil memperlihatkan tentengan rantangan pada kedua tangan dikiri dan kanannya.
"S-sudah Nyonya. Terima kasih banyak atas tawaran Nyonya," tolak Yuliana berbohong. Ia tidak ingin mengganggu kebersamaan kedua majikannya yang selama ini selalu bersikap baik padanya.
"Sayang sekali kalau begitu. Baiklah, saya masuk dulu," pamit Marta, masih dengan senyum ramahnya.
"Baik Nyonya," Yuliana merundukan tubuhnya, saat Marta kembali melanjutkan langkahnya menuju ruangan sang direktur. Dengan ekor matanya, ia melirik kepergian sang nyonya majikan yang selalu percaya diri dengan postur tubuhnya itu, walau bobot wanita itu kini sudah mencapai 92 kilogram.
"Andai saja kamu tidak takut pada isterimu Mas, aku tidak akan bernasib seperti ini," gumam Yuliana sedih, ia memegang perutnya yang sudah membuncit dibalik pakaiannya.
Setelah keluar dari rumah sakit semalam, ia terpaksa mengikuti anjuran dokter untuk mengenakan pakaian longgar, supaya pertumbuhan janin dalam perutnya tidak terganggu dengan pakaian ketat yang selalu menonjolkan kemolekan tubuhnya.
...***...
"Kemana Rocky?" tanya Marta, menatap Dirly yang tengah menikmati makan siangnya bersama dirinya dan Gusman.
"Ada sedikit urusan diluar Mam," sahut Dirly singkat. Tidak berani mengadu, kemana atasannya itu pergi.
"Dasar anak bandel. Padahal Mami sudah menelpon akan membawakan makan siang kesukaannya," omel Marta, sembari mengambil ponselnya, mengetikkan sesuatu disana lalu mengirimkannya pada seseorang.
"Papi ingin tambah lagi?" melihat piring Gusman yang sudah kosong setelah menyimpan ponselnya.
"Cukup, sudah kenyang Mam," tolak Gusman, sambil meraih gelas air putihnya lalu meneguknya hingga tandas.
"Kamu Dirly?"
"Aku juga sudah Mam," Dirly gegas menarik piring kosongnya, saat melihat tangan Marta siap mengisi piringnya lagi dengan nasi, sambil melirik Gusman yang menatapnya dengan tatapan dingin.
Dirly tetap bersikap biasa, ia bahkan sudah terbiasa dengan sikap sang direktur seperti itu padanya, seperti ada dendam kesumat. Aneh, batinnya mengumpat.
"Kenapa sih kalian hari ini semuanya makan sedikit. Padahal pekerjaan kalian membutuhkan banyak energi. Terutama Papi," Marta melirik sang suami yang memang irit dalam bicara.
"Perut Papi sudah mulai membuncit lagi Mam, butuh olah raga ekstra untuk membuang lemak-lemak ini lagi," ucapnya, sambil memegang perutnya yang sedikit menyembul dibalik kemeja kerjanya.
Walau sudah berusia 53 tahun, Gusman paling perduli pada bentuk tubuhnya yang atletis.
Selain untuk menunjang penampilannya, menjaga pola makan adalah salah satu upaya dirinya menjaga kesehatan supaya bisa tetap menikmati hidup hingga usia senja.
"Dirly, tolong bawa ini, berikan pada Yuliana. Sepulang dari rumah sakit dia harus lebih sering makan supaya cepat pulih," Marta menyodorkan satu rantang sup daging dan dua rantang lainnya yang sudah ia sisihkan secara khusus untuk sekretaris suaminya itu, sekalipun wanita itu sudah menolak tawarannya untuk makan siang bersama.
"Baik Mam," Dirly segera meraih rantangan-rantangan itu lalu segera keluar setelah berpamitan pada Gusman dan Marta.
...***...
"Sayang, aku masih butuh tujuh ratus juta untuk pelunasan apartemenku. Transferanmu dua minggu lalu sudah aku jadikan DP-nya."
Angelia bergelayut manja dilengan Rocky yang sedang menikmati makan siangnya, tidak menyia-nyiakan kesempatan saat kekasihnya itu memohonkan maaf karena telah meningalkannya didepan kampus kemarin.
"Baiklah, setelah kita selesai makan siang, aku akan segera mentransfer sejumlah uang yang kamu minta itu Angel. Anggap saja sebagai permohonan maafku karena telah meninggalkanmu kemarin," sambil meraih gelas jus untuk meminumnya.
"Oh Sayang, kamu memang yang terbaik," Angelia tersenyum gembira dan semakin mengeratkan pelukannya pada lengan berotot sang kekasih, ingin rasanya ia melompat kegirangan andai saja saat ini ia berada dikamarnya.
Betapa beruntungnya dirinya, memiliki kekasih yang tidak pelit seperti Rocky.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!"
"Sayang, kamu kenapa? Kamu tidak apa-apakan?" Angelia panik, ia meraih beberapa lembaran tisu dan membersihkan wajah Rocky yang tersedak jus buahnya.
"Oh my God! " pekik Rocky didalam hati, jantungnya seketika jedak-jeduk, kaget tidak terkira kala melihat Lisa sudah ada dihadapannya bagaikan hantu disiang bolong. Ia benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa dirinya tidak menyadari kehadiran isterinya itu.
"Sayang, kamu kenapa?" Angelia kian cemas saat melihat Rocky diam membeku menatap kedepan.
"Ternyata mas Rocky memang suami yang bandel ya, tidak bisa dinasehatin isteri secara baik-baik," Lisa menatap suaminya yang masih membeku ditempatnya.
"Heh! Kamu siapa?" ketus Angelia begitu mendengar Lisa berkata secara demikian pada kekasihnya, ia memandang sinis kala melihat gadis belia dihadapannya tengah berdiri angkuh dengan melipat tangan didepan dada.
"Sepertinya mas Rocky belum cerita pada perempuan ini kalau kita adalah pasangan suami-isteri," Lisa menatap Angelia, lalu kembali beralih menatap suaminya.
"Hei gadis naif, sepertinya hanya kamu yang tidak mengenalku dinegeri ini. Kasihan sekali, tinggal dipelosok mana?" Ucap Angelia tidak terima dengan nadanya yang mengejek, merasa gemes saat mendengar Lisa tidak menyebut namanya dengan benar.
"Tadinya aku adalah salah satu anak negeri ini yang rajin, dan kagum menonton acting-mu yang sarat akan ajaran moral pada beberapa film produksi dalam negeri yang kamu bintangi," aku Lisa, memandang datar pada Angelia yang masih memandangnya dengan tatapan mengejek.
"Dan sekarang tidak lagi, begitu aku tau aktris kebanggaan beberapa rumah produksi film anak negeri ini adalah perempuan yang menjadi pelakor rumah tanggaku," dengus Lisa geram.
"Sayang, tolong katakan kalau itu tidak benar. Gadis naif ini pasti mengada-ada. Mimpinya terlalu tinggi menjadi isterimu," Angelia kembali memeluk lengan Rocky, membuat Lisa yang melihatnya ingin sekali menerjangnya saat itu juga.
"Cukup Lisa, ini tempat umum. Malu dilihat banyak orang," tegur Rocky dengan suara pelan, karena hampir semua pengunjung restoran sedang melihat kearah mereka, apalagi kehadiran Angelia yang menjadi pusat perhatian sejak awal mereka datang kesana.
"Hari ini aku masih menjadi seorang malaikat yang baik hati. Rasanya kurang adil menghukum wanita yang belum tau status pernikahan kita Mas, tapi tidak untuk pelanggaran sengaja berikutnya," tekan Lisa dengan rahangnya yang gemeretak, membuat Rocky menelan salivanya dengan susah payah.
"Berikan dompetmu Mas," Lisa menjulurkan tangannya
"Jaga sikapmu, Lisa," Rocky menatap tajam isterinya, begitu pula halnya dengan Angelia.
"Cepat, atau aku akan berteriak," ancam Lisa, masih dengan suara rendahnya. Ia tahu benar, Rocky dan selingkuhannya itu pasti sama-sama menjaga image, apalagi Angelia yang adalah seorang publik figur.
"Ini!" Rocky memberikan dompetnya dengan terpaksa.
"Berdiri Mas."
"Apa lagi?" Rocky semakin gemas pada sikap sewenang-wenang isterinya.
Sementara Angelia hanya menjadi seorang penonton, tidak berani melakukan apa-apa, saat melihat Rocky tidak berkutik ditangan gadis belia yang mengaku isterinya itu.
"Cepatan Mas, atau aku akan ber--"
"Oke-oke," Rocky gegas berdiri sambil mengangkat kedua tangannya.
Dengan sigap, Lisa gegas memeriksa kantong kemeja dan jas suaminya lalu turun pada saku celana belakang, dan terakhir bagian depan.
"Awh!" pekik Rocky tertahan dengan bola matanya ikut mendelik, saat kedua ujung kuku isterinya itu dengan sengaja menjepit senjata laras panjangnya yang sedang bersembunyi didalam sana.
"Beres, tidak ada yang tertinggal," ucap Lisa tanpa dosa dengan senyum kemenangannya.
"Mba! Kemari!" Lisa melambaikan tangan pada salah seorang pramusaji restoran.
"Iya, saya Nona," pramusaji itu segera mendekat.
"Dua orang ini tidak bisa membayar makan siang mahal mereka. Berikan mereka tugas untuk mencuci piring dibelakang," sambil menunjuk pada Rocky dan Angelia yang melotot melihat kearahnya.
"T-tapi N-nona, s-saya bisa di-dipecat," takut sang pramusaji, ia mengenal siapa Rocky, begitu pula dengan Angelia yang adalah seorang aktris terkenal, dan keduanya adalah tamu istimewa restoran mereka.
"Jangan khawatir, saya sudah mendapat izin dari pemilik restoran ini. Saya jamin Mba tidak akan dipecat. Lakukan apa yang saya minta," ucap Lisa meyakinkan.
"B-baik N-nona," gugup sang pramusaji.
"M-mari ikutlah d-dengan saya Tuan, N-nona," ajak sang pramusaji kikuk, ia merasa sangat tidak nyaman dengan perintah yang diembankan padanya itu.
"Lisa, kamu kelewatan!" kesal Rocky, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Begitu pula dengan Angelia, wanita itu hanya bisa merutuk didalam hati, karena semua pengunjung sedang menatap bingung kearah mereka.
Ditempat pencucian piring yang menggunung, Lisa tersenyum puas melihat hasil jepretannya, lalu mengirimkannya lewat ponselnya pada sang Mami.
Bersambung...👉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Indah Dewi
2 iklan + 2 🌹🌹 untuk Lisa dan kakak author
2024-06-24
1
Indah Dewi
Sukur kena azab sia Rocky🤣🤣🤣
2024-06-24
1
Indah Dewi
Angel si cewek matre🙄🙄
2024-06-24
1