"Cantik? Heuh, cantik dari mana?" Rocky yang tak sengaja menguping menjauhkan telinganya dari pintu kamar Lisa, seakan alergi mendengar pujian sang Mami.
Ia baru saja dari taman belakang pasca acara makan malam, berusaha menyegarkan pemikiran kusutnya namun tak berhasil. Itu sebabnya ia berniat mendiskusikannya kembali dengan sang Mami.
"Mami pasti melihat perempuan itu dengan kacamata kuda bertatahkan mutiara air mata duyung," gumamnya mengatai ibunya dengan ujaran tak jelas, sambil menyandarkan pundak pada dinding disebelahnya.
Ceklek.
"Rocky?!" kaget Marta begitu pula Lisa dibelakangnya, kala melihat putranya itu menyandarkan pundaknya didinding, disebelah pintu kamar Lisa.
"Biasa aja kali Mam," Rocky menegakan tubuhnya dari sandaran, menatap ibunya dan melirik Lisa yang langsung bersembunyi dibelakang tubuh besar Marta.
"Ngapain disini? Nguping? Atau mau dipercepat nikahnya?" berondong Marta.
Rocky merotasi bola matanya malas mendengar kalimat terakhir ibunya.
"Mau ngomong serius sama kanjeng Mami, penting. Rocky tunggu dikamar Papi-Mami," setelah mengatakan itu, Rocky gegas meninggalkan ibunya tanpa menoleh pada Lisa.
"Mau ngomong apa lagi? Ini sudah larut malam Rocky, waktunya Mami-Papi tidur," tanya Marta, begitu dirinya tiba dikamarnya dan melihat putranya benar-benar tengah menunggunya dengan duduk disofa kamar mereka.
Perempuan itu melepas alat penjepit sanggulnya hingga rambutnya tergerai menutupi bahu lebarnya lalu naik ketempat tidur dan menyandarkan punggungnya pada headboard, duduk berdampingan dengan suaminya.
"Rocky tidak mau nikah sama perempuan berbiji mata besar itu Mam. Apa jadinya anak kami nanti? Bisa-bisa, biji mata anak kami beda sebelah. Kanan, sipit seperti mataku, dan sebelah kiri belo seperti perempuan itu. Haish! Mengerikan!" dengan raut serius sambil bergidik ngeri.
"Namanya Lisa, bukan perempuan berbiji mata besar, Rocky," koreksi Marta.
Sementara Gusman yang biasa berwajah dingin menahan senyum, laki-laki paruh baya itu ikut membayangkan kehaluan yang telah terlontar dari mulut tak beretika putranya.
"Terserah, siapapun namanya. Pokoknya Rocky tidak sudi nikah sama dia Mam. Dari sekian banyak calon isteri yang pernah Rocky kenalin ke Mami-Papi kenapa malah milih perempuan itu sih? Dikota ini tidak kekurangan perempuan cantik Mam dan seksi, banyak banget! Kenapa harus cari di pemukiman kumuh? Jadinya, dapet yang model begituan," cerocosnya panjang lebar.
"Sudah selesai ngomongnya?" Marta menatap putranya. Selama ini ia dan suaminya memang memberi kebebasan anaknya itu berpendapat dan menyuarakan segala apa yang ada dalam kepalanya. Tapi saat ini ia cukup terganggu dengan mulut putranya yang mengata-ngatai gadis pilihannya.
"Belum, sedikit lagi Mam," Rocky mengerucutkan bibirnya kesal, ucapannya panjang lebar hanya ditanggapi demikian saja oleh ibunya.
"Rocky sudah punya pilihan sendiri, Angelia," tegasnya, menyebut nama kekasih barunya, yang beberapa kali berkunjung kekantor dan telah diperkenalkan pada Marta dan Gusman.
"Angelia? Perempuan itu sama saja dengan kekasih-kekasihmu terdahulu Rocky, Mami tidak menginginkan salah satupun dari mereka menjadi menantu dirumah ini."
"Mami sudah putuskan, kamu hanya bisa menikah dengan Lisa. Bersiaplah, karena sebelum Lisa masuk kuliah pertengahan bulan ini, pernikahan kalian sudah harus terlaksana. Kalau tidak--"
"Kalau tidak, Mami akan mewariskan perusahaan dan harta benda milik keluarga kita pada pewaris tanpa nama itu, itukan yang Mami maksud? Mami selalu saja menjadikan itu sebagai ancaman!" serobot Rocky memotong ucapan Maminya dengan nada sedikit meninggi.
Ia benar-benar frustrasi menghadapi ibunya yang memang terkenal dengan keras kepalanya.
"Jangan meninggikan nada suaramu Rocky, Mami tidak suka!" Marta menatap tajam pada putra satu-satunya itu dengan nada suaranya yang membahana, serasa sofa yang diduduki Rocky bergetar bagai gempa bumi ringan.
"Itu bukan sekedar ancaman, Rocky. Mami serius, dan benar-benar akan melakukan apa yang Mami katakan!" Marta beringsut turun dari ranjang, lalu beranjak keluar tanpa mengatakan apapun lagi.
Sepeninggal Marta, Rocky mengacak rambutnya kasar, terlihat begitu frustrasi, lalu memandang kearah ayahnya yang sedari tadi tidak bersuara.
"Pap, bantu Rocky untuk membujuk Mami. Rocky tidak sudi menikahi perempuan itu," mohonnya memelas, mendekati sang ayah.
Gusman tidak langsung menjawab.
Pria dingin itu mendesah pelan, seakan sedang menghempaskan segala beban berat yang tersimpan dalam benaknya, berharap bisa ikut keluar dengan helaan nafasnya.
"Rocky, sebaiknya kamu ikuti saja keinginan Mamimu. Mamimu tidak mungkin memilih gadis sembarangan, karena dia sangat menyayangimu," Gusman menatap putranya yang duduk ditepi pembaringannya.
"Tapi Pap--"
Ucapan Rocky seketika terputus, saat tangan Gusman terangkat keudara, memberi isyarat agar putranya itu tidak buru-buru menyela.
"Papi adalah pria yang tidak punya apa-apa. Semua yang keluarga kita miliki saat ini adalah murni milik Mamimu yang diwariskan oleh mendiang kakekmu, ayah dari Mamimu," ungkapnya pelan.
"Tapi--, Papi dengan tidak tau dirinya telah mengkhianati Mamimu dimasa lalu, hingga memiliki seorang putra dari perempuan lain," akunya dengan raut penuh penyesalan.
"Pa-pi..." Pengakuan sang ayah sungguh mengejutkan pemuda itu. Ia benar-benar tidak menduga bila ayahnya yang sangat dingin, terlihat setia dan penyayang keluarga, mampu melakukan hal itu.
"Cukup Papi saja yang telah menyakiti dan mengecewakan Mamimu, kamu jangan Rocky. Mami pasti punya alasan kalau ia tidak menyetujui hubunganmu dengan pacar-pacarmu itu," lanjut Gusman.
"Kamu pasti kaget mendengarkan kebenaran ini. Papi sengaja mengatakannya padamu, karena kamu sudah dewasa Rocky," sambil menepuk-nepuk pelan punggung putranya, lalu beranjak pergi meninggalkan Rocky seorang diri yang masih ternganga dan terlihat syok.
...***...
"Dirly, hasil meeting hari ini harus sudah ada dimejaku setelah makan siang," Gusman menghampiri asisten pribadi Rocky, karena sekretaris Yuliana yang biasa melakukannya tidak masuk kerja karena sakit.
"Baik Pak."
"Oh ya, katakan pada bos-mu kalau sedang meeting, harus konsentrasi, jangan banyak melamun. Disini, sangat dituntut profesionalitas. Jangan membawa masalah pribadi kekantor, tinggalkan dirumah supaya tidak mengganggu pekerjaan," melirik sekilas pada Rocky yang berpura-pura tidak mendengar perkataannya.
"Baik pak," sahut Dirly lagi dengan rasa hormatnya. Gusman beranjak pergi dengan raut dingin seperti biasa.
Pemuda blasteran itu sudah terbiasa dengan sikap dingin sang pimpinan, jadi hal itu tidak mengganggunya sama sekali. Ia melirik Rocky yang masih mematung disebelahnya.
"Apa perjodohan semalam yang membuatmu tidak bersemangat mengikuti meeting hari ini?" duga Dirly, sambil membereskan berkas-berkas dihadapannya.
"Itu salah satunya," gumam Rocky lesu, sambil menghela nafas.
"Berarti ada yang lain?" tanyanya lagi, tanpa berniat kepo. Sekedar bertanya saja.
"Papi punya anak laki-laki lagi selain aku."
"What? Bagaimana mungkin?" Dirly terkaget.
Berkas ditangannya terjatuh diatas meja. Begitu tersadar, pemuda berkulit putih terawat itu lalu cepat-cepat mengambilnya kembali untuk merapikannya. Kali ini dirinya yang biasa bersikap acuh dan tak berniat kepo bak emak-emak gosip yang haus akan informasi.
"Kaget?" Rocky melirik Dirly, dan disambut anggukan rusuh oleh asistennya itu sambil memunguti berkas-berkas yang terhambur dihadapannya.
"Apa lagi aku. Jadi kamu ngertikan kenapa hari ini aku tidak bisa konsentrasi mengikuti meeting?"
Dirly kembali mengangguk faham.
"Itu artinya Om berselingkuh dengan seorang perempuan?" tanya Dirly polos, mendadak jadi stupid.
Rocky mendelik, merasa kesal pada pertanyaan bodoh sahabat sekaligus asistennya itu.
"Kalau bukan perempuan, memang anak laki-laki Papi mau lahir lewat mana?" gemas Rocky, membuat Dirly menggaruk tengkuknya asal sembari nyengir kuda karena salah berucap, lain dimulut lain dihati.
"Maksudku, siapa dan dimana anak laki-laki itu? Mungkin saja kita mengenalnya, " ralat Dirly kemudian, masih penasaran.
"Papi tidak mengatakannya. Kamu tau kan bagaimana Papi? Sudah dingin, irit bicara lagi," sambil berdiri dari duduknya.
"Ayo, makan siang dulu. Laper," ajak Rocky sambil berjalan menuju pintu keluar menenteng laptopnya.
Bersambung...👉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
👁Zigur👁
asik..menyentuh. jenaka. bunga buat lisa
2024-07-17
1
👁Zigur👁
ya ga mungkij juga lewat kuping😁
2024-07-17
1
👁Zigur👁
ouhh jd masih remaja bgt ya lisa.
2024-07-17
1