Bertemu Casanova

Maira duduk di sofa yang mereka duduki tadi dan menatap layar TV. Ia duduk dengan dua orang pria di ruangan gelap, di atas sofa yang empuk, tetapi ia tidak memiliki maksud apa-apa. Meskipun bekas jerawat masih belum hilang dari wajah mereka dan tampak aroma malu-malu dari kedua bocah itu, mereka tampak menggemaskan sampai-sampai Maira ingin memukul bokong mereka.

"Judulnya apa?"

Entah karena mereka sangat serius menyaksikan filmnya, mereka sama sekali tidak menggubris pertanyaannya. Tanpa bisa berkata apa-apa, Maira pun memutuskan untuk turut fokus melihat film. Ia bersyukur karena tadinya bingung dengan bagaimana cara mengisi tiga jam waktu kosong itu.

Namun, tak lama ia duduk, salah satu dari mereka perlahan bangkit berdiri. Begitu ia melihat ke arahnya, sambil tersenyum anak itu berkata, "Sebentar lagi aku ada kelas ...."

Lalu, tak lama kemudian anak yang satunya lagi juga mengambil tasnya dan berjalan dengan kikuk.

"Kau juga ada kelas?"

Anak itu mengangguk dengan raut wajah sedikit tidak nyaman.

"Hati-hati ya."

Maira kembali menyaksikan film itu setelah mendengar bunyi suara pintu pertanda dia keluar. Dua gadis seperti kakak beradik tampak sedang berbincang-bincang di dalam film itu. Ia sedikit merasa terganggu karena mereka berbicara dalam bahasa Prancis. Ditambah lagi, suasana hening dalam film itu membuatnya sedikit terkantuk-kantuk. Sepertinya Maira hanya terbiasa dengan film Hollywood saja.

Ketika Maira berpikiran seperti itu, scene-nya berganti dan pacar sang kakak datang ke dalam kamar tidur tempat kedua kakak beradik itu tidur. Mereka berdua mulai bercumbu meskipun adik perempuannya sedang tidur di sebelahnya. Begitu melihat tubuh telanjang anak perempuan yang tampak belum dewasa sepenuhnya itu, entah kenapa aku merasa kalau laki-laki ini adalah seorang om- om mesum. Hingga akhirnya, tak sehelai benang pun menutupi tubuh mereka.

Ketika itulah, akhirnya Maira sadar kalau film berjudul Bad Girl ini adalah film yang sempat menuai kritik dan menjadi isu hangat di dunia. Namun, meskipun film ini adalah film dewasa yang tidak layak ditonton oleh kaum remaja, tingkat keberhasilan film ini cukup besar di luar sana sehingga tidak ada alasan bagi Asia untuk tidak memutar film ini. Namun, entah kenapa Maira merasa kalau keberadaannya menonton film ini di siang bolong seperti ini dan dengan usia yang seperti ini tidak wajar.

Mereka mungkin akan menganggapnya menggemaskan jika ia masih berusia 20 tahun. Namun di tengah-tengah kerumunan orang yang bahkan senior sekalipun lebih muda daripadanya seperti di sini, mereka pasti akan menganggap Maira seorang maniak jika melihatnya seperti ini.

Di dalam scene, kedua orang itu terdengar melenguh kecil. Bersamaan dengan suara lenguhan itu, tubuh putih si gadis tampak bergetar. Situasi ini benar-benar sangat memalukan. Ia langsung mencari remote control karena khawatir kalau-kalau ada orang yang masuk. Namun, ia tak bisa menemukan alat itu.

Entah apanya yang rusak, ketika kedua orang itu saling berpelukan dalam keadaan bugil, layar TV-nya mendadak berkedip- kedip dan gambarnya diam tak bergerak. Gambar yang muncul di televisi itu benar-benar membuatku kebingungan di tengah ruangan gelap seperti ini. Layar itu jauh lebih membebaninya berkali-kali lipat dibandingkan dua tubuh bugil itu.

Tak ada pilihan lain selain mematikan video itu. Namun entah mengapa, bahkan pemutar videonya pun tidak mau mati. Maira mendadak kebingungan. Apa pun yang terjadi, ia harus bisa mematikannya sebelum ada orang yang datang kemari. Namun entah kenapa, ia merasa kalau hal ini tidak akan berhasil. Satu- satunya pilihan hanyalah mencabut colokan kabel listrik TV karena tombol yang ada di TV itu sudah rusak semuanya dan remote control-nya tidak bisa ditemukan. Sialnya, lubang colokan listrik berada tepat di belakang TV berukuran besar ini.

Ah, hari ini benar-benar hari sial. Maira pun memeluk TV berukuran besar itu dan mendorongnya ke pinggir dengan susah payah. Mungkin karena faktor situasinya juga, keringat dingin mengaliri wajah dan telapak tangannya karena menggunakan tenaga ekstra untuk mendorong TV itu.

"Siang bolong begini, suara lenguhan apa itu?"

Maira yang kaget mendengar suara yang muncul tiba-tiba itu langsung membalikkan kepala. Cahaya terang masuk dari luar pintu klub yang terbuka. Seorang pria tampak berdiri dengan latar cahaya itu. Maira menutupi mata dengan telapak tangan karena melihat cahaya terang yang masuk tiba-tiba.

Namun tunggu dulu, perhatikan posisinya saat ini. Pertama, ada scene erotis yang masih muncul di layar TV, dan ia masih berusaha susah payah memeluk TV itu untuk memindahkannya di dalam ruangan yang gelap seperti ini. Pria itu pun menanyakan dari mana datangnya suara lenguhan itu.

Lebih sialnya lagi, orang itu adalah ... si pejantan bernama Rangga yang membuatnya kebingungan menjawab pertanyaannya soal posisi 69 kemarin. Rangga mendekatinya dengan santai. Melihat tidak ada yang menghalanginya untuk datang menghampiri, Maira yang terlanjur ketakutan hanya bisa bergeser ke samping menjauhinya. Ia sungguh-sungguh berharap agar orang ini tidak ingat padanya. Bukankah Maira pasti akan dianggap seorang mesum mengingat waktu itu membahas posisi 69, ditambah lagi situasi saat ini?

Tenang, dia pasti tidak mengingatnya. Lagi pula, wajahnya bukanlah wajah yang gampang diingat, dan meskipun layar TV-nya bercahaya, ruangan ini masih cukup gelap karena ruangan ini ditutupi oleh gorden yang tebal. Mana mungkin dia bisa mengenali wajahnya di tempat segelap ini dengan mudah kan?

"Ada masalah apa ya?" Maira mengalihkan wajahnya ke arah berlawanan secara sengaja, dan karena masih takut kalau-kalau dia mengenalinya, Maira pun menutupi wajah dengan menguraikan rambut ke satu sisi dan menggigit ujung rambutnya. Begitu melihat Maira bertingkah seperti itu, lelaki itu pun tertawa lagi persis seperti yang dilakukannya ketika di bus waktu lalu. Bunyi aneh yang tadi terdengar dari sebelah TV itu pun akhirnya berhenti. Ketika itulah, dua sosok telanjang itu akhirnya menghilang dari pandangannya.

Ternyata, mereka memutar film ini dengan komputer dan bukan dengan pemutar video tadi. Akhirnya Maira bisa bernapas lega.

"Apa film seperti ini membuatmu bergairah?"

Apa katanya? Maira menatapnya dengan ekspresi kesal dan dia berjalan dengan santai menuju sofa lalu duduk sambil membuka kaleng minuman yang dibawanya tadi. Seolah bermaksud menyerang lagi, ia mengucapkan satu kalimat lagi sambil minum.

"Posisi enam sembilan tidak muncul dalam film Bad Girl ini lho."

Si ... sialan! Enam ... Enam sembilan .... Sejak saat itu, jika mendengar seseorang mengucapkan angka 69, Maira langsung mendadak emosi!

Sebenarnya dia punya mata burung hantu ya?! Kalau tidak, bagaimana mungkin dia bisa langsung mengenali Maira hanya dengan melihat sekilas saja di dalam kegelapan seperti ini? Ingin rasanya ia menggali lubang dan bersembunyi di dalamnya hanya karena emosi mendengar ucapan orang ini. Namun, Maira malah berteriak padanya, "Ke ... kenapa kau bicara seperti itu! Lagi pula, kenapa kau masuk ke klub orang lain seenaknya seperti ini?"

"Klub orang lain?"

Dia lantas bangkit berdiri dari kursinya dan mereka saling berhadap-hadapan. Setelah dilihat begini, ternyata dia sangat tinggi. Melihat Maira yang bertinggi badan kurang dari 160 cm ini masih berada di bawah dagunya, apa mungkin tingginya mencapai 183 cm? la juga tampak langsing dan sangat pas jika dipeluk Bukan hanya pria yang mencari wanita yang nyaman untuk dipeluk. Wanita mana yang mampu menolak pelukan dari dada bidang seorang pria?

Ah ... bisa-bisanya Maira yang berpikiran seperti ini di tengah situasi sekarang.

Namun, aroma tubuhnya yang wangi benar-benar membuat jantung Maira berdebar kencang. Aroma parfumkah? Atau, aroma tubuhnya? Aroma yang tidak biasa ini seolah memikatnya.

Imajinasi akan dirinya yang hanya terjadi di dalam benak Maira tiba-tiba terhenti pada mimpi yang berciuman dengannya. Dia menarik pinggangnya kencang dengan kedua tangan lalu mencium, atau menciumnya begitu saja tanpa aba-aba dengan mendorong ke dinding menggunakan kedua tangannya ....

Tu ... tunggu dulu! Kalau memang akan terjadi seperti itu, tadi siang Maira makan apa ya? Ia mendadak teringat kalau tadi siang memakan kimchi daun bawang dengan lahap. Sungguh sayang, kalau begitu ciumannya lain waktu saja ....

Di tengah kekalutan akan imajinasi yang tak berguna, entah apakah karena ia menggunakan pasta gigi pemutih, gigi putihnya tersenyum dan tampak bersinar meskipun di tengah kegelapan seperti ini. Lalu, ia melewati Maira dengan santai dan 'sreeeeeekkkk....' gorden yang menggantung di jendela pun terbuka. Sisi timur yang tadinya gelap gulita menjadi terang begitu sinar matahari memasuki ruangan.

Dia yang berdiri bersandar di jendela dengan terpaan sinar matahari dari punggungnya, tersenyum menggoda dan berkata pada Maira, "Sepertinya aku sudah jatuh hati pada gadis yang berbicara lantang tentang posisi enam sembilan ini."

Maira merasa malu hingga wajahnya memanas dan memerah seketika. Ia benar-benar ingin berlari meninggalkannya. Meskipun ia penakut, Maira bukan tipe orang yang mudah mengalah begitu saja untuk mempertahankan harga dirinya. Jika sudah seperti ini, ia yang penakut akan menjadi jauh lebih kuat dibandingkan siapa pun.

Karena itulah, Maira menghadapi rayuannya dengan lantang, "Dengar ya, sebelum aku melemparmu keluar, sebaiknya cepat tinggalkan tempat ini!"

Setelah berkata begitu, baru Maira memikirkan apakah kalimat layak digunakan di situasi seperti ini. Namun begitu melihat raut wajahnya yang kebingungan seperti itu, Maira merasa menang dan merasa kalau tindakannya tadi benar.

Nah, apa dia mau keluar baik-baik sekarang? Meskipun sangat disayangkan mengusir seorang pejantan yang menarik seperti dia, tetapi Maira tidak ingin melihatnya lagi karena dia hanya bisa dilihat dengan harapan tinggi tetapi tidak bisa dimiliki. Sebelum berubah pikiran dan benar-benar melemparnya keluar, lekaslah pergi dari tempat ini.

"Se ... senior?"

Maira mendengar suara Alisa dari belakang. Seketika itu juga, setetes keringat mengalir dari atas keningnya. Tunggu dulu, apa jangan-jangan dia ini orang yang belakangan ini disebut-disebut namanya? Namun lebih dari itu, ia memanggilnya "senior"? Sudah jelas, panggilan itu tidak ditujukan padanya. Jangan-jangan orang ini?

"Ada urusan apa sampai kau naik ke mari?"

Itu adalah suara Boy.

Tidak mungkin! Sebenarnya yang berdiri di belakangnya ada berapa orang sih? Maira takut untuk memalingkan kepala ke belakang.

"Yah, kebetulan aku lagi libur dan tidak ada tujuan lain, sekalian mengecek bagaimana kabar kalian saja."

Dia beranjak dari jendela dan berjalan melewati Maira menghampiri entah berapa orang yang ada di belakangnya. Kalau sudah begini, tidak mungkin Maira hanya bengong melihat ke arah luar jendela dan tidak memalingkan kepala ke belakang. Ah, kenapa hari ini benar-benar berat ya?

Maira berjalan mendekati jendela secara perlahan, seolah memang sedang menatap langit sedari tadi. Namun, Boy menepuk pundaknya.

"Anak ini mahasiswa baru angkatan sebelas."

Untung saja Boy memutar badan sehingga Maira tidak merasa malu. Begitu berbalik, tampaklah Alisa dan Cika serta dua kakak tingkat lainnya berdiri di sana. Maira menyembunyikan wajahnya seolah berkata kalau ia salah karena telah mengucapkan kata-kata barusan.

"Namanya Maira dari fakultas ilmu bahasa. Dia sangat cocok untuk menjadi penerusmu. Dia ini anak yang mengasyikkan."

"Senior, perkenalkan saya juga."

Cika mendadak memotong perkataan Boy. Sekarang Maira pun berusaha mencerna situasi ini. Kalau begitu, orang itu pasti seorang senior dari klub ini. Kalau dari ucapan Boy yang berkata Maira adalah penerus yang sesuai dengannya, apa jangan-jangan si Rangga ini memiliki yang dipanggil dengan sebutan Casanova?

"Casanova?"

Begitu Maira menyebut nama itu, Rangga langsung menoleh ke arahnya. Meskipun ia langsung mengalihkan pandangan, entah mengapa Maira merasa bagai berhubungan dengannya. Pantas saja laju feromonnya menjadi tidak seperti biasanya jika berhadapan dengan lelaki itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!