TME 10

...Sebelum baca jangan lupa bismillah dan shalawat dulu 🤗...

...بسم الله الر حمن الر حيم...

...Allahumma soli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad....

...اللهم صلي عل سيدن محمد و عل ال سيدن محمد...

... 🍒Selamat membaca semua🍒...

"Selamat siang ibu Kamila ada yang ingin bertemu dengan anda."

Polisi penjaga membukan sel agar Kamila dapat keluar. "Siapa pak?"

Segera posisi mengajak Kamila agar bertemu dengan tamunya tanpa menjawab pertanya Kamila. Wanita paruh baya itu keadaan cukup memprihatinkan tidak ada lagi paras cantik di wajahnya yang ada hanya wajah kusut tak terurus.

"Tuan silakan bicara."

Orang itu berkali ketika Kamila sudah berada disana. 3 tahun lamanya akhirnya Erlang mau menemui sang ibu tapi tidak tahu apakah dia akan bertemu dengan ayah juga atau tidak.

"Erlang," ucap Kamila tidak percaya.

Wanita paruh baya itu ingin memeluk Erlang, dia sangat merindukan putranya sejak kejadian itu mereka tidak pernah bertemu lagi hingga hari ini Erlang berinisiatif sendiri untuk bertemu Kamila.

Ketika Kamila hendak memeluk Erlang laki-laki itu segera menghindar tidak ada tatapan iba Erlang tunjukkan untuk Kamila melihat keadaaan Kamila tidak bisa dibilang baik-baik saja.

Mendapatkan penolakan dari Erlang membuat hati Kamila terasa begitu sakit sang anak tidak ingin memeluknya padahal mereka sudah lama berpisah.

"Erlang, kamu tidak ingin memeluk ibu, sayang. Ibu merindukanmu, Erlang."

Erlang masih tak bergeming dia hanya menatap Kamila sejenak lalu duduk di kursi yang telah tersedia.

"Tidak!"

Deg...

Semakin sakit hati Kamila mendengar perkataan tegas putranya seakan tidak ingin disentuh oleh ibu sendiri layaknya ibu dan anak saling menyayangi pada umunya.

Kamila tidak tahu jika hati putranya telah mati, keadaan Erlang yang seperti ini bahkan ulah mereka sendiri tanpa disadari Kamila dan Prayuda dulu. Mental Erlang benar-benar tergoncang bahkan dia tidak ingin bicara dengan banyak orang. Kamila juga tidak tahu jika selama ini Erlang selalu menyiksa diri sendiri karena sudah separah itu sakit dialami oleh Erlang.

Mentalnya dihancurkan orang tua sendiri semakin hancur ketika diluar semua orang selalu menghina dan mengejeknya setelah keluarga mereka jatuh miskin. Bukan Erlang tidak dapat membalas hanya saja dia tidak pintar bermain kata-kata Erlang akan langsung menyerang fisik tanpa pikir panjang.

Delapan bulan lalu bahkan dia hampir membunuh orang karena terus diejek dan diperlakukan buruk. Kadang Erlang terkenal sebagai seorang monster pula jika bertemu dengan orang yang pernah melihat seperti apa gilanya Erlang.

Masih di tempat yang sama Erlang menatap sang ibu dengan tatapan tidak bisa diartikan oleh siapapun.

"Saya kesini hanya ingin memberi tahu anda nyonya Kamila, jika saya orang yang telah membongkar semua kebusukan anda dan suami anda."

Air mata seketika menetes membasahi pipi Kamila mendengar Erlang tidak mau memanggilnya dengan sebutan ibu.

"Erlang ini ibu nak, kamu kenapa memanggil ibu seperti itu. Ibu mohon Erlang panggil ibu jangan seperti ini, Nak. Ibu tidak peduli siapa yang membongkar kejahatan ibu selama ini, ibu hanya ingin kamu memeluk ibu, Erlang."

"Anda lupa nyonya Kamila seperti apa dulu memperlakukan saya. Jangankan pelukan hangat kata-kata hangat di telinga saya tidak pernah terdengar!" suara Erlang semakin dingin.

"Saya hanya ingin mengatakan itu saja!" Erlang berdiri dari duduknya setelah itu beranjak pergi dari hadapan Kamila.

"Erlang tunggu, Nak. Ibu hanya ingin memelukmu, Erlang. Ibu mohon jangan pergi dulu, ibu sudah mendapatkan balasan atas perbuatan ibu sendiri," teriak Kamila terus berusaha memanggil nama Erlang.

Teriakan Kamila tidak Erlang pedulikan sama sekali, bohong jika Erlang tidak merindukan sang ibu hati kecilnya masih bisa jujur tapi logika dan perasaan sakit selama ini Erlang alami menepis apa yang terdapat di hati kecil laki-laki itu.

"Mari ikut saya ibu Kamila!" seorang posisi terpaksa memaksa Kamila karena terus memberontak.

"Saya hanya ingin putra saya!"

"Mohon maaf bu saya memang tidak tahu apa yang terjadi dengan keluarga anda. Tapi melihat tatapan putra anda tadi ada kecewa besar dari sorot matanya. Marah, benci, kecewa bahkan sakit hati terkumpul menajadi satu mungkin itu sebabnya dia tidak ingin memeluk ibu dan bicara berlama-lama. Jadi saya mohon tolong kerja samanya."

Kamila terdiam mendengar perkataan pak polisi seketika bayang-bayang bagaimana perlakuan buruk terhadap putranya terlintas di kepala Kamila. Bagaimana dia menyiksa Erlang tanpa ampun hanya karena Erlang melakukan kesalahan kecil. Bagaimana dulu sang suami menyiksa Erlang ada Kamila disana tapi dia tidak pernah membantu Erlang. Justru kadang jika kesal mendengar teriakan kesakitan Erlang, Kamila ikut menyiksa agar Erlang diam.

"Sejahat itu? Aku memang bukan seorang ibu yang baik. Aku menciptakan neraka untuk putraku sendiri."

Banjir air mata semakin deras, bayangan-bayangan betapa mengerikan dirinya dulu ketika menyiksa Erlang terus berseliweran di kepala Kamila.

"Ibu memang pantas dibenci, Nak."

Sekarang Kamila hanya bisa merapati diri sendiri setelah mengingat seberapa jahat dirinya pada Erlang.

Disisi lain setelah menemui ibunya di kantor posisi Erlang menuju kampusnya dulu tempat menimba ilmu disana.

Sampai di Universitas A, Erlang segera menemui rektor kampus tersebut.

Tok...

"Masuk," suruh orang di dalam.

Kala masuk ternyata Ari sang rektor Universitas A tidak sendiri ada dua orang mahasiswi disana sedang bicara serius.

"Erlang, akhirnya kamu datang juga duduk dulu Er tunggu sebentar saya mengurus mahasiswi dulu," ucap Ari terlihat senang melihat Erlang datang menemuinya. Sedangkan Erlang mengangguk setuju dia tidak keberatan untuk menunggu.

"Kalau begitu saya permisi pak urusan disini sudah selesai mungkin satu bulan saya akan mengajukan libur."

"Dimengerti Arsyi, lalu kamu, Farida apa tidak ingin lanjut S2?"

Farida hanya tersenyum canggung, dia sudah betah dengan pekerjaan sekarang jadi seakan malas untuk melanjutkan study.

"Belum dipikirkan lagi pak nanti kalau udah ada niat baru deh," jawab Farida.

"Kami permisi pak assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam," jawab Ari tersenyum ramah.

Arsyi dan Farida berbalik tapi tatapan Erlang jatuh pada sapu tangan yang Arsyi gunakan untuk menutup hidungnya karena sudah 2 hari ini Arsyi sedang pilek.

Sapu tangan itu, kenapa mirip sekali dengan yang aku simpan.

Dulu walaupun Arsyi dan Farida pernah makan satu meja dengan Erlang dan Hasbi di cafe tapi mereka tidak saling mengenal, waktu itu tidak ada pembahasan apapun diantara mereka hanya sekedar makan. Arsyi dan Erlang menjadi pendengar Farida dan Hasbi saja.

Keluar dari ruang rektor Farida menatap sahabatnya. "Arsyi itu kak Erlang yang dulu populer banget di kampus kita."

"Terus?"

"Cuman ngasih tau aja weh, kamu emangnya kalau masalah cowok bener-benar nggak peduli samsek." Arsyi mengendikan bahu acuh masa bodo amat dia.

Tahu Arsyi tidak ingin membahas tentang Erlang, Farida segera ganti topik. "Arsyi, aku udah dapat apartemen tapi deket kantor."

"Bener jadi pindah?"

Terpopuler

Comments

Yani

Yani

Itulah buah hasilmu sendiri bu Kamila !

2024-03-02

0

Sukhana Ana Lestari

Sukhana Ana Lestari

Vote mendarat thor... 😘😘😘💪💪💪

2024-02-21

1

Sukhana Ana Lestari

Sukhana Ana Lestari

Naaah itu sadar udah menciptakan neraka untuk anak kandung sendiri.. logika seorang ibu biasa melindungi anaknya ini malah sebaliknya..

2024-02-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!