Kenzo sudah berada di rumah utama, ia. duduk di depan opanya dan juga Omanya.
"Ada apa opa menyuruh aku datang kesini!" Tampa basa-basi Kenzo berkata.
"Dasar cucu tidak tau diri, apa begitu caramu datang bertamu kerumah orang tua renta ini" tatapan sengit opa Lana.
"Ya kalana di ningrat adalah opanya Kenzo,"
"Mas, Jangan begitu, "tegur istrinya Liana.
"Ya opa ini, cucunya datang malah marah-marah!" Kenzo membela diri.
Opa lana hanya diam membisu, karena tatapan tajam istrinya.
"Makan, kamu belum makan kan."
"Belum dong opa, kan setiap kesini aku gak makan dulu, biar ada yang masakin."
"Dasar kere."
"Jangan salah opa, kere begini bisa bikin perusahaan." Kenzo menyombongkan diri.
"Sombong,"
"Hahahaha.. Bercanda opa, Oma, apa tua bangka ini lupa Oma kasih jatah."
"Dasar cucu sialan, "opa Lana melempar sendoknya.
"Oma, liat kelakuan opa."
"Kenapa kalian kalo ketemu selalu ribut, apa gak capek, Kamu Kenzo makan!" tegur Oma Liana.
"Baik Oma " dengan patuh Kenzo makan dengan lahap, masakan Omanya tidak ada duanya.
"Dasar rakus, kayak gelandangan gak pernah makan kamu!" opa Lana mencibir.
Kenzo mendelik saat opa Lana berkata.
"Biar gelandangan begini, masih ganteng opa!" Kenzo membalas ucapan opanya.
Dan Oma Liana hanya geleng-geleng kepala
setelah makan mereka duduk diruang tengah, opa lana ingin membicarakan tentang perjodohan yang di ajukan teman seangkatannya...
"Ada apa opa, ada yang ingin opa bicarakan"
tanya Kenzo memecah keheningan
"Ada, opa berencana untuk menjodohkan mu dengan anak teman opa."
"Apa menjodohkan," wajah Kenzo terkejut.
"Ya dan aku harap kamu bisa menerimanya." dengan santainya opa Lana mengutarakan keinginannya.
"Opa, aku masih bisa cari sendiri orang yang ingin aku nikahi, gak perlu ada perjodohan emang jaman Siti Nurbaya." kenzo menolak tegas..
"Sampai kapan kamu mau mencari wanita, dari dulu hingga sekarang opa lihat kamu masih sendiri, opa hanya ingin segera menimang cicit, itu saja sebelum ajal menjemput." opa lana dengan memandang Kenzo serius.
"Tapi opa, aku masih ingin sendiri, aku ingin mengembangkan usahaku, sampai di manca negara,"
"Sampai kapan, umurmu tidak muda lagi."
"Baru 28 opa,aku akan menikmati masa-masa sendiri ku sebelum aku mempunyai istri."
"Dasar anak sekarang sukanya bersenang-senang. Tampa memikirkan keluarganya, bantu.aku kekamar istriku, bicara dengan bocah tengil ini tensiku menjadi tinggi." opa Lana berjalan dengan mengunakan tongkat dan di papah oleh Oma Liana.
Kenzo hanya melongo melihat kelakuan opanya
"Maaf opa, sebenarnya aku sudah menikah, tapi maaf aku sudah menceraikannya. kenapa aku harus terjebak dengan Alina, entah kenapa bayang bayang Alina selalu menghantuiku. " batin Kenzo.
Kenzo masih menyandarkan punggungnya di ruang keluarga, Tiba-tiba oma Liana datang dan duduk di samping cucunya.
"Ada apa. Kenzo kelihatan kamu banyak pikiran." Oma Liana melihat cucunya yang bersender.
"Tidak ada Oma hanya penat saja. Kenapa Oma kesini. nanti opa merajuk Lo." goda Kenzo.
"Opamu sudah tidur, jika dia kenyang akan seperti itu. " jawab Oma Liana yang sudah tau tabiat suaminya.
"Oma, Ken boleh curhat gak!,"
"Curhat apa nak. Ceritakan kepada Oma,"
"Jika suatu saat Ken membuat kesalahan apa Oma dan opa akan memaafkan Ken."
"Tergantung apa dulu kesalahanmu."
" Bukan apa-apa Oma, hanya ber khayal saja jika suatu saat kenzo membuat kesalahan,"
Kenzo masih takut untuk berbicara tentang apa yang ia alami, ia takut opanya akan membencinya suatu saat nanti.
"
"Kelihatan kamu banyak pikiran nak.
"Biasa Oma tentang pekerjaan saja, Oma gak tidur."
"Gak bisa tidur jam segini, kamu menginap disini ya, Oma sendirian."
"Baiklah Oma,"
"Dengan begini aku akan menghilangkan kegalauanku, kenapa wajah Alina selalu terbayang di pelupuk mata ini, apa aku sudah gila hingga bayang Alina tak mau hilang dari pandangan!" batin Kenzo yang masuk kedalam kamar.
sedangakan di lapas Alina hanya berdiam diri setelah belajar mengaji tadi dan mengikuti kegiatan di dalam lapas.
"Apa yang malu pikirkan Alina, jangan sering melamun, ibu hamil gak baik banyak melamun!" tegur Mira.
"Maaf mbak hanya saja aku keinget ibu panti, apa kabarnya ya mbak." tanya Alina sambil memandang kearah depan.
"Jika kamu kangen, doakan saja yang baik-baik agar mereka selalu sehat dan ingat akan kamu."
"Saudari alina, ada yang ingin bertemu denganmu. " ucap salah satu petugas yang menghampiri Alina.
Alina saling pandang dengan Mira,
"Siapa ya mbak, yang mau bertemu denganku."
"Entahlah all, semoga saja keluargamu."
"Mana mungkin mbak"
"Siapa tau aja, kamu samperin gih,"
"Baik mbak. " Alina bangkit dan mengikuti petugas tadi.
Saat berjalan Alina hanya memadang arah lurus kedalam sambil berpikir siapa yang berkunjung, hanya sebagian saja yang tau ia ditahan.
Tap
Tap
Langkah Alina begitu berat saat orang di depannya tersenyum ramah.
Alina duduk berhadapan, dan hanya memainkan jemari tanganya.
"Apa kabar,"
"Baik,"
"Selamat Alina sekarang Lo tau kan rasanya di penjara, Menyenangkan begitu." senyum menyeringai dari wanita di depannya.
"Dari mana kamu tau aku masuk penjara" tanya Alina.
"Gak perlu tau, gue hanya akan merayakan kebahagian gue karena Lo sudah mendekam di penjara."
"Maksutnya apa, apa kamu tau semua tentang peristiwa itu." selidik Alina"
"Ya gue tau, dan sangat tau,"
"Apa yang kamu inginkan Vira." Alina kembali bertanya"
Ya yang menjenguk Alina adalah Vira teman baiknya.
"Hanya ingin Lo mendekam di penjara seumur hidup Lo, karena gue muak liat wajah Lo!" dengan nada kebencian.
"Maksut kamu apa, bukanya kita sahabat."
"Siapa yang mau bersahabat dengan anak seorang pelakor, " dengan nada penekanan.
"Maksut kamu pelakor apa Vira, gue gak ngerti, " Alina masih bingung dengan ucapan Vira.
"Mama kamu pelakor alias perebut laki orang, paham kan sekarang."
"Jadi pak Bram itu adalah papa kamu."
"Ya dan mama kamu berhasil hancurkan kebahagiaan aku, apa kamu puas, anak pelakor. " dengan terus mengejek.
"Gak mungkin mama kayak gitu, mereka menikah karna sama-sama saling jatuh cinta!" Alina masih membela wanita yang sudah melahirkannya.
"Saling jatuh cinta, persetan dengan cinta, asal kamu tau ya, mama kamu rebut papa aku dan membuat mama aku depresi dan sekarang mama ada di rumah sakit jiwa, karena ulah mamamu."
Deg
Jantung Alina seakan mau copot kebenaran tentang orang tuanya.
"Gak, Gak mungkin mama kayak gitu."
"Terserah kamu Alina mengelak lah, jika kebenaran sudah di depan mata, berlahan aku akan menghancurkan mamamu yang tak tau diri itu, Tunggu tanggal mainnya saja."
"Tolong jangan sakiti mamaku,, aku mohon." Alina memohon kepada Vira, agar cukup dia aja yang menderita, jangan libatkan anak lainya
"Hahahaha, kamu berbicara seperti itu, Tak akan menyurutkan niatku,, nyawa dibalas nyawa, dan kamu tak akan bisa menghalanginya," dengan senyum menyeringai.
"Aku mohon Vira, jangan lakukan itu."
Vira menjauh dari hadapan alina dan berkata.
"Terlambat, pikirkan jika ingin mengambil hak milik orang lain, jangan karena ambisimu semua apa yang kamu mau akan terwujud, tapi lihatnya mereka yang tersakiti karena ambisimu."
Nyes
ucapan Vira menusuk ke dasar hatinya, ia tak menyangka sahabatnya yang ia sayangi begitu terluka karena orang tuanya.
"Apa salahku kepadamu ma, hingga aku yang kau sakiti berulang kali." tubuh Alina luruh dengan tangisan yang begitu memilukan!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments