Hulmun

Hulmun

Episode 1

...Hai selamat datang di Novel baru saya, Happy reading ya jangan lupa dirate bintang 5 ok! dan jangan lupa follow juga akunku, Ow ya bagi yang belum baca novel saya dengan judul “Quality Love” jangan lupa mampir ya!...

*Icon Timur Tengah

11 Tahun sebelumnya....

Seorang Findya Kecil yang mengenakan seragam SMP saat ini tengah duduk rapih di dalam kelas mengikuti mata pelajaran Bahasa Indonesia yang tengah berlangsung, kala itu seluruh Siswa di minta untuk menuliskan mimpi terbesar mereka dalam 5 menit pada selebaran kertas yang ada di halaman paling belakang buku tulis mereka masing-masing.

Dengan waktu yang tak banyak semua siswa langsung menunduk dan menuliskan cita-cita yang ada di kepala mereka, setelah selesai pak Andi selaku guru Bahasa Indonesia tersebut berjalan lalu menghampiri dari meja ke meja setiap siswa lalu membaca serta menanyakan alasan dari tulisan mereka.

"Cita-cita mau jadi Polisi, kenapa Iksan mau jadi Polisi?"

"Biar bisa membasmi kejahatan pak!" Ikshan menjawab dengan tegas.

"Bagus..bagus..." ia lalu berjalan lagi ke meja sebelah, masih dengan hal yang sama, ia membuka catatan siswa lalu membaca serta menanyakan alasan mereka.

"Wulan kenapa mau jadi Dokter?"

"Biar bisa merawat orang sakit pak"

"Saya mau jadi Pilot biar bisa keliling dunia pak!"

"Saya mau jadi guru karena guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa"

"Saya mau jadi Arsitek biar bisa merancang gedung-gedung tinggi pak"

Terdengar beberapa siswa yang juga memberikan alasan dari tulisannya.

Sejauh ini tulisan para siswa yang dibacanya, masih normal-normal saja, hingga pak Andi mulai berjalan ke meja Findya, ia lalu meminta Findya untuk menunjukkan tulisannya, setelah melihat tulisan Findya ia lantas tertawa sedikit membahak di hadapan Findya.

"Findya nulis apa ini? Kok nulisnya unta, padang pasir dan Al-Haram?" sontak semua siswa tertawa terbahak-bahak mendengar mimpi Findya, rasanya lucu bercampur mustahil kok ada ya orang yang punya mimpi seperti itu, benak mereka sepakat menyimpulkan itu.

"Dia mau jadi gembala Unta kali pak, hahah!" Salah satu siswa terdengar mengejek Findya.

"Atau jangan-jangan dia udah bosan kali, nyebur di sungai, makanya dia pengen nyebur ke pasir, maklum di rumahnya kan gak ada kamar mandi, haha" tambah Fariq mengejek, yang langsung di serbu tawa oleh in the gengnya.

Pun pak Andi sendiri juga turut tertawa dibuatnya, ia belum menangkap maksud dari tulisan Findya tersebut, setelah puas tertawa, pak Andi lalu meminta para siswa untuk tenang karena ia juga sangat penasaran dengan alasan Findya yang harus menulis "Unta, padang pasir, dan Al-Haram"

"Ini maksudnya apa? coba Findya ke depan jelasin ke teman-temannya"

Findya menggeser sedikit meja lalu berjalan perlahan menuju mimbar di depan, ia menarik napas lalu mengangkat muka seraya menatap seluruh teman-temannya.

"Jadi kenapa saya menulis Unta, padang pasir dan Al-Har...."

"Hahaha..." baru saja Findya memulai tiba-tiba Fariq dan sekawanannya langsung menertawakannya lagi, Findya cukup tersindir sampai-sampai ia tak bernyali untuk melanjutkan ucapannya.

Findya menunduk sekali dan hampir mengepal telapak tangannya namun ia urungkan, lalu mendongak menatap Fariq dengan sejuta Kejengkelan, hingga bola mata Findya pun mulai terlihat memerah.

"Makin jelek aja kamu kek gitu..." Fariq menyanggah jengkel atas tatapan Findya.

Fariq dan Findya adalah anak dari dua lelaki yang bersahabat baik, rumah mereka hanya di perjarak 2 buah rumah tetangga, namun kehidupan ke duanya berbanding terbalik, dimana Fariq merupakan anak orang kaya di daerah tersebut, ayahnya seorang Jendral Polisi yang masih aktif, sedangkan ayahnya Findya hanya sekedar buruh tani dengan kehidupan ekonomi mereka yang bisa di bilang pas-pasan, namun hubungan ke dua ayah tersebut selalu terjalin dengan baik, sementara Findya dan Fariq merupakan bias dari hubungan ayah mereka, hampir setiap hari dua anak sebaya itu tak ada damai-damainya.

Wajar saja jika Fariq tahu betul bagaimana kondisi keseharian Findya di rumah, bahkan ia tau kalau di rumah Findya juga tidak ada kamar mandi, karena sering sekali ia melihat Findya dan keluarganya bulak-balik ke sungai yang ada belakang rumahnya untuk nyuci dan mandi.

"Tenang dulu anak-anak, kita kasih kesempatan Findya dulu untuk menjelaskan cita-citanya, ayok Findya lanjutkan..." pak Andi kembali menengahi.

"Kenapa saya menulis 3 icon yang ada di timur tengah, karena...Arab Saudi adalah mimpi terbesar saya, 3 Icon itu ada disana..." pak Andi terbelalak, sementara Fariq dan para siswa lainnya masih belum berekspresi apa-apa, mereka terlihat serius menyimak apa yang akan dituturkan Findya selanjutnya.

"Unta, saya sangat penasaran dengan hewan tahan haus ini dan kalau bertemu dia nanti tentu saya juga akan berada di atas punggungnya" Findya tertawa kecil membayangkannya, pun teman-teman yang lain juga ikut tertawa membayangkan Findya yang berada di atas punggung unta.

"Padang pasir, saya akan menjejakkan ke dua telapak kaki saya di permukaannya, lalu mengambil segenggam untuk ku simpan sebagai wudhu tayamun di pesawat nantinya"

"Al-Haram, menggambarkan Masjidil haram yang di tengah-tengahnya berdiri sebuah ruangan kosong yang di tutupi kain hitam yang dijadikan sebagai arah sujud kita, aku ingin menyentuh kain itu secara nyata, lalu menempelkan dahi di lantai Masjidil haram tanpa sajadah, itu mimpi terbesar saya dan mimpi terbesar teman-teman semua"

Pak Andi di buat terpukau dengan alasan Findya, seolah yang berbicara itu, bukanlah bocah yang baru berumur 13 tahun, kalimatnya begitu rapih terangkai dan memiliki makna yang masuk akal.

"Itu yang ngajarin Findya siapa?"

"Gak ada yang ngajarin pak, itu mimpi Findya, bukan mimpi orang lain" sontak pak Andi tertegun beberapa saat, lalu memberikan tepuk tangan, di ikuti tepuk tangan beruntun dari para siswa lainnya, terlihat juga Fariq dengan wajah tak ikhlasnya tengah memberikan tepuk tangan untuk Findya sembari berbisik dengan teman yang ada di sebelahnya.

*****

"Triiing....triiing...." bel pulang telah berbunyi.

Setelah usai mengikuti apel siang, seluruh siswa langsung bergegas keluar pintu gerbang sekolah dengan variasi mereka masing-masing, ada yang menyanyi, ada yang tengah mengobrol, ada juga yang tengah menjaili temannya, tetapi tidak dengan Findya, ia malah asyik membaca buku di tengah-tengah keramaian yang ada, tidak jauh dari hadapannya terlihat Fariq yang juga diam-diam tengah memerhatikan Findya.

"Hei cewek Unta..." Fariq kembali meledek, namun Findya tak menghiraukannya, merasa kesal Fariq langsung menarik tas ransel Findya dengan keras hingga Findya hampir terjatuh akibat ulahnya itu.

"Kenapa sih?" Findya membentak sembari merapihkan tali ranselnya.

"Kamu jelek..." pun Fariq menindih.

"Gendut kek gini, punya mimpi mau naikin unta?"

"Ahaha....." Teman-teman Fariq pun terlihat turut memanas-manasi suasana, sementara Findya hanya membungkam menanggapi hal itu, Findya yakin setelah mereka puas, mereka akan berhenti dan capek sendiri nantinya.

Terpopuler

Comments

Itoh Masitoh

Itoh Masitoh

Hai kak aku mampir, mampir di karya baru ku juga yuk kak " Jangan Panggil Aku Ustadzah " . kalo nggak keberatan bisa like, komen dan sarannya. Terimakasih.

2024-03-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!