*Hari Ke-2 di Hotel
Masih dengan aktivitas yang membosankan menurut Findya, akan tetapi tidak dengan Ovi dan Lifia yang hampir sepanjang waktu mereka sibuk telponan dengan pacar mereka masing-masing, sebenarnya Findya juga sudah beberapa kali sempat menghubungi emaknya di kampung namun sambungan telpon itu selalu berada diluar jangkauan, Findya juga tak bisa banyak mengeluhkan hal ini, karena ia sendiri juga tahu bagaimana kondisi jaringan dikampungnya yang sering hilang timbul.
Sesekali ia menatap ke arah Ovi dan Lifia, yang senyum-senyum, kadang ketawa-tawa, sementara Findya sendiri seperti patung bernyawa yang hanya menyaksikan kehebohan mereka, merasa tak nyaman, Findya bergegas masuk ke dalam kamar, lagi-lagi ia membuka koper lalu mengambil bingkai foto ayahnya, ia menatap dalam foto tersebut seraya mengingat masa-masa bersama sang ayah, sampai-sampai tak sadar Findya menitihkan air mata.
“Find?” Lifia mengejutkan dari belakang, sontak Findya buru-buru menyimpan foto tersebut lalu mengunci kopernya, tak lupa Findya menyeka air matanya agar tak ketahuan oleh Lifia.
“Iya Lif kenapa?” Findya menyahut namun tak menoleh ke arah Lifia.
“Kamu kenapa Find?” Lifia mendekat, kelihatannya ia sedikit curiga kalau Findya tengah menangis.
“Gak Lif, aku lagi beres-beresin koper, hehe” seketika Findya langsung berbalik ke arah Lifia, Lifia langsung bernafas lega melihat Findya baik-baik saja.
“Ow, Find nanti kalo jamuan makan siang dateng, tolong bangunin aku ya, aku ngantuk banget nih, mau tidur dulu”
“Iya, iya nanti aku bangunin”
*****
Saat makan siang ketiganya duduk berhadap-hadapan, seperti biasa Ovi yang selalu menuangkan makanan dan lauk untuk Lifia dan Findya, layaknya ibu -ibu yang memiliki dua anak, yang satunya rewel yang satunya lagi kalem.
“Itu lauk ayamnya dibanyakin lagi, kuahnya juga” tutur Lifia pada Ovi.
“Segini?”
“Dikit lagi”
“Cukup?”
“Lagi, tuang lagi kuahnya”
“Udah ngambil sendiri ajalah kamu kuahnya” Ovi sedikit kesal menghadapi Lifia, sudah menjadi lagu waijib kalau mau makan Lifia pasti banyak maunya.
Setelah itu, ketiganya memulai makan, awal-awal tak ada percapakapan yang terjadi, namun randomnya Ovi, tiba-tiba mengajukan pertanyaan pada Findya.
“Find? Kamu punya pacar gak sih?”
“Hah?” Findya sedikit terkejut atas pertanyaan Ovi barusan.
“Ya enggak, aku cuman penasaran aja, soalnya aku gak pernah liat kamu telponan sama cowok, semalam kamu cuman telponan ama emak kamu doang kan?” Lifi yang juga ikutan kepo langsung memasang wajah menagih jawaban ke arah Findya.
“Aku gak punya pacar kak”
“Masa iya cantik kek begini gak punya pacar” Lifia menindih tak percaya.
“Yang naksir banyak kali, tapi belum ada yang cocok iyakan Find” Sambung Ovi menebak.
“Gak juga kak, hehe” Findya sedikit malu jika harus membahas masalah seperti ini pada Ovi dan Lifia.
Sejak kecil sampai di usianya yang sudah sedewasa ini memang Findya sangat tertutup soal hubungan asmaranya, seperti tebakan Ovi, sudah banyak lelaki yang menyatakan cinta pada Findya namun Findya sendiri yang masih awam dengan hal-hal asmara lebih memilih menolak dengan lembut pria-pria yang sudah menaruh hati padanya itu ketimbang harus menjalani pacaran yang notabenenya hanya membuang-buang waktu dan menyita energi saja menurut Findya.
“Udah jujur aja Find gak usah malu-malu, tenang aja rahasia lu aman ditangan kita” Lifia cukup bersemangat merayu Findya, namun tetap saja Findya terus mengabaikan obrolan itu, sampai ia menghabiskan porsi makan siangnya, Findya segera terperanjat ke wastafel untuk mencuci piring.
Lifia yang merasa tak enak hati segera menatap Ovi seraya melempar kode menanyakan apakah Findya tersinggung atas ucapannya barusan.
“Gak kok, mungkin dia belum siap aja kali untuk cerita ke kita” Bisik Ovi menenangkan.
Saat Findya aka bergegas ke kamar, Lifia yang masih saja merasa tak enak hati segera bersuara padanya.
“Find sorry ya, atas omongan aku barusan”
“Gak apa-apa Lif, ya ampun santai aja, lagian pertanyaan kalian barusan kan pertanyaan yang wajar-wajar aja, emang wajah aku kek marah gitu ya?”
“Gak sih…”
“Yaudah gak usah dipikirin ya…”
Setidaknya Lifia sedikit lega mendengar jawaban Findya barusan, hampir saja ia mati berdiri jika Findya benar-benar tersinggung dengan ucapannya tadi, bagaimana tidak Lifia yang merupakan teman setingkat Findya semasa kuliah dulu, cukup tau latar belakang wanita cantik itu, meski tak duduk di kelas yang sama setidaknya nama Findya Hannah Azzurah lumayan populer di angkatannya bahkan di beberapa kelas junior dan seniornya, siapa yang tak mengenal nama itu, nama tersebut sering diagung-agungkan para dosen saat mengajar di kelasnya, sering di jadikannya contoh teladan yang baik untuk ditiru, bahkan saat hari H wisuda sarjananya nama itu juga yang dibacakan didepan sebagai lulusan terbaik 1 dan dia juga yang menyampaikan pidato saat itu.
Bukan rahasia umum lagi, bahkan kelulusan beasiswa S2 Findya di Amerika sudah menyebar ke semua telinga bahkan banyak Alumni yang mengetahui hal itu, karena sebagai suatu kebanggaan kampus, informasi itu juga terpampang di seluruh mading dan juga dijadikan beberapa spanduk dari pihak Universitasnya.
Tentu menjadi dekat dengan Findya merupakan mimpi banyak orang yang mengenalnya, termasuk Lifia, makanya sampai saat ini Lifia masih saja bersikap sungkan dan terus mengagumi Findya, meski alasan kekagumannya itu belum sempat ia ceritakan pada Ovi yang belum mengenal banyak tentang Findya.
“Kamu kenapa sih, kelihatannya kek takut bangat sama Findya?” Ovi terlihat penasaran.
“Gak takut sih, cuma sungkan aja sama dia!”
“Ow, nanti lama-lama juga akrab kok” Lifia hanya tersenyum kecil melihat Ovi yang tak paham dengan maksdunya.
*****
Usai sholat maghrib tiba-tiba Hp Ovi masuk notifikasi pesan dari pak Omar, setelah salam Ovi langsung mengusap wajahnya seraya buru-buru beranjang mengecek notifikasi tersebut yang sudah ia duga pesan itu berasal dari siapa, Ovi lalu membaca pesan itu tanpa suara, hanya gerakan bibir yang terlihat yang semakin membuat Lifia penasaran.
“Dari siapa?” Sepertinya Lifia juga memiliki feeling yang sama dengan Ovi sebelumnya.
“Pak Omar?” Lanjut Lifia masih penasaran, namun Ovi belum menjawab pertanyaan Lifia, ia masih fokus membaca pesan tersebut yang keliatannya lumayan panjang.
“Dari siapa sih kak, serius amat bacanya?” Sambung Findya yang juga turut penasaran, seketika Ovi langsung memperbaiki posisi duduknya seraya menjelaskan isi dari pesan pak Omar tersebut.
“Nih, kata pak Omar besok pagi jam 7 kita udah stand by di bawah, besok kita udah mau di antar ke Jeddah, jadi malam ini kita harus beres-beres semua barang-barang kita dan jangan sampai ada yang ketinggalan”
“Yeay Finally…..” Lifia berteriak seraya melompat-lompat kegirangan, sementara Ovi dan Findya hanya tersenyum kecil melihat Lifia yang paling heboh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments