Episode 19

*Hypochlorite Yang Tumpah

Hari demi hari telah berlalu, ketiga gadis Indonesia itu berhasil melewati masa masa orientasi dengan sabar, tekun dan giat, utamanya Ovi dan Findya, berbeda dengan Lifia dimulai dari hari ke dua orientasi sampai menjelang hari terakhir vase orientasi Lifia mulai menunjukkan siapa jati dirinya seraya memerlihatkan ketegasan dihadapan perawat dampingannya.

Bahkan Perawat dampingannya tersebut yang diketahui berasal dari negara Filipina itu beberapa kali pernah melaporkan aksi Lifia pada pak Siddiq selaku kepala Perawat yang menurutnya selalu membantah setiap diberi arahan, mendapat laporan tersebut pun langsung ditindaki oleh pak Siddiq dengan memberikan beberapa nasehat kecil pada Lifia, sementara Lifia terlihat manut manut saja saat dimintai oleh pak Siddiq agar patuh dengan segala arahan dari perawat Filipin itu, dihadapan pak Siddiq akan tetapi dilapangan pasti berbeda cerita.

“Gimana?” Ovi dan Findya menyuguhkan pertanyaan yang sama saat Lifia baru saja keluar dari ruangan pak Siddiq.

“Hem, biasa dikasih nasehat lagi”

“You have to listen what she said, right?” Seraya menebak Ovi mengulangi nasehat dari pak Siddiq yang hampir setiap nasehatnya tak lupa ia selipkan kalimat tersebut.

“Hu’um, whatever yang penting hari ini hari terakhir orientasi, mulai besok dan seterusnya aku akan bebas dari kekangan perawat kampret itu!” Lifia mengutarakan kekesalannya.

“Lif gak boleh ngomong kek gitu” Findya mengingatkan atas kata kampret yang baru saja dilontarkan Lifia.

“Biarin ajalah Find, aku kesel bangat sama dia hih”

Findya hanya menggeleng, setelah itu ketiganya pun mulai mengarah ke kantin, namun sebelum melangkah masuk kedalam Findya sempat menegun dikoridor kantin beberapa saat, matanya mulai menatap tegang kearah sesuatu yang ada didepan sana seraya meyakinkan benar tidaknya apa yang ia lihat saat ini, sementara Ovi dan Lifia yang tak menyadari itu keduanya terus melangkah ke dalam dan langsung memilih meja.

“Eh eh ada dr. Barra!” Pekik Lifia kegirangan.

“Mana? Mana?” Seraya mencari-cari Ovi mengedarkan pandangannya.

“Tuh didepan” Lifia mengarahkan sorotan matanya tepat ke tubuh dr. Barra yang saat itu tengah berdiri untuk memilih menu.

“Masya Allah calon suami aku cakep banget!” Ovi melancarkan halusinansinya seraya nyengingiran tak menentu, ke dua wanita pecicilan itu lantas mulai menatap fokus aktivitas dr. Barra.

Hingga dr. Barra yang sudah selesai memesan menu lalu bergegas ke ruangan yang disekat dengan tabir, ruangan tersebut dikhususkan untuk dokter ataupun staff laki-laki, sementara sekat lainnya yang saat ini tepat dipijaki oleh Ovi dan Lifia merupakan ruang makan khusus dokter ataupun perawat wanita, melihat dr. Barra yang sudah menghilang dari pandangan tak lama mereka mulai menyadari kalau sejak tadi ternyata Findya tak bersama-sama dengan mereka.

“Findya mana?” Tanya Lifia baru kaget.

“Gak tau, tadi bukannya bareng kita ya?” Ovi dan Lifia lalu menoleh ke segala arah namun mereka tak berhasil menemukan Findya, hingga akhirnya ke dua wanita super kepo itu mulai memutuskan untuk menelpon Findya.

“Halo Find? Kamu dimana?” Tanya Lifia saat telponya mulai diangkat oleh Findya.

“Ahm, aku dibawah, diruangan” sahut Findya tak enak dengan kedua sahabatnya itu, dari arah samping Ovi berbisik pada Lifia kemana perginya Findya yang tanpa pamit itu, namun belum sempat Lifia menyahuti tiba-tiba Ovi langsung merebut hanphone tersebut dari Lifia yang saat itu masih menempel ditelinganya.

“Sini aku yang ngomong!” Ovi meminta izin

“Maen pergi aja, kamu gak mau makan Find?”

“Ehm, gak usah kak nanti aja, lagian aku juga masih kenyang”

“Masih kenyang apa mau menghindar dari calon suami aku?” Ketus Ovi, masih saja ia selipkan kehaluannya.

“Enggak kak, bener aku masih kenyang”

“Yelleh kenyang! Mau pesen apa? Biar dibungkusin” paksa Ovi, jelas saja Ovi yang punya bakat menjadi detektif sejak dulu, mampu mencium bau bau kebohongan dibibir Findya, merasa tak bisa berkilah lagi kini Findya berpasrah dan langsung menyebutkan orderan menu pada Ovi.

“Seperti biasa kak, shawarma ya!”

“Isi daging atau ayam?”

“Daging kak, makasih ya!”

“Ok” Ovi menutup telpon, dan kembali melanjutkan aktivitasnya.

*****

Sesaat sebelum pulang, diruangan dr. Sana kini hanya terlihat Choy dan Findya yang masih memberesakan beberapa instrument dental yang sudah steril, tak lama setelahnya Choy mulai memberikan beberapa pesan untuk Findya, mengingat hari ini merupakan hari terakhir orientasi, jadi Choy mewanti-wanti Findya agar tak melupakan apa yang sudah Fidnya dapatkan selama vase orientasi.

“Besok kamu udah start untuk kerja sendiri, jadi kamu harus ingat semua yang saya sudah ajarkan kekamu selama vase oerientasi, ok?”

“Oke, makasih ya Choy atas bimbingannya selama ini”

“Iya sama-sama, yaudah aku pamit ya, jangan lupa komponen cerecnya dibalikin lagi ke LAB” Ucap Choy seraya mengambil tas didalam loker lalu bergegas meninggalkan ruangan, sementara Findya sebelum pulang ia masih menyempatkan waktu untuk naik ke laboratorium yang ada dilantai 10, sambil tangannya memegang kotak komponen cerec.

Ting……, Pintu lift terbuka dilantai 10, Findya bergegas keluar dari lift dan langsung berjalan masuk kedalam laboratorium, matanya sempat mengintai beberapa aktivitas pegawai lab. yang baru saja bergantian shift dengan pegawai sebelumnya, namun ia tak terlalu memerhatikan suasana dengan teliti, setelah itu Findya mulai melewati beberapa ruangan yang hanya disekat menggunakan kaca transparan, sampai ia berhasil mencapai ruang penyimpanan, tak banyak membuang-buang waktu lagi Findya kemudian memasukan kotak komponen cerec tersebut ke dalam kulkas.

Sesaat setelahnya Findya mulai berjalan kembali melewati sekat sekat lab. yang tadi ia lewati, saat Findya mencapai sekat terakhir tak sengaja ia menyenggol cairan hypochlorite yang disimpan diwadah kaca tepat diujung meja, gelas itu jatuh bak slow motion cairannya perlahan bersimbur keluar dari gelas, titihannya mulai mengenai seragam salah satu pria yang kalah itu tengah berdiri persis ditempat kejadian, semuanya belum menyadari apa yang terjadi sampai gelas kaca tadi mencapai lantai.

Praang….., bunyi tersebut mulai menggelagar dan mengejutkan semua telinga, semuanya kompak menatap kearah sumber suara, termasuk Findya yang juga baru menyadari apa yang tengah dilakukannya saat ini.

“Hah?” Findya menatap kebawah, tepat dimana beling mulai berhamburan diatas lantai, ia lalu mengangkat pandangannya, dua langakah dari arah yang beralwanan terlihat dr. Barra yang mulai muak atas kelakuan Findya tersebut, menyadari orang yang baru saja ketiban sial itu ialah dr. Barra sontak Findya menelan ludah sambil menahan ketakutannya.

“Ya Rabb, kasambillah!” Ketus dr. Barra saat mendapati celana OKnya dari ujung bawah sampai ke lutut mulai berubah warna mengikuti bentuk cipratan cairan hypochlorite tadi.

“Maaf dok, aku, aku gak sengaja” dengan wajah panik Findya segera menunduk lalu mengusap-usap celana dr. Barra, sontak dr. Barra langsung menjauhkan kakinya.

“Stop, Stop, urgh…” dr. Barra berteriak sambil menghantam meja dengan keras pikirnya wanita ini benar benar tak punya harga diri, jelas saja apa yang dilakukan Findya barusan merupakan hal yang sangat tabu dimata dr. Barra dan juga seluruh staff keturunan Arab yang turut menyaksikan kejadian ini.

“Jangan pegang saya, astaghfirullah!” Ia beristighfar dengan kesal seraya memegang kepalanya beberapa detik lalu ia lepaskan.

“Astaghfirullah, astaghfirullah!” dr. Barra kembali beristighfar untuk menenangkan hatinya yang tengah mendidih itu, saat sedikit ketenangan mulai ia dapatkan, dr. Barra langsung menengok ke arah staff lab. yang ada disebelahnya, sambil memberikan instruksi lanjutan yang sempat tertunda tadi.

“Crown yang ini agak dipangkas yang sisi kirinya ya”

“Yang kanan gak usah berarti dok?”

“Iya gak usah, nanti kalo udah selesai simpan saja disini, aku mau pulang bentar”

“Baik dok”

Begitu saja, dr. Barra pun langsung buru-buru bergegas keluar dari laboratorium, masih dengan omelan omelan khas orang Arab, kedengaran seperti tengah berdo’a namun dr. Barra tak sedang berdo’a, yang Findya sendiri tak tau artinya apa, Findya kemudian mulai menunduk untuk membereskan semua kekacauan ini, ia mulai menjongkok dan memingut serpihan beling tersebut namun tiba-tiba salah satu staff lab. yang melihatnya langsung melerai.

“Ners?”

“Iya pak?” Findya sambil mendongak ke arah staff tersebut.

”Gak usah diberesin, panggil aja cleaning service”

“Gak apa-apa pak, lagian ini juga aku yang mecahin”

“Gak itu bukan kerjaan kamu, panggil cleaning service sekarang, ruangannya ada disebelah sana” Findyapun tak menolak lagi, ia lalu bergegas keruangan cleaning service yang tadi diarahkan oleh staff laboratorium.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!