*Orientasi Hari Pertama
Findya, Ovi dan Lifia mulai memencar menuju ke ruangan masing-masing, pun terlihat Findya mulai melambai pamit pada ke dua bestynya tersebut seraya didampingi perawat senior dari Thailand yang bernama Choy, keduanya lalu berjalan beriringan mengikuti langkah kaki dr. Sana, sesampainya diruangan dr. Sana, Choy segera memulai orientasi dengan menunjukkan berbagai instrumen dental dari laci paling atas sampai laci paling bawah.
“Yang ini namanya basic, kalau ada pasien yang datang, ini yang paling pertama kamu siapkan di meja itu” Choy menunjuk ke arah meja set dental chair yang langsung diangguki oleh Findya.
“Jangan lupa kamu harus bungkus seperti ini, menggunakan dental bib” Choy segera memeragakan bagaiman cara membungkus basic didalam dental bib tersebut, Findya disebelahnya terlihat serius menyimak seluruh penjelasannya, seraya menulis beberapa yang menurutnya penting untuk ditulis, pada sebuah buku saku yang sering ia bawa saat dinas.
Choy lalu membuka laci bawah, disitu terlihat deretan X-file yang tersusun rapih, iapun segera mengambil beberapa contoh untuk dijelasakan pada Findya yang tatapan sejak tadi tampak agak tegang.
“Ini namanya File, ada X one, X two dan X three, kalo yang ini…” tiba-tiba Choy berhenti.
“Hei, kamu kok tegang sih?” Kejut Choy pada Findya sedikit bercanda.
“Ahm, iya, soalnya ini udah mulai puyeng kepala aku” Findya menyahut sambil tersenyum kecil ke arah Choy.
“Ahm, Choy?” Tiba-tiba dr. Sana menyela.
“Iya dok?”
“Kita kedatangan pasien, nanti dilanjutkan lagi ya?”
“Baik dok” Tak beberapa lama terlihat pasien yang dimaksud dr. Sana barusan mulai mengetuk pintu seraya mengucapkan salam.
“Assalamu’alaikum!”
“Wa’alaikumsalam!” Sahut kompak ke tiga tenaga medis itu.
Dr. Sana segera menyilahkan pasien itu untuk duduk, seraya menceritakan keluhan apa yang ia alami saat ini terkait masalah gigi dan mulutnya, pasien tersebutpun mulai bercerita tentang keluhannya secara pendek, hingga tak beberapa lama dr. Sana kembali menyilahkan pasien itu untuk berpindah ke dental chair seraya memeriksa secara detail tindakan apa sebenarnya yang harus dilakukan pada pasien itu, pun Choy langsung bergegas menyiapkan, basic diatas meja seraya memasang towel dikepala dental chair tersebut.
“Find? Untuk sekarang kamu ngeliatin aku dulu ya? Apa-apa aja yang harus disiapkan” imbuh Choy sangat lembut, Findya pun langsung menanggapi dengan anggukan kecil.
Saat pasien itu mulai duduk choy segera memasang towel yang menutupi area dada dan lehernya, seraya menyiapkan cup plastik diatas mini keran air, sementara dr. Sana mulai memakai gown transparan dan segera mengatur kemiringan kursi sekitar 35 derajat, ia lalu menyalakan lampu yang ada diatasnya seraya menginstruksikan pasien untuk membuka mulut, setelah mengetahui masalahnya dr. Sana segera menyarankan pasien untuk melakukan RCT pada giginya tersebut, saat dr. Sana tengah memberikan penjelasan disebelahnya Choy terlihat menjelaskan tindakan tersebut pada Findya.
“Jadi pasien ini, akan dilakukan tindakan RCT, jika pasien setuju maka kamu langsung pasang suction di selang yang ini” papar Choy sambil menunjukkan yang mana selang suction.
Hari orientasi pertama ini, merupakan hari terberat utamanya bagi Findya dan Lifia, berbeda dengan Ovi yang ruangannya berada di lantai 5 kini terlihat langsung membantu perawat senior yang mendampinginya kala itu, untuk menyiapkan instrumen sesuai permintaan dokter, bagi Ovi yang sudah punya pengalaman sebelumnya tentu tak awam lagi tentang alat-alat dental, hanya saja ia perlu menghafal di laci-laci mana saja instrumen-instrumen itu diletakkan.
Sementara Lifia yang ditempatkan di ruang anak, terlihat bekerja lebih extra dari Findya dan Ovi, ia disuruh mengalihkan perhatian balita yang belum siap untuk ditindaki itu dengan menggerak-gerakan boneka tangan, bukan main Lifia bergidik kesal, ia yang sama sekali tak menyukai anak kecil, ditambah ia merupakan anak semata wayang dirumah tentu tanpa bekal apapun mau tak mau Lifia harus berusaha menaklukan hati malaikat kecil tersebut.
“Hei cantik, liat ini, liat ini bonekanya lucu bangat…” Lifia merayu setengah mati, namun tetap saja ia tak berhasil membuat anak itu tenang, hingga tiba-tiba aktivitasnya itu langsung disela oleh Perawat senior dari Philipin yang tengah mendampinginya kala itu,
“Dia gak ngerti bahasa inggris, kalo kamu ngomong kek gitu terus dia gak bakalan tenang sampai besok pagi” tuturnya sedikit berlebihan, seraya mengambil alih aktifitas Lifia tersebut, sebaliknya Lifia yang sejak awal tak menyukai Perawat tersebut pun langsung menatap sinis ke arahnya.
*****
Waktu break telah tiba, seluruh staff diberikan waktu break selama satu jam untuk berkegiatan sholat dan makan siang, usai sholat dzuhur Findya, Ovi dan Lifia langsung bergegas menuju kantin rumah sakit seraya mengobrol kecil tentang perasaan mereka masing-masing setelah tadi sudah melewati beberapa jam orientasi.
“Kalian gimana tadi?” Tanya Ovi ingin tahu, yang langsung ditindih Lifia dengan reaksi kesal.
“Ih sumpah aku kesal banget”
“Kesal kenapa Lif?” Ovi dan Findya kompak menyahut, seraya mengambil tempat duduk dimeja kantin, namun ketiganya belum memesan apapun dan masih fokus mendengarkan curhatan Lifia.
“Aku tuh gak suka sama anak kecil, mereka tuh sulit banget dikasih tau, nih pinggang aku udah mau patah gegara harus ngebujuk tiap ada pasien yang masuk” kesalnya bertubi-tubi.
“Sabar, namanya juga anak kecil ya gitu Lif” Findya turut menangkan.
“Iya, kalo dinas diruang anak yah harus nguat-nguatin hati dan fisik Lif, soalnya mereka gak kayak pasien pasien dewasa” Tambah Ovi.
“Iya sih, tapi yang bikin aku tambah kesel lagi, perawat yang dampingin aku tuh”
“Emang kenapa sama perawat dampingan kamu?” Ovi menatap dengan serius ke arah Lifia yang sejak tadi berkalut emosi.
“Urrgh, keliatan banget dia tuh cari muka didepan dr. Monira, didepan keluarga pasien, uwh belagu, sok-sok an”
“Eh gak boleh gitu, nanti fitnah jatohnya Lif” Findya mengingatkan.
“Beneran Find, orang aku yang ngalamin sendiri”
“Perawat dari Filipin ya?” Tanya Ovi sambil menebak.
“Iya dari Filipin!”
“Elah, kalo Filipin mah gak heran, emang rata-rata gitu, suka cari muka didepan atasan, didepan dokter dokter, aku aja dulu gitu waktu kerja bareng mereka” Tambah Ovi, sepertinya yang turut mengeluarkan unek-unek masa lalunya.
“Kok kalian pada bergosip sih? Gak mau pesen makan nih?” Findya menyela.
“Ini bukan gosip Find, ini kenyataan” tandas Lifia.
“Ya udah, gibah berarti” melihat Findya yang tak sejalan dengan arah pembicaraan mereka, seketika Ovi dan Lifia kompak saling menatap.
“Ya udah kalian mau pesen apa?” Ovi segera berdiri untuk mengorder makanan.
“Aku shawarma aja deh” Findya langsung menyahut.
“Kak Ovi mesen apa?” Tanya Lifia.
“Sama, Shawarma”
“Ya udah Shawarma aja deh” Lifia pasrah seraya menatap kilas ke arah menu makanan yang tersedia didepan sana, sembari mengernyit lesuh batinnya mulai bersuara “itu makanan apa coba? Bentuknya kok aneh aneh”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Masyitah Ellysa
next yaaa author
2024-03-07
0
Fathonah Larakesi
Maaciuw
2024-03-04
0
sopiah yana
semngt teruuus
2024-03-04
0