*Hampir salah paham
Tepat jam 10 pagi waktu setempat, pesawat Emirate yang di tumpangi Findya bersama rekannya mulai landing di bandara internasional arab saudi Muhammad Bin Abdulaziz di kota Riyadh, bukan main Findya melongo sembari wajahnya mengerat di sisi jendela, ia memerhatikan pemandangan Bandara di detik-detik ketinggian yang kala itu hanya beberapa meter lagi akan menyentuh aspal bandara, Findya lalu menarik nafas dan menutur di dalam hati.
"Mimpikah aku sekarang?"
"Waow! bener-bener gak nyangka gue skarang udah di saudi!" Lifia bersuara lirih di sebelahnya, merasa tak sendiri sontak Findya melirik Lifia dari ujung pelupuk matanya, sementara Ovi yang sebelumnya sudah pernah bekerja di sini reaksinya biasa-biasa saja, ia malah terlihat sangat cemas memikirkan mini kopernya yang ada di kabin depan.
"Waduh, koper aku di kabin depan lagi"
"Kamu kenapa sih, gelisah amat dari tadi?" tanya Lifia yang juga turut risih atas tingkah Ovi.
"Itu koper aku, si pramugarinya naroh di kabin depan, hadeuuh!"
"Udah gak apa-apa, entar juga di ambilin kok!"
"Gak, takutnya penumpang yang laen salah ngambil"
"Emang apa sih isinya? duit 500 juta?" Lifia bercanda dengan nada sedikit membentak.
"Gak sih, itu semua isinya makanan"
"Haah?..." Lifia menghela napas setelah tau isi dari tas Ovi ialah makanan, emang basicnya mereka berdua ialah "Ratu ngunyah" jadi apapun tentang makanan selalu menjadi yang nomor satu.
"Ok..ok...setelah pesawat landing kita sergap kabin itu!" tambahnya dengan semangat, rasanya Ovi juga mulai khawatir jika koper itu tak sengaja di ambil oleh penumpang lain.
*****
"Driver? driver? Where is the driver?" Seraya mengakat tinggi kertas putih yang bertuliskan nama mereka bertiga, Ovi berteriak kencang di tengah-tengah kerumunan orang yang juga tengah melakukan hal yang sama sepertinya.
Tidak lama kemudian, terlihat seorang pria paru baya yang datang terburu-buru menghampiri Ovi, Lifia dan Findya.
"Filiphino?" tanya pria tersebut terengap-engap.
"No, Indonesian!" Ovi menindih.
"Ow sorry" pria tersebut kembali mencari-cari orang yang ditujunya.
Selang 3 menit, datanglah lagi 2 pria berkulit hitam berpostur tinggi, bertubuh gemul, dan berambut keriting yang juga tengah menghampiri mereka, melihat dua pria itu mendekat tampakanya Ovi sedikit mengernyitkan alis.
(Note: setiap komunikasi yang terjadi menggunakan bahasa inggris ya...)
"Indonesia?"
"I..Iya..." Ovi menjawab ragu-ragu.
"Dental Hospital?" pria itu lalu memberi kode yang harus di jawab ketiganya, tentu mereka harus memberikan jawaban yang benar karena jika mereka memberikan jawaban yang tidak tepat maka mereka bukanlah tujuannya, hal tersebut biasa dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam membawa warga negara asing ke tempat tujuan.
"Dental Hospital Community Elite" tutur ketiganya, setelah yakin karena jawaban mereka sesuai dengan kata kunci yang disebutkan, pria tadipun sontak tersenyum menatap ke tiganya.
"Kamu Ovi?"
"Iya pak!"
"Livia sama Findya mana?"
"Saya pak" Findya dan Livia kompak menyahut seraya mengangkat telapak tangan.
"Saya Livia, ini Findya" sekali lagi Livia memperjelas sambil menyedorkan telapak tangannya.
"Saya bodyguard big bos, Ahmed Hasan" balas pria tersebut namun ia enggan untuk bersalaman dengan Livia, melihat hal itu Findya dan Ovi saling menatap cemas, ada rasa sedikit tak enak pada pak Hasan atas sikap Livia barusan, setelah beberapa menit Livia mulai paham, ia tidak boleh membawa kebiasaan-kebiasaannya di Indonesia yang tentunya sangat bertentangan dengan aturan disini.
"Ow ya, ini driver kalian, namanya Muttah Abdellah panggil saja pak Muttah" tak lupa ia juga mengenalkan seorang pria yang tengah berdiri di sebelahnya saat ini.
Ketiganya tersenyum kecil seraya mengangguk di hadapan pak Muttah, setelah itu mereka di arahkan oleh pak Hasan untuk bergegas ke lift menuju lantai basement, setelah angka yang ada di monitor lift berpindah dari angka B3 ke B1, pintu Liftpun mulai terbuka tampak di luar sana terpakir ratusan kendaraan beroda empat pak muttah lantas berjalan sedikit lebih dulu, menghampiri mobil seraya membuka bagasi, ia lalu meraih satu persatu koper Findya dan teman-temannya untuk di simpan di dalam bagasi.
"Udah gak ada lagi barang-barang kalian yang ketinggalan?" tanya pak Hasan.
"Udah gak ada pak?" Ovi menyahut seraya mengamati sekitarannya, kali aja benar-benar ada yang ketinggalan.
"Ya sudah, kalo gitu saya pamit dulu, kalian hati-hati ya di perjalanan nanti..."
"Loh, bapak gak ikut sekalian?" Findya menatap heran.
"Ahm, gak, saya juga bawa mobil kesini, tugas saya cuman menjemput dan memastikan kalo kalian benar-benar berangkatnya bareng pak Muttah"
"Ow gitu, ya udah bapak juga hati-hati ya!"
"Insya Allah" pak Hasan seraya melambai, lalu bergegas menuju mobilnya, sementara pak Muttah yang sejak tadi sudah standby di dalam mobil, langsung saja mengajak Findya, Ovi dan Livia untuk masuk ke dalam mobil.
*****
Di dalam perjalanan, Findya, Ovi dan Livia duduk berjejeran di kursi tengah, baru saja beberapa menit mereka berkendara, Findya melirik ke samping dan mendapati dua ratu ngunyah itu tengah mengatur posisi saling menyandarkan kepala dengan mata yang hampir terpejam, sementara Findya sepanjang perjalanan ia terus saja menatap bibir kota, yang sebagian besarnya ditumbuhi pohon-pohon kurma di sekitaran jalan raya tersebut.
"Pak, ini kita mau kemana? ke rumah sakit dulu atau langsung ke asrama?" iseng saja Findya menyuguhkan pertanyaan pada pak Muttah yang teangah fokus menyetir saat ini, sumpek rasanya dari tadi hening suasana di dalam mobil, namun pak Muttah tak menjawab pertanyaan Findya barusan.
Findya yang merasa di abaikan, lalu mengedipkan mata seraya bertanya-tanya atas sikap pak muttah tersebut.
"Ahm, permisi pak?"
"Aiwa sister?" pak Muttah menyahut seraya menengok ke arah Findya.
"Ini kita langsung ke asrama? atau"
"Aham, malesh sister ana mafii maklum Ingglisi" tuturnya, melihat gestur pak Muttah, Findya sudah bisa menebak apa yang ia katakan.
"Ow sorry, sorry, saya juga gak bisa bahasa arab pak hehe"
Akhirnya kesalahpahaman kecil itu terselesaikan, atas obrolan mereka, lantas Ovi di buat terbangun lalu menanyakan apa yang sudah terjadi.
"Ada apa Find? Eh kita udah nyampe ya?" Ovi kemudian memperbaiki posisi duduknya seraya mengusap-usap kelopak mata.
"Gak ada apa-apa, belum aku juga gak tau kita mau di bawah kemana ini"
"Wen ruh?" sontak Ovi bertanya pada pak Muttah kemana mereka akan pergi menggunakan bahasa Arab.
"Hotel sister, enti maklum alughatal arabia?" (Di hotel sister, kamu ngerti bahasa arab?)
"Aiwa, ana maklum, Qubla ana syugul hena isnin sana" (Iya, saya ngerti, sebelumnya saya pernah bekerja disini selama 2 tahun)
"Masya Allah sister...alhen tani syugul, Quwais hena sah? au la'?" (Masya Allah sister, jadi sekarang datang untuk bekerja lagi, menurutmu disini bagus atau tidak?)
"Masya Allah hena mia-mia..." (Masya Allah, disini sangat bagus sekali)
Melihat kehebohan mereka, Findya hanya bisa garuk-garuk kepala, entah apa yang sedang di perbincangkan dua orang yang tak seumuran ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Itoh Masitoh
sampai sini dulu , nanti lanjut lagi. jangan lupa mampir ya kak
2024-03-21
0