*Nginap di Hotel Mewah
"Aah...akhirnya perjalanan melelahkan ini terselesaikan juga" Lifia berteriak keras sembari menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur.
"Kata siapa perjalanan kita udah selesai?" Ovi tiba-tiba merusak mood lifia, baru saja ia menatap langit-langit dengan lega, kini Lifia harus terbangun lagi seraya memperjelas apa yang di maksud Ovi barusan.
"Hah?"
Findya yang tengah menyeduh energen di dapur sekat, sedikit kepo dengan obrolan mereka, dengan segera ia memegang cangkirnya lalu menghampiri Ovi dan Lifia di kamar.
"Emang pak Muttah ngomong apa tadi?" tuturnya perlahan Findya mulai terduduk di atas tempat tidur seraya memandang serius wajah Ovi yang tengah mengatur pakaiannya kala itu, karena sebelumnya di ruang resepsionis hotel Ovi dan pak Muttah sempat mengobrol menggunakan bahasa Arab, sudah pasti Findya dan Lifia tak mengerti apa yang tadi tengah di perbincangkan mereka.
"Kata pak Muttah kita nginap dulu di hotel ini selama dua malam"
"Haah?" Findya dan Lifia berteriak kompak.
"Lagian juga, emang kalian gak baca ya? itu di surat kontrak kerja kita, di sana jelas-jelas tertulis Jeddah bukannya Riyadh"
"Ya baca sih, tapi aku pikirnya Jeddah ama Riyadh itu deketan" Lifia menyahut dengan layu.
"Ya gak lah, kalo naik mobil dari sini ke Jeddah itu 9 jam an"
"Haah? mampus gua kalo kek gitu, nih tulang belakang aku rasa-rasanya udah mau scoliosis" keluh Lifia seraya mengelus-elus pinggangnya.
"Terus hotel ini siapa yang bayar?" Findya menindih, berbeda dengan Lifia yang selalu menanyakan lama perjalanan, Findya malah menimbun banyak tanya tentang hotel mewah yang saat ini di pijakinya itu.
"Tenang aja, kita gak ada urusan dengan persoalan bayar-membayar, itu mah urusan big boss, lagian kata pak Muttah hotel ini juga punya big boss"
"Ow yah?" Findya cukup terkejut.
"Iya, eh..aku yang duluan mandi ya?" Ovi meminta pada ke duanya, setelah mendapat jawaban iya, Ovi segera meraih handuknya lalu bergegas ke kamar mandi.
*****
Kini ke tiganya sudah terlihat rapih dan cantik, Ovi dan Lifia segera bergegas ke sofa tamu, Lifia lalu menghidupkan TV seraya mencari-cari saluran televisi yang membubuhi translate bahasa inggris namun sayangnya ia tak menemukan satupun.
"Gak ada, matiin ajalah Lif, ribut tau gak..." pinta Ovi sedikit kesal, yang langsung di turuti Lifia, sementara Findya masih berkabung rindu menatap bingkai foto orang tuanya yang ia simpan di dalam koper.
"Find....?" seru Ovi dari luar, Findya yang dibuat terkejut segera menyimpan foto tersebut lalu bergegas ke luar menghampiri ke duanya.
"Iya"
"Password Wi-Fi tadi apa ya?"
"Nice345!" sahut Findya, iapun turut mengambil tempat duduk di samping Ovi, tiba-tiba mereka bertiga di kejutkan suara ketukan pintu dari luar.
"Tok..tok..tok..." Findya kembali terepranjat lalu membukakan pintu, setelah pintu terbuka Findya mendongak di hadapanya sudah terlihat seorang pelayan pria yang mengenakan seragam merah hitam, dengan membawa troli makanan ia lalu tersenyum pada Findya pun Findya tersenyum balik pada pelayan tersebut.
"Ini..ini makanan buat kita?"
"Iya Sister..."
"Ow..ok...silahkan masuk brother"
Pelayan itupun segera mendorong trolinya masuk ke dalam, satu-persatu menu makanan ia sajikan di atas meja, ketiganya mengamati menu-menu itu, yang tidak lain ialah daging-dagingan, sup kacang polong, roti tawar, kulit kebab (kubus), shawarma dan beberapa menu elit lainnya ala timur tengah yang terhiasi dedaunan mentah di pinggirannya, Findya melirik sedikit ke arah troli bawah namun ia tak menemukan sesuatu yang sedang ia cari, melainkan hanya terlihat beberapa jenis minuman yogurt dan air mineral.
"Aham, brother?" Findya menyapa sedikit canggung, ia juga terlihat bingung mau menanyakannya atau biarkan saja.
"Iya?" pria itu mendongak ke arah Findya.
"Ahm...Nasi gak ada ya?" mendengar ucapan Findya, Ovi di sebelahnya menahan tawa, pelayan tadi pun mulai berdiri tegak lalu menyahuti pertanyaan Findya dengan lembut.
"Hehe, maaf sister kami disini gak menyediakan menu makanan pakai nasi"
"Ow, tapi kenapa?"
"Ya, karena kebanyakan orang Saudi dan sekitarnya jarang sekali mengonsumsi nasi"
"Ow, gitu....ya udah makasih ya brother"
"Iya sama-sama" Setelah pelayan itu berlalu, Ovi lantas melepaskan tawanya yang ia tahan sejak tadi.
"Hahaha! Findya, Findya"
Setelah puas menertawakan Findya, iapun duduk bergabung lalu membuka menu-menu itu yang masih tercover dengan plastic bening, bak orang tua Ovi menyedorkan piring kosong di hadapan Lifia dan Findya, lalu menyajikan berbagai menu yang mereka sebutkan satu per satu.
"Yang mana lagi?" Ia bertanya pada Lifia.
"Yang itu kak, daging sama hotdognya" setelah menyajikan Lifia, ia beralih ke Findya.
"Kamu Find yang mana?"
"Aku roti aja kak, sama daging yang itu tuh..." sahut Findya seraya menunjuk menu yang dipilihnya.
"Mana lagi Find?"
"Udah ini aja kak..." Findya menyahut dengan mimik seolah tak punya nafsu makan.
"Kamu kok makannya dikit?"
"Aku pengen makan masi mbak"
"Find kamu kek gitu tuh, aku ingat pertama kali aku ke Saudi loh, persis kek kamu, yang pertama aku nanyain ya nasi..." jika di ingat-ingat lagi, Ovi masih saja di buat nyengingiran atas tingkah Findya yang menanyakan nasi barusan.
"Lama-lama juga nanti kamu akan terbiasa kok dengan makanan-makanan Saudi"
"Iya kak..."
"Ini buah apa kak?" tandas Lifia.
"Ow ya kalian harus coba, itu buah tin, yang satunya lagi, itu buah zaitun"
"Umm....pahit ya kak"
"Iya tapi lama-lama enak kok"
*****
Layaknya orang yang tengah mengidam, Findya kesulitan untuk memejamkan matanya, sejak tadi ia membulak-balikkan badan di atas tempat tidur, tapi tetap saja pikirannya selalu berotasi pada kata nasi maklum saja Findya kan orangnya "Indonesia banget" rasanya perut belum keisi kalau gak makan nasi.
Disaat Ovi dan Lifia terlelap tidur, diam-diam Findya berjalan keluar menuju lift, ia langsung memencet tombol 1, tak beberapa lama pintu lift pun mulai membuka, tepat di hadapannya terlihat ruang resepsionis, namun tak menyapa lagi ia hanya berjalan lurus menuju pintu Exit, tak sengaja salah satu pegawai resepsionis melihatnya.
"Sister? sister?" Findya yang tak peka, sama sekali tak menyetop langkah kakinya, melihat Findya yang tak menoleh lantas pegawai resepsionis itu berlari terburu-buru menghampiri Findya.
"Sister?"
"Eh...iya, ada apa pak?" Findya bertanya bingung pada pegawai tersebut.
"Kamu mau kemana?"
"Saya mau jalan-jalan aja disekitaran sini"
"Maaf sister untuk sekarang kamu belum bisa keluar kemana-mana dulu"
"Lah memangnya kenapa pak? cuman dekat-dekat sini aja kok" Findya sedikit membantah, padahal ia sudah melihat di ujung sana ada sebuah restaurant, mungkin saja restaurant tersebut menyediakan nasi, pikirnya seketika.
"Sister kamu gak punya Iqomah (Sejenis KTP), kalo nanti gak sengaja kamu bertemu dengan polisi bisa bahaya, kalo ada apa-apa dengan kalian, saya dan beberapa staf disini akan kena marah dari big boss"
"Tapi sayakan punya passport pak"
"Tetap saja sister, ini amanah dari big boss"
Dengan raut wajah sedikit kesal, terpaksa Findya kembali masuk ke dalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments