Episode 7

*Perjalanan Ke Jeddah

Pagi-pagi sekali, Ovi, Lifia dan Findya sudah menunggu di Loby, hanya berselang beberapa menit setelahnya sudah terlihat pak Abdellah di ujung sana berdiri seraya memanggil ke tiganya untuk beranjak dari situ.

“Pak drivernya mana? Katanya jam 7 udah ada disini tapi kok ini udah lewat 30 menit belum datang datang juga” Keluh Ovi.

“Bentar lagi pak Mahmoud datang, soalnya ada ban yang kempes jadi harus dipompa dulu” tak lama di sebut namanya, benaran datang pak Mahmoud di situ, setelah ia memarkir mobil, pak Mahmoud segera meraih koper-koper mereka untuk dimasukkan kedalam bagasi, tak lupa pak Mahmoud juga memperkenalkan dirinya pada Ovi, Findya dan Lifia.

“Saya dari bangladesh, saya bisa bahasa bangladesh tentunya” belum selesai pak Mahmoud mendeskripsikan dirinya, Ovi dan Lifia langsung tertawa terbahak-bahak.

“Saya juga bisa bahasa Arab, inggris dan Prancis, Mandarin bisa sedikit-sedikit” lanjut pak Mahmoud.

”Waah…” Ovi dan Lifia sedikit kagum dengan penguasaan bahasa dari pak Mahmoud ini, tak lama kemudian Lifia menyambung ucapan pak Mahmoud barusan dengan penuh semangat.

“Sama seperti teman saya yang ini pak” Lifia merangkul lengan Findya, sebaliknya Findya yang dibuat terkejut mulai menatap Lifia sedikit heran.

“Dia menguasai tiga bahasa, bahasa Inggris, Prancis, dan Jepang” Melihat Lifia yang sedikit berlebihan Findya segera menindih ucapannya.

“Aahm…pak kita jalan sekarang aja ya, ini sudah mau jam 8”

“Ok..ok” pak Mahmoud menyahut, namun dari tatapan matanya pak Mahmoud terlihat sangat kagum dengan Findya.

Pun dengan Ovi yang juga menatap kagum pada Findya, namun hatinya sedikit menolak dan menaruh rasa tak percaya atas omongan Lifia barusan benaknya mulai bertanya-tanya.

“Masa iya sih Findya bisa menguasai tiga bahasa?”

“Gak mungkinlah, itu belajarnya gimana”

“Buktinya bahasa Arab aja dia gak bisa”

Tatapan Ovi hampir tak beralih, ia terus menyoroti gerak-gerik Findya, benaknya mulai penasaran sembari mencari-cari jawaban sendiri atas pertanyaan batinnya tersebut, di sisi lain Findya sendiri tak habis fikir darimana Lifia mendapatkan informasi itu, seingatnya ia bahkan tak pernah menceritakan hal itu pada Ovi dan juga Lifia.

Tak seperti Lifia yang tau banyak tentang dirinya, sebaliknya Findya sendiri bahkan tak tahu Lifia ini siapa dan berasal dari Alumni mana, pendek saja ia baru mengenal Lifia saat mereka berkenalan di pesawat kemaren seharusnya Lifia juga sama, pikir Findya.

Tak mau terlalu ambil pusing dengan hal-hal yang menurutnya tak perlu difikirkan, Findya kembali menatap sisi jendela, seraya menikmati indahnya kota Riyadh yang tak lama dari itu pemandangannya mulai berganti menjadi gurun pasir hingga Findya perlahan-lahan mulai lelah dan merasa kantuk sampai ia benar-benar terlelap.

*****

“Ok, kita sudah sampai…” pak Mahmoud berteriak sedikit keras untuk membangunkan ketiganya yang tengah tertidur dikursi belakang.

Satu persatu dari mereka mulai terbangun, sejenak mereka duduk mengumpul nyawa, setelah cukup Findya mulai beranjak turun dari mobil, diikuti Ovi dan Lifia, setelah mengmbil koper, Findya berbalik kedepan menatap bangunan 12 lantai yang berdiri kokoh dihadapannaya saat ini, diatas gedung tersebut terdapat tulisan arab yang disandingkan dengan artinya dalam bahasa inggris sebagai “Dental and Dermatology Hospital”

Ketiganya hampir tak berkedip, sampai mereka dikagetkan oleh suara pak Mahmoud yang akan berpamitan, namun sebelum itu pak Mahmoud sedikit menjelaskan tentang bangunan 12 lantai itu.

“Ok, ini tempat kalian bekerja nanti, yang ada di hadapan kalian saat ini adalah rumah sakit spesialis gigi dan kulit, dan bangunan yang disebelah sana itu adalah rumah sakit umum, jadi asrama kalian ada di lantai 11 untuk perempuan dan di lantai 12 untuk laki-laki, selebihnya kalian akan mendapatkan informasi lebih dari kepala asrama”

“Ok tugas saya sudah selesai, tunggu sampai kepala asrama datang kesini, jangan kemana-mana” tandas pak Mahmoud mengingatkan, ketiganya kompak mengangguk, setelah itu pak Mahmoud bergegas pergi dari situ.

10 menit kemudian, tibalah seorang wanita berkulit putih dengan mengenakan abaya hitam berjalan menghampiri.

“Hai, kalian staff baru yang dari Indonesia kan?” Tuturnya to the point.

“Iya…” Ketiganya kompak menyahut.

“Kalian Ovi Yulandari, Lifia Mustika dan Findya Hannah Azzurah?” Wanita itu menatap layar handphonenya sekedar memastikan dengan membaca nama lengkap mereka lewat pesan yang dikirim langsung oleh kepala perawat, Mendengar nama mereka disebut Ovi, Findya dan Lifia langsung mengangguk.

“Ok, saya Cathreen, para perawat dan juga dokter disini sering manggil saya dengan sebutan miss Cathreen, saya kepala asrama wanita, saya dari Filiphin, selamat bergabung, saya sangat senang bertemu dengan kalian” tutur Cathreen sambil tersenyum.

Setelah itu Cathreen langsung memboyong mereka bertiga masuk ke dalam, tentu untuk menuju asrama mereka harus menggunakan lift yang terakses langsung dari ruangan loby rumah sakit, mereka berjalan ditengah-tengah ramainya pasien yang berkunjung, Findya merasa sedikit sungkan sejenak ia melihat penampakkan mereka yang menenteng tas dan mendorong koper di suasana lalu-lalangnya pasien seperti ini.

“Ahm…miss?” Tutur Findya sedikit ragu-ragu.

“Yea? Ada apa?”

“Emang gak apa-apa kita lewat sini?”

“Iya gak apa-apa santai aja, ini lift khusus kariyawan kok”

“Ting…” pintu lift mulai terbuka, Cathreen membantu mendorong koper-koper mereka masuk ke dalam lift, setelah itu mereka berempat berdiri diam menunggu lift akan terbuka sampai di lantai 11.

Namun baru saja tiba di lantai 3 lift tersebut mulai berhenti dan membuka, dihadapan mereka terlihat seorang cleaning service dengan tentengan pelnya ia berdiri disitu.

“Sorry liftnya penuh” ujar Cathreen seraya menekan tombol tutup.

Tidak lama kemudian, pintu lift kembali terbuka di lantai 5, kali ini yang terlihat serombongan pasien yang tengah berdiri dihadapan mereka, dengan tegas Cathreen mengingatkan pasien-pasien itu untuk tidak menyalahi aturan dan harus menggunakan lift yang sudah di khususkan untuk pasien.

“Kamu gak baca tulisan di samping? Ini lift khusus karyawan” Tegasnya, pasien-pasien tersebut langsung berpindah menuju lift yang lain.

Baru saja Cathreen menghela nafas, tiba-tiba pintu lift kembali terbuka di lantai 6 hampir saja ia bertanduk tujuh namun amarahnya menyurut seketika saat pintu lift terbuka dan di hadapan mereka sudah berdiri 2 orang pria muda yang mengenakan jas putih.

”Maaf dok, liftnya penuh” Terang Cathreen.

Saat berhadap-hadapan Lifia dan Ovi langsung melongo mata mereka hampir tak berkedip menatap seorang dokter muda yang tengah berdiri tepat dihadapan mereka saat ini, keduanya dibuat terpukau meski tak saling memberi tau namun Lifia dan Ovi sama-sama sepakat mengatakan kalau dokter itu begitu tampan dimata mereka, sementara Findya tak terlalu memerhatikan siapa yang berdiri didepan sana ia hanya fokus mencari-cari sesuatu yang ada di dalam tasnya.

“Mereka siapa?” Tanya salah satu dokter, yang berdiri di sebelah kiri dokter tampan tersebut menurut versi Lifia dan Ovi.

“Perawat baru dok” Tak memperpanjang obrolan, Cathreen segera menekan tombol tutup.

“Tadi itu dokter Zevran, dia dokter gigi umum disini”Ujar Cathreen, merasa ada celah Ovi langsung menyambung.

“Yang mana miss?”

“Yang nanyain kita barusan”

“Ow, kalau yang satunya lagi?”

“Yang mana? ganteng tadi?” Seketika dada Ovi dan Lifia berdentum mendengar pernyataan miss Cathreen, rupa-rupanya mereka sefrekuensi.

“Iya..iya yang ganteng itu” Ovi dan Lifia kompak menyahut, sejenak Ovi menatap Lifia ternyata dibalik diamnya Lifia, ia juga turut mengagumi dokter tampan tadi, pikir Ovi.

“Kalau dia itu namanya dokter Barra, dia itu dokter spesialis bedah dan implant gigi disini”

“Waow!” Ovi dan Lifia lagi lagi menyahut kompak.

Tak terasa mereka sudah sampai di lantai 11, obrolan mereka langsung terhenti, Cathreen segera membantu mengeluarkan koper-koper mereka dari lift, setelah itu mereka masih berjalan lagi sekitar 600 meter untuk bisa sampai di kamar yang sudah disiapkan, sepanjang perjalanan Cathreen menunjukkan dan menjelaskan setiap blok yang mereka lewati.

“Kalau ini sih blok A dan B rata-rata kamar perawat dari Singapur sih”

“Kalau yang blok C, itu kamar perawat dari India dan Bangladesh”

“Kalau yang sana blok D, itu kamar perawat dari Filiphin, kalian nanti di kamar Blok E itu gabungan perawat dari Indonesia dan Thailand”

“Nah kalo yang blok F itu kamar perawat dari Afrika”

Ovi, Lifia dan Findya terus menyimak sesekali juga mengangguki apa yang dijelaskan oleh miss Cathreen itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!