*Penentuan Ruangan Dinas
Big boss kembali melanjutkan ucapannya yang sempat terjedah tadi.
“Baiklah, karena ini adalah hari pertama kalian akan bekerja, jadi saya masih memaafkan kesalahan kalian” kalimat itu ditujukan untuk Ovi dan Lifia.
”Turki?” Panggil big boss pada seorang akuntan yang juga turut hadir disitu.
“Ya pak?” Balas Turki seraya melempar tatapan cukup seirus ke arah big boss.
“Ingat yah, perawat Indonesia yang dua orang itu gak perlu dipotong gajinya bulan ini”
“Baik pak”
“Dan untuk yang satunya lagi, itu siapa nama kamu?” Big boss melempar pandangan ke arah Findya, Sontak Lifia menyolek paha Findya, yang tak menyadari bahwa yang barusan dimaksud oleh big boss ialah dirinya.
“Saya pak, Findya” sahut Findya seraya mengangkat telapak tangan.
“Nanti untuk Findya, tolong dihitung over time selama 1 jam ya!”
“Baik pak” Turki kembali menyahut.
“Biar adil!” Tutup big boss, pelan namun cukup lugas.
“Besok besok saya tidak mau melihat lagi ada staff yang datang terlambat tanpa alasan yang jelas”
Big boss lalu memulai kalimat pembuka dengan mengucapakan rasa syukur yang tak terhingga kepada sang Pencipta, diikuti dengan ungkapan terimakasihnya pada seluruh Dokter dan juga Perawat yang sudah menyempatkan waktu untuk datang lebih awal sebelum jam kerja dimulai, hal ini sudah menjadi kebiasaan mereka untuk menyambut kedatangan pegawai baru baik itu Dokter maupun Perawat.
Tak banyak basa-basi, big boss segera mempersilahkan tiga gadis Indonesia itu secara bergiliran untuk melakukan perkenalan diri secara singkat dihadapan semua Dokter dan juga Perawat disitu, dimulai dari Findya.
“Hai, nama saya Findya Hannah Azzura, umur saya 23 tahun, saya dari Indonesia, kualifikasi saya sebagai Perawat umum” Findya kembali duduk, lalu gilirian Ovi dan Lifia setelahnya, usai perkenalan tersebut, lantas big boss meminta pak Siddiq selaku kepala Perawat untuk menentukan dimana seharusnya penempatan tiga perawat baru tersebut, pun pak Siddiq segera memberi penjelasan.
“Untuk Findya, kamu akan stay di ruangan Dental 2 khusus pasien akhwat, itu ruangan dokter Sana, itu dia orangnya” pak Siddiq sambil menunjuk sopan ke arah dokter Sana, pun dokter sana dan Findya kompak melempar pandangan dan juga melancipkan senyuman kecil, seraya memberikan sambutan satu sama lain.
“Lifia akan stay di ruangan Dental 15, itu ruangan khusus anak-anak, itu ruangan dokter Monira, yang sana orangnya” pak Siddiq kembali menunjuk dengan sopan ke arah dokter Monira.
“Dan Ovi, kamu akan stay di ruangan Dental 17, itu ruangan mix akhwat dan ikhwan, itu ruangan dokter Umar, yang itu orangnya” seraya menunjuk sopan ke arah dokter Umar.
“Tapi, kalian juga harus siap, jika sewaktu-waktu Dokter Barra membutuhkan perawat extra, mengingat beliau ini, merupakan dokter dengan urutan pertama yang pasiennya membludak tiap hari, jadi kalian harus siap kapanpun jika diminta” lanjutnya, namun disini Findya dalam hati agak keberatan, rasanya kalau boleh memilih ia tak mau lagi berurusan dengan dokter yang sangat menyebalkan itu, batinnya berteriak kesal didalam sana, berbeda dengan Ovi dan Lifia yang kelihatan semringah saat pak Siddiq berucap seperti itu barusan.
Setelah itu pak Siddiq kembali menjelaskan bahwa untuk satu minggu kedepan, ketiga Perawat Indonesia itu akan menjejaki vase orientasi yang akan didampingi oleh Perawat senior untuk mengenalkan berbagai rentetan alat-alat dental, mengingat Findya, Ovi dan juga Lifia berangkat dari Perawat umum yang tak ada bayangan sama sekali dengan instrument yang berbau-bau Dental tersebut.
Waktu kini menunjukkan hampir pukul 8 pagi, itu tandanya rapat ini akan segera berakhir, bertepatan dengan seorang bodygoard yang terlihat tengah menghampiri big boss seraya membisikkan sesuatu, merasa paham dengan apa yang disampaikan tersebut bigg boss langsung mengangguk dan berbicara agak berbisik pada bodygoard tersebut namun ucapannya itu masih bisa didengar oleh yang lain.
“Ok, ok bilang ke dia, ini saya sudah mau kesana sekarang”
“Baik pak” sahut bodyguard itu, seraya berjalan kembali ke posisinya semula.
“Baiklah, saya pikir cukup, untuk rapat kita hari ini, untuk semuanya semangat dan selamat bekerja, wassalamu’alaikum Wr. Wb.” Semua kompak menjawab salam bigg boss tersebut, tak menunggu lama, bigg boss terlihat langsung beranjak keluar disusul dengan seperangkat bodyguardnya dari belakang, setelah itu suasana pun mulai terlihat bernyawa dengan suara-suara yang mulai menyeruak diruangan itu.
Terlihat dokter Barra yang mulai beranjak dari tempat duduk, diikuti dr. Zevran dan juga beberapa rekan dokter lainnya mulai beranjak satu per satu meninggalkan ruang rapat, namun terlihat bagaimana akrabnya hubungan dr. Barra dan dr. Zevran, keduanya terlihat mengobrol kecil saat keluar dari ruangan, hingga obrolan mereka tersebut mulai meruncing ke arah pembicaran terkait tiga orang wanita Indonesia tadi.
“Perawat dari Indonesia itu cantik-cantik juga ya ternyata!” Kagum dr. Zevran yang misinya saat ini memang sedang mencari-cari pendamping hidup.
“Elah, biasa aja” dr. Barra menepis dengan dingin, seraya menekan tombol lift, keduanya pun lalau berdiri menunggu pintu lift akan membuka, seraya membalas lambaian dari dokter-dokter lain yang lebih memilih turun menggunakan tangga.
“Kelihatannya mereka juga gak ada isi tuh” lanjut dr. Bara masih dengan kalimat-kalimatnya yang terus meremahkan.
“Ya kita kan belum tau” sahut dr. Zevran santai.
“Aku udah tau, aku udah pernah ketemu mereka sebelumnya” dokter Barra menerangkan sembari belagak sok paling kenal.
“Zev? kamu kalo mau cari jodoh mending sama perawat Philipin atau Thailand mereka smart smart semua” lanjut dr. Barra memberi saran pada sohibnya yang mulai bosan dengan kejomloannya itu, dr. Barra berkata seperti itu bukan tanpa alasan, karena sejak rumah sakit ini beroperasi sekitar 30 tahun yang lalu, memang Perawat dari Philipin dan Thailand yang selalu bergantian mendapatkan predikat Perawat paling smart dan paling teladan, dalam kurun waktu tersebut ini adalah kali pertama rumah sakit mereka kedatangan Perawat dari Indonesia.
“Aku kalo mau udah dari dulu Bar!”
“Ya terus?”
“Beda agama brow” pekik dr. Zevran sedikit bercanda.
“Ya tinggal disuruh mualaf aja, gampang kan?” Papar dr. Barra tanpa filter, pikirnya segampang itu orang akan berpindah keyakinan hanya karena cinta.
“Lagian ngapain juga sih kamu suka sama anak-anak ingusan seperti mereka!” Yang dimaksud dr. Barra ialah Findya, Ovi dan Lifia.
“Lah, kok pembahasannya lebar sampe kesini sih, padahal tadi aku kan cuman bilang mereka itu cantik, bukan berarti aku cinta dong sama mereka” papar dr. Zevran seraya menyeringai lucu akan obrolan mereka yang mulai meracau kemana-mana itu.
Sementara didalam ruangan rapat, ke tiga Indonesian girl itu mulai di hampiri oleh dokter mereka masing-masing, seraya ketiga dokter tersebut membawa sesuatu untuk disedorkan pada perawat baru yang akan bertugas diruangan mereka tersebut, Findya dan Lifia mendapat sebucket bunga over size dengan bertuliskan kalimat ‘Welcome and nice to meet you’ dari dr. Sana dan juga dr. Monira, sedangkan Ovi hanya mendapatkan sekotak cokelat berukuran middle dengan tulisan yang sama dari dr. Umar, dikarenakan dr. Umar dan Ovi merupakan partner kerja yang bukan mahrom jadi dr. Umar tak diizinkan untuk memberikan hadiah atau sesuatu yang bersifat intim, seperti bunga misalnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments