Bertemu Lin Hua asli

Lin Hua dan si kembar sudah duduk di dalam kereta kuda . Setelah memastikan ketiganya duduk dengan baik, sang kusir pun menjalankan keretanya.

Lin Hua memejamkan kepalanya yang terasa pusing . Sejak bertemu dengan Ling-ling dan jenderal Huang kepalanya merasa sakit.

"Mama kenapa?" tanya Jin Hui khawatir. Apalagi melihat wajah Lin Hua yang nampak pucat.

"Mama tidak papa kok , Sayang ."

"Wajah Mama pucat ."

"Kepala Mama agak pusing sedikit. Jadi mama mau tidur dulu sebentar," pinta Lin Hua dengan lembut.

"Bagaimana kalau kita kembali ke lumah Kakek?" usul Jin Hai.

"Bukannya sembuh, yang ada malah kepala mama tambah sakit," tolak Lin Hua tanpa membuka matanya.

"Pasti gala-gala olang tadi . Kok meleka ke lumah kakek sih?" omel Jia Yi dengan bibir mengerucut.

"Ya iya lah . Mereka kan anak kakek," jawab Lin Hua dengan tersenyum. Dia membuka matanya sebentar sebelum kembali menutupnya.

"Ha, saudala Mama dong," pekik Jia Yi terkejut.

Lin Hua sering memberi nasehat pada mereka untuk saling menyayangi dan hidup rukun. Tapi dari yang mereka lihat hubungan Lin Hua dengan saudaranya tidak ada rukun-rukunya.

Lin Hua sebenarnya enggan mengakui Ling Ling menjadi saudaranya. Serba salah jadinya . Saat hendak menjawab tiba-tiba kepalanya terasa sakit .

"Mama tidur sebentar sayang ,"ucap Lin Hua sebelum menutup matanya. Tiba-tiba kesadarannya menghilang.

Si kembar mengira Lin Hua sedang tidur . Keduanya tidak berani mengganggu . Mereka pun memilih melihat pemandangan dari jendela kereta .

Lin Hua membuka matanya yang terasa berat . Betapa terkejutnya Lin Hua saat mengetahui keberadaannya saat ini .

Saat ini Lin Hua berada di sebuah taman yang sangat indah . Berbagai jenis bunga tumbuh subur dan bermekaran. Yang jadi pikirannya saat ini dimana ia berada?

"Ini dimana?" gumam Lin Hua sambil tengok kanan kiri.

"Jin Hai !! Jia Yi!" panggil Lin Hua dengan keras . Dia merasa khawatir dengan keadaan si kembar . Kemudian ada yang memanggil namanya .

"Halo Merleen."

Deg!

Lin Hua pun menoleh. Ternyata Lin Hua asli yang menyapanya.

"Kamu Lin Hua kan?"

"Benar . Aku lah pemilik dari tubuh yang kini kau gunakan," jawab Lin Hua yang asli.

"Oh, sudah waktunya aku pergi dong?" ucap Merleen enteng .

"Pergi kemana?"

"Ya, mungkin saja kembali ke dunia asalku."

"Kamu salah. Tubuhmu sudah hancur .Kamu sudah tidak bisa kembali ke dunia asalmu."

"Terus apa tujuanmu kesini?"

"Disini aku hanya ingin berkenalan sekaligus berterima. Terimakasih sudah mengurus kedua anakku. Terimakasih sudah menjaga ibuku," ungkap Lin Hua asli dengan tulus .

"Akulah yang harus berterimakasih. Terimakasih sudah memberikan ragamu untuk ku tempati ."

"Aku punya satu permintaan untukmu . Bolehkah kamu mewujudkannya?" pinta Lin Hua dengan sendu .

"Apa itu? Selama aku bisa mewujudkannya tentu akan aku lakukan," janji Merleen serius .

"Tolong bantu aku untuk membuat orang yang sudah menjebak ku mendapatkan hukuman. Pulihkan nama baikku," pinta Lin Hua.

"Siapa mereka?"

"Aku akan membagikan ingatanku padamu . Bersiaplah!"

Lin Hua yang asli membagikan semua ingatan yang ia punya pada Merleen. Kebanyakan sudah ia dengar dari ibu dan juga pamannya. Namun ada pula yang tidak di ketahui oleh ibunya. Contohnya peristiwa yang membuat dirinya tercemar.

"Aku berjanji akan membalas orang-orang yang sudah menyakitimu ," ucap Merleen dengan sungguh-sungguh.

"Terimakasih,"ucap Lin Hua asli dengan tulus.

"Terimakasihnya nanti saja kalau semuanya sudah selesai ."

"Sekarang aku bisa pergi dengan tenang. Selamat tinggal!"

Tak lama kemudian Lin Hua yang asli menghilang. Merleen masih terdiam ditempat itu dan merenungkan kejadian yang baru ia alam. Matanya kembali tertutup. Tak lama kemudian ia pun sadar. Ia kembali berada di dalam kereta. Dia melihat kedua anaknya yang sudah terlelap.

"Tolong antarkan kami ke penginapan terdekat Paman ,"Ucap Lin Hua dengan sopan.

"Baik Nona ."

Sebenarnya selain berkunjung ke rumah Menteri Li, Lin Hua mempunyai keperluan yang lebih penting. Dia mau memasarkan hasil produk olahannya.

Dia membawa beberapa botol minyak kelapa, minyak wijen dan minyak kemiri . Tempat yang menjadi tempat tujuannya tentu saja restoran.

Lin Hua membangunkan si kembar sebelum turun. Tidak sulit membangunkan keduanya .

"Sudah sampai. Ma ?" tanya Jin Hai sembari mengucek matanya .

"Belum sayang . Kita istirahat disini dulu untuk sementara waktu," jawab Lin Hua sambil mengelus rambut sang putra. Tak lama kemudian Jia Yi pun terbangun.

"Kenapa kita turun disini Ma?" tanya Jia Yi dengan cemberut .

"Maaf sayang. Kepala Mama sakit.Jadi kita tunggu tinggal disini untuk sementara," ucapnya beralasan.

Mendengar mamanya sakit , si kembar tidak bisa menolak .

"Baiklah."

"Ayo kita turun ,"ajak Lin Hua.

Setelah membantu si kembar turun dari kereta , Lin Hua mengajak mereka untuk melakukan pemesanan kamar.

Meski tidak seluas kamarnya , namun kamarnya bersih cukup nyaman untuk ditinggali. Setibanya di kamar ,Lin Hua langsung mengajak si kembar untuk istirahat terlebih dahulu . Untuk yang lain urusan nanti.

Pangeran Chen mendapatkan informasi jika Lin Hua berhenti di sebuah penginapan. Dia memang menyuruh anak buahnya untuk mengawasi pergerakan Lin Hua.

Pangeran Chen pun berniat untuk menyusul mereka . Setelah mengganti pakaiannya , dia berniat untuk langsung berangkat.

Jika semalam ia menemui Lin Hua dengan cara sembunyi-sembunyi, maka sekarang Pangeran Chen memilih untuk terang-terangan. Semoga saja rencana berhasil.

"Mau kemana kak?" tanya pangeran Mahkota ketika mereka sedang berpapasan. Kebetulan Pangeran Mahkota memang ingin bertemu dengannya.

"Mau keluar. Apa ada keperluan denganku?"

"Ada sesuatu yang ingin aku diskusikan dengan kakak," jawab pangeran Mahkota.

"Soal?"

"Soal pembicaraan yang terjadi di Balairung tadi."

"Oh..."

Pangeran Chen bingung . Sebenarnya kalau bukan ingin segera bertemu dengan Lin Hua dan si kembar , pangeran Chen pasti akan langsung menyetujuinya. Namun sayangnya pikirannya saat ini sedang tertuju pada mereka bertiga.

Melihat kakaknya terdiam seperti itu membuat pangeran mahkota menunda keinginannya. Tidak biasanya pangeran Chen bersikap seperti itu . Pasti urusannya sangat penting .

"Nanti saja Kak. Masih ada sesuatu yang aku urus ."

Belum juga pangeran Chen memberikan jawaban , pangeran mahkota sudah mengutarakan pendapatnya. Dia ma setuju aja .

"Baiklah. Kalau begitu aku pergi dulu ."

Pangeran Chen tanpa beban meninggalkan pangeran mahkota sambil tersenyum. Belum pernah sekalipun pangeran Mahkota melihat pangeran Chen bersikap seperti itu . Jangan-jangan.....

"Aku harus bilang sama ibu ratu nih," gumam pangeran Mahkota dengan tersenyum lebar .

Kedua pengawal yang mengikutinya dari belakang hanya bisa saling pandang dan tersenyum.

"Kita temui Ibu Ratu dulu ," ucap pangeran mahkota sebelum membalikkan tubuhnya untuk pergi ke paviliun Ratu.

Tanpa mengucapkan apapun kedua pengawal itu mengikuti pangeran mahkota.

Terpopuler

Comments

Armyati

Armyati

Thor typo nama bertebaran dari awal🙏🙏🙏 byk pembaca yg bingung namax🙈🙏

2024-03-05

3

Welda Arsy❤

Welda Arsy❤

yasmin apa lin hua,,,bingung aq.

2024-02-29

1

nacho

nacho

nama cina kurang mantap kebanyakan suda nama mcam tu

2024-02-28

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!