Rencana usaha

"Benda apa ini Lin'er?" tanya Li Qin penasaran.

Li Qin baru saja pulang dari restoran. Setibanya di rumah ia menemukan sejenis wajan yang berukuran besar. Belum pernah ia melihat benda seperti ini.

"Ini namanya...apa ya? Aku sendiri juga tidak tahu namanya," jawab Lin Hua sambil terkekeh.

"Tidak tahu namanya kok bisa ada disini. Memang nya siapa yang sudah membelinya?" tanya Li Qin heran.

"Aku. Bukan beli sih sebenarnya. Tapi aku pesan."

"Memangnya benda seperti ini mau kau buat apa?"

"Rencana sih untuk membuka usaha ,"ucap Lin Hua menjelaskan.

"Usaha apa? Jangan aneh-aneh deh kamu. Si kembar juga masih kecil."

"Tidak mungkin kan aku selalu bergantung pada ibu. Aku_"

Lin Hua belum sempat melanjutkan ucapannya,namun sudah dipotong oleh Li Qin. Li Qin nampak tidak suka mendengar Lin Hua ingin bekerja.

"Kenapa jika kamu bergantung pada ibu? Tidak ada yang melarang kan . Ibu suka jika kamu malah bergantung pada ibu," ucap Li Qin dengan cemberut.

"Bukan begitu, Bu. Aku hanya ingin mempunyai kegiatan lain selain mengurus si kembar. Apa lagi jika kegiatan itu menghasilkan uang. Lagi pula aku tidak berniat untuk bekerja sendiri."

"Maksudnya?"

"Aku hanya bertugas mengarahkan tanpa bekerja."

"Oh...terus siapa yang akan mengerjakan?"

"Tentu saja orang lain. Tapi untuk sementara aku akan meminta para pelayan. Jika hasilnya bagus, baru aku mau cari pegawai."

Li Qin tidak menyangka jika Lin Hua mempunyai pemikiran lebih dewasa sejak ingatannya hilang. Dia bersyukur akhirnya Lin Hua tidak terpuruk seperti sebelumnya.

"Tolong jangan melarang ku ibu . Aku kan juga ingin jadi ibu yang membanggakan buat Jin Hai dan Jia Yi ," pinta Lin Hua penuh harap.

Lin Hua menatap Li Qin dengan penuh permohonan. Tatapanya nampak sendu dan berkaca-kaca. Li Qin tidak tega melihatnya.

"Baiklah. Ibu tidak melarang. Tapi ibu minta untuk tidak terlalu sibuk. Kasihan si kembar," ucap Li Qin memberi nasehat.

"Ibu tenang saja."

"Kalau boleh ibu tahu, kamu ingin membuka usaha apa?"

"Pembuatan minyak goreng."

"Minyak goreng?"

"Iya."

"Itu jenis masakan?"

"Bukan. Tapi digunakan untuk memasak."

"Ha?"

"Susah jelasinnya. Lebih baik ibu lihat langsung hasilnya."

"Baiklah."

"Kok tumben ibu sudah pulang?"

"Kangen sama si kembar. Dimana mereka?"

"Jia Yin lagi tidur. Kalau Jin Hai dibawa jalan sama Qiang."

"Kalau begitu ibu mandi dulu."

Li Qin meninggalkan Lin Hua sendiri di depan. Tubuhnya lelah dan lengket. Tidak sabar rasanya untuk segera mandi.

Sedangkan Qiang membawa Jin Hai ke restoran. Kedatangan mereka membuat heboh pegawai restoran.

Qiang diberi kepercayaan untuk mengurus salah satu restoran oleh Meng Li. Sedangkan dua restoran yang lain di pegang sendiri.

Qiang masih dibantu oleh sang Ibu yang tak lain Jia Li. Jia Li sudah lama mengurus restoran itu membantu sang suami.

"Non Qiang sudah cocok loh jadi ibu," goda salah satu pelayan yang duduk di sampingnya.

"Iya nih. Kapan Non nikahnya?" lanjut yang lain. Kebetulan restoran tidak begitu ramai. Sehingga mereka gunakan untuk beristirahat.

"Kalian bisa saja. Nunggu _"

Qiang tidak melanjutkan ucapannya saat pandangannya tak sengaja melihat tiga orang tamu yang baru memasuki restoran.

Dilihat dari pakaiannya mereka terlihat seperti prajurit. Ketiganya memakai baju zirah yang membuat mereka nampak gagah. Apalagi ketiganya memiliki wajah yang sangat tampan.

"Cakep ya Non, " goda pelayan tadi saat melihat Qiang menatap tiga lelaki itu tanpa kedip.

"Banget!"

"Kalau nikah sama dia mau tidak Non?"

"Mau banget!"

"Hampiri dong Non. Siapa tahu salah satu dari mereka ada yang nyantol."

"Ogah... memangnya aku wanita apaan. Bisa dijadikan bubur kalau sampai ibu tahu," jawab Qiang dengan bergidik. Apalagi kalau tunangannya sampai tahu. Bisa besar urusannya.

"Tapi kok wajah salah satu dari mereka kayak nggak asing ya Non?"tanya pelayan itu sambil berfikir.

"Maksudmu?"

"Wajahnya ...mirip banget sama tuan muda Jin Hai. "

Qiang terkejut mendengarnya. Dia menatap Jin Hai yang berada di gendongannya. Kemudian menatap wajah dari salah satu dari prajurit itu.

Merasa ada yang memperhatikan, pangeran Chen mencari asal pandangan itu. Matanya bertatapan dengan Qiang . Dia dapat melihat raut terkejut dari Qiang.

Karena merasa tidak mengenalnya, Pangeran mengalihkan pandangannya. Menurutnya Qiang sama saja seperti wanita lain yang terpesona kan ketampanannya. Bukan salahnya kan jika terlahir tampan?

Pangeran Chen baru saja pulang dari wilayah Sichuan. Kedua orang yang bersamanya ini merupakan Ji Sho sang pengawal pribadi dan jenderal Huang yang tak lain mantan tunangan Lin Hua.

Jenderal Huang sudah resmi menikah dengan Ling-ling. Namun hubungan keduanya tidak seperti rumah tangga orang lain.

Setelah menikah jenderal Huang lebih suka tinggal di asrama keprajuritan. Cintanya pada Lin Hua bukan hanya bualan semata. Namun karena bualan Ling-ling tentang sikap buruk Lin Hua membuatnya kecewa. Apalagi saat mengetahui tentang kehamilannya.

Sebenarnya ia tidak menginginkan pernikahan dengan Ling-ling. Apalagi Ling-ling kakak dari Lin Hua .

Namun keputusan ibunya tidak bisa diganggu gugat. Jadi dari pada ibunya kenapa - napa lebih baik menuruti ibunya menikah dengan Ling-ling.

"Maaf...kalau boleh saya tahu, apa pesanan tuan semua."

"Nasi sama sop ayam. Serta ayam panggang khas restoran ini," jawab Ji Sho.

"Baiklah ada yang lain?"

"Air putih saja. Terimakasih."

"Baik tuan."

Pelayan itu pun pergi setelah mencatat pesanan mereka. Ketiganya diam bagai orang yang tidak saling kenal.

Pangeran Chen bukanlah tipe orang yang ramah.Dia cenderung dingin dan juga kasar. Dia hanya akan membuka mulut ketika dibutuhkan.

Ji Sho sudah hafal betul dengan sikap pangeran Chen. Jika tidak ada perlu penting, ia pun jarang berbicara dengan pangeran Chen.

Beda dengan Jendral Huang yang baru kali ini bertugas dengan nya. Sebenarnya Jendral Huang sudah dari tadi mulutnya gatal ingin mengeluarkan Suara. Namun aura pangeran Chen membuatnya mengurungkan niatnya.

Setelah selesai makan, ketiganya meninggalkan restoran itu. Kemudian kembali memacu kuda mereka kembali ke kota kekaisaran.

Sedangkan Qiang yang sedari tadi memperhatikan mereka, sampai saat ini masih duduk di tempat semua. Dia nampak shock melihat wajah sang keponakan mirip dengan salah satu tentara.

"Jangan bilang jika lelaki itu memang ayah Jin Hai dan Jia Yin ?" gumam Qiang. Dia tidak menyadari jika sang ibu menghampirinya.

"Lihat apa sih kok kayaknya seru banget?"

Jia Li menatap kearah pandang sang putri, namun tidak terlihat apapun yang mencurigakan

"Ibu! "

"Tidak usah malu begitu. Liatin siapa sih, kok ibu jadi penasaran?"

"Ibu tahu tidak, siapa ayah si kembar?"

"Mana ibu tahu. Bibi Li Qin saja tidak mengetahuinya. Apalagi Li Hua hilang ingatan. Memangnya kenapa kamu mempertanyakannya?"

"Tadi aku melihat orang yang mirip dengan Jin Hai."

Deg!

"Kamu tidak bohong kan?"

"Buat apa Qiang bohong tidak ada artinya juga? "

"Terus dimana orang itu sekarang?"

" Sudah pergi. Karena itu aku natap pintu sedari tadi. "

" Oh....cakep tidak orangnya ? "

"Persis banget sama Jin Hai. Hanya usia yang membedakan nya."

"Kok ibu jadi jadi penasaran ya? Jadi pengen liat langsung orangnya."

"Dari penampilannya sih dia prajurit."

"Apa?!!!"

"Jangan teriak napa sih bu. Malu tahu sama para pelanggan."

"Oh iya. Maaf... Ibu hanya semangat. Kasihan sama si kembar yang tidak mengenal ayahnya.

"Semoga saja ayah Jin Hai orang baik."

Terpopuler

Comments

Sadboy

Sadboy

nahnahnahnahnah siapa lagi itu Olivia sama wiliam

2024-03-19

2

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trussabsr

2024-03-11

0

Uci Umami

Uci Umami

nama anaknya juga typo Jin Hai dan Jia Yi Thor...bukan Olivia dan William

2024-03-11

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!