Rival bisnis

Li Qin membelikan rumah kosong sebagai tempat untuk Lin Hua memulai usahanya. Dia juga turut membantu mencarikan pegawai untuknya .

Lin Hua dengan senang hati menerimanya. Dia bukanlah orang munafik . Untuk mendapatkan semua itu butuh modal yang cukup besar. Apa salahnya di menerima bantuan dari ibunya.

Namun Lin Hua tidak menerima semua bantuan itu secara cuma-cuma. Dia menganggap Li Qin sebagai investor utama .

Selama usahanya mendapatkan keuntungan, maka Li Qin juga berhak mendapatkan keuntungan itu. Selain itu untuk tahap awal, minyak yang ia produksi akan dipakai untuk memasak di restoran yang dikelola oleh sang ibu dan juga pamannya.

Rumah yang Li Qin beli hanya berjarak lima rumah. Kebetulan pemilik rumah itu pindah ke kota kekaisaran. Sudah dua tahun lebih rumah itu dibiarkan kosong dan tak terawat .

Lin Hua tidak hanya membersihkan rumah itu namun juga merenovasinya. Butuh waktu hingga sebulan sampai rumah itu bisa digunakan.

Selama menunggu rumah itu siap digunakan, Lin Hua tetap memproduksi minyak di rumah sang Paman.

Lin Hua membagikan resep berbagai makanan yang diolah dengan cara di goreng pada Li Qin dan juga Meng Li. Hal itu membuat restoran mereka semakin ramai .

Tidak semua orang mau menerima keberhasilan yang dicapai orang lain. Ada juga orang yang iri dan tidak suka akan keberhasilan itu .

Begitupun yang dirasakan oleh pemilik restoran yang bernama Wang Lee. Wang Lee mempunyai restoran yang tempatnya berjarak satu kilo meter dari restoran yang dikelola oleh Li Qin

Selama ini Wang Lee tidak begitu iri dengan restoran Li Qin. Karena pelanggan yang datang tidak lebih banyak dari pelanggan yang datang ke restoran miliknya.

Namun sejak Li Qin menjual aneka gorengan membuat pelanggannya beralih ke restoran milik Li Qin.

Sebenarnya ada empat restoran yang ditinggalkan oleh orang tua Li Qin. Satu dikelola oleh Li Qin sedang tiga lainya dikelola oleh Meng Li.

Sebenarnya Meng Li berniat membagi menjadi dua. Dua untuknya dan dua untuk Li Qin. Sayangnya Li Qin hanya ingin satu saja.

Wang Lee menyuruh anak buahnya untuk mencari rahasia yang membuat restoran Li Qin menarik pelanggan miliknya.

"Apa yang kamu dapat?" tanya Wang Lee pada mata - mata yang ia kirim.

"Ada resep baru yang mereka kembangkan tuan. Rasanya gurih dan ada kriuk-kriuknya."

"Kamu membawa contohnya?"

"Ini tuan."

Anak buah Wang Lee menunjukan bungkusan yang berisi ayam goreng krispi. Wang lee melongo begitu melihat bentuk dari ayam goreng krispi.

"Ini apa?" tanya Wang lee di tengah keterkejutannya.

"Ayam goreng krispi," jawab anak buah Wang Lee dengan jujur.

"Coba anda rasakan!"

Wang lee mengambil satu ayam krispi dan menggigitnya.

Kres!!!

Mata Wang Lee melotot merasakan ayam goreng itu. Kemudian Wang lee dengan lahap memakannya dengan lahap. Dia mengakui jika rasa ayam krispi itu sangat menggugah selera.

"Kok ayam bisa dimasak seperti ini?" tanya Wang lee heran.

"Maaf tuan. Saya masih belum bisa menemukan resepnya," jawabnya sambil menunduk.

Wang Lee tidak menyalahkan anak buahnya. Tidak mudah mencuri resep dari orang lain.

"Coba kamu dekati pelayan yang bekerja di restoran itu, " usul Wang lee sambil terus makan.

"Baik tuan."

"Pergilah!"

Setelah anak buahnya pergi Wang lee kembali memakan ayam krispi yang tersisa. Sambil memikirkan rencana yang akan ia lakukan kedepannya.

Lin Hua sedang memantau para pegawainya. Ada sekitar dua puluh orang yang bekerja padanya. Semuanya warga yang tinggalnya tidak terlalu jauh dari rumahnya.

Lin Hua membagi orang-orang itu kedalam tiga bagian. Ada yang bertugas untuk mencari pohon kelapa. Ada yang bertugas untuk memarut kelapa. Dan yang terakhir bertugas untuk mengaduk santan hingga menjadi minyak kelapa.

"Bolehkah saya berbicara sesuatu Nona?" tanya seorang pegawai saat Lin Hua sedang istirahat di gazebo.

"Tentu saja. Katakanlah!"

"Apa minyak ini nantinya akan di kirim khusus untuk restoran Nyonya Li Qin sama tuan Meng Li saja?"

"Tentu saja tidak. Kita juga bisa menjualnya ke pasar atau toko. Kenapa kamu bicara seperti itu?"

"Sebenarnya saya juga mau beli buat istri di rumah," jawab pegawai itu dengan muka memerah. Lin Hua sampai gemas melihatnya.

"Oh, tenang saja. Kamu bisa membeli disini dengan harga diskon."

"Harga diskon?"

"Iya. Misalkan harga minyak satu gelas ini tiga koin tembaga. Setelah mendapatkan diskon kamu bisa membeli dengan harga dua koin tembaga , atau bahkan satu koin tembaga."

"Benarkah?"

"Tentu saja. Hanya saja beli seperlunya saja. Jika kurang kamu bisa beli lagi," jawab Li Hua dengan bijak.

"Terimakasih Nona."

"Sama-sama."

Setelah itu pegawai itu meninggalkan Lin Hua sendiri. Lin Hua tiba-tiba teringat si kembar yang ia tinggal di rumah. Lin Hua pun memutuskan untuk pulang.

Tidak sampai lima menit, telah sampai di rumah. Si kembar langsung berteriak heboh melihat kedatangannya. Mereka meninggalkan mainannya dan merangkak menghampiri Lin Hua.

"Ma ma ma ," panggil Jin Hai yang mulai bisa memanggilnya mama. Lin Hua memang sengaja membiasakan dirinya dipanggil mama.

"Kangen mama ya?"

Lin Hua membawa Jin Hai kedalam gendongannya. Jia Yi pun tak mau kalah. Dia juga ingin di gendong seperti kakaknya.

"Ma ma ma."

"Putri mama juga mau gendong ya?" goda Lin Hua dengan terseyum.

Seolah mengerti dengan ucapan Lin Hua, Jia Yi tersenyum sambil merentangkan tangannya. Dengan senang hati Lin Hua membawanya dalam gendongan.

Jadinya Lin Hua menggendong mereka kanan dan kiri. Nian berniat menggendong salah satu dari mereka. Namun keduanya kompak menolak.

Sepertinya si kembar sudah rindu dengan Lin Hua. Jadi mereka masih ingin bermanja dengannya.

"Apa Jin Hai sama Jia sudah makan, Nian?"

"Sudah Nona. Tapi hanya sedikit," jawab Nian dengan jujur.

Lin Hua sudah memberi makanan pendamping buat Jin Hai dan Jia Yi sejak usianya menginjak enam bulan.

Lin Hua mengajari Nian membuat makanan buat si kembar. Jika dia ada waktu, Lin Hua lebih suka membuatnya sendiri. Namun jika tidak ada, maka Lin Hua memberi kepercayaan buat Nian untuk membuatnya.

"Apa buburnya masih ada?"

"Ada Nona. Apa Nona mau menyuapi tuan dan nona muda sekarang?"

"Tolong ambilkan."

"Baik Nona."

Nian mengambil makanan yang sudah ia persiapkan. Kemudian memberikannya pada Yasmin.

Melihat makanan yang dibawa oleh pengurusnya, Jin Hai dan Jia Yi kompak menekuk wajah mereka. Tentu saja hal itu membuat Lin Hua heran.

Tidak biasanya si kembar menolak untuk disuapi. Biasanya dua duanya akan memakan bubur buatannya dengan lahap.

Lin Hua mengambil satu sendok kecil bubur untuk di suapkan di mulut si kembar. Namun tingkah si kembar membuatnya lagi-lagi heran.

"Kenapa?"

Jin Hai dan Jia Yi menggelengkan kepalanya. Karena penasaran Lin Hua mencicipi bubur buatan Nian.

"Huek...siapa yang tadi membuat bubur ini?"

"Maafkan saya Nona. Tadi tuan dan nona muda tidak mau ditinggal, jadi saya tidak bisa masak sendiri."

"Jadi?"

"Saya meminta Bibi Liu untuk memasaknya."

"Apa di dapur ada buah?"

"Ada nona."

"Kalau begitu haluskan sedikit buah buat mereka."

"Baik Nona."

Terpopuler

Comments

Karunia Disha

Karunia Disha

ini drtd kok ada yasmin trs y thoorr

2024-03-22

1

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trussabar

2024-03-11

0

Cahaya yani

Cahaya yani

seht sll thooorr, smngt up ny , mksih dah up thooorr

2024-02-19

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!