Pulang

Lin Hua sudah siap untuk membawa kedua anaknya kembali ke Xi'an. Semua barang bawaannya sudah ia kemas dengan rapi.

Rencananya Menteri Li akan ikut mengantar kepulangan mereka. Apalagi setelah mendengar cerita dari Jin Hai jika perjalanan mereka sempat di hadang oleh bandit saat berangkat.

Kini Lin Hua menunggu ayahnya di ruang tamu bersama si kembar. Ketiganya sudah siap untuk berangkat. Para pelayan membawa barang bawaan mereka ke kereta .

Tap ... Tap....Tap

"Ayo berangkat!" ajak Menteri Li yang baru saja tiba di ruang tamu.

"Ayo!" sorak Jia Yi dengan riang . Lin Hua dan yang lain hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkahnya.

Mereka pun siap untuk berangkat. Namun langkah mereka terhenti saat dari arah berlawan muncul Ling Ling dan juga jenderal Huang.

"Ayah mau kemana?" tanya Ling Ling sambil menatap Lin Hua dan si kembar.

Menteri Li melirik Lin Hua sebelum menjawabnya. Namun yang dilirik hanya menunjukkan raut wajah datar.

"Ayah mau mengantarkan Lin'er pulang."

"Oh, saya kira dia sudah tidak akan pulang kemari . Tidak tahunya datang-datang malah membuat keributan," sindir Ling Ling dengan nada mencemooh.

"Apa maksudmu Ling?" tanya Menteri Li heran dengan ucapan putri sulungnya.

"Dia sudah menjebloskan paman Dao ke penjara . Ayah kenapa hanya diam saja!" bentak Ling Ling dengan keras. Sungguh tidak ada sopan-sopannya pada orang tua.

"Kenapa kalau tabib gadungan itu di penjara? tidak terima?" tanya Lin Hua datar .

Meski ia tidak mengenal dua orang yang baru datang itu , namun Lin Hua bisa menebak identitas mereka . Siapa lagi kalau bukan saudara tiri dan mantan tunangan Lin Hua asli .

"Apa salah paman sampai kau memasukkannya ke penjara ?" seru Ling Ling tak terima.

"Menurutmu?? Apa mungkin pihak keamanan akan menghukum orang yang tidak bersalah ke penjara?" sindir Lin Hua telak.

"Tapi kan paman sudah membantu mengobati ayah ."

"Mengobati apa mau membunuhnya?"

"Kamu !!!"

"Apa ? "

Ling Ling terkesiap mendengar setiap sanggahan Lin Hua. Lin Hua yang ia kenal tidak suka berdebat. Dia lebih menerima semua kesalahan yang ia limpahkan padanya.

Bukan hanya Ling Ling yang kaget akan perubahan Lin Hua. Jenderal Huang yang sedari tadi tidak mengalihkan pandangannya dari Lin Hua juga kaget

"Meleka siapa mama?" tanya Jia Yi yang penasaran dengan kedatangan Ling Ling dan jenderal Huang .

"Oh... cuma orang tidak penting . Ayo kita pulang !" ajak Lin dengan lembut. Namun Jia Yi masih belum puas dengan jawaban Lin Hua . Terlebih lagi salah satu dari mereka merupakan teman paman tampannya.

Jia Yi hendak mengajukan pertanyaan lagi . Tapi urung lantaran Ling Ling keburu marah-marah.

"Orang tidak penting kamu bilang ? Apa ucapanmu tidak salah ? "

"Ayo anak-anak!"

Lin Hua tidak menghiraukan ucapan Ling Ling . Dia mengajak si kembar untuk segera keluar dari rumah .

Ling Ling tidak suka diacuhkan. Tanpa menghiraukan keberadaan Menteri Li maupun Jenderal Huang, dia bergegas menghampiri Lin Hua dan mengangkat tangannya untuk menampar Lin Hua.

plak!

Sayangnya Lin Hua bergerak lebih cepat. Bukan Lin Hua yang di tampar melainkan Ling Ling.

"Jangan coba-coba untuk menyentuhku!"ucap Lin Hua sambil menatap Ling Ling tajam.

Ling Ling merasa tertekan akan aura yang keluar dari tubuhnya. Jangankan untuk melepas tangannya . Mengeluarkan suara pun ia merasa kelu.

Menteri Li menatap keduanya bingung. Mau melerai namun dia takut membuat Lin Hua marah. Belum lagi sikap keras kepala Ling Ling. Dia menatap jenderal Huang untuk turun tangan.

Seolah mengerti akan kode yang diberikan oleh sang mertua , jenderal Huang berjalan kearah Lin Hua.

Lin Hua melepas tangan Ling Ling dengan kasar . Perhatiannya terarah pada si kembar . Jangan sampai si kembar merasa ketakutan akan tindakannya.

Tidak nampak raut ketakutan di wajah si kembar . Mereka malah dengan semangat menonton aksi Lin Hua yang menurut mereka mengagumkan.

"Kalian tidak takut ?"

"Mama terbaik!"

"Dasar anak haram !"

Plak!

Plak!

Plak!

"Jaga ucapanmu !"

Pipi Ling Ling langsung bengkak dan memar . Bahkan ujung bibirnya sampai berdarah. namun bagi Lin Hua itu belum cukup .

Menteri Li tidak menyangka jika Ling Ling dengan santai menghina si kembar . Tidak heran Lin Hua menampar mulutnya .

"Jangan mengucapkan hal seperti itu lagi Ling Ling!" kata Menteri Li memberi nasehat. Dasarnya anak keras kepala , mana mau dinasehati.

"Ayah membela anak sialan ini?!!"

"Sudahlah, bawa suamimu masuk kedalam. Maaf jendral Huang , saya harus mengantar Lin Hua dan kedua cucuku pulang ."

Menteri Li memutuskan untuk mengantar pulang Lin Hua. Jika keduanya masih bertatap muka seperti ini, tidak bisa ia bayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Ayah tidak perlu mengantar. Tidak baik meninggalkan tamu sendiri di rumah ," ucap Lin Hua datar .

"Tapi _"

"Tenang saja . Aku bisa pulang sendiri dengan selamat."

"Tunggu Lin'er!" ucap jenderal Huang kembali menghentikan langkah Lin Hua.

"Kita tidak saling mengenal . Jadi tidak ada yang perlu kita bicarakan," tegas Lin Hua tanpa sedikitpun menoleh.

Deg!

Jenderal Huang tidak menyangka jika Lin Hua akan mengucap hal yang membuat hatinya sakit . Tidakkah Lin Hua tahu jika hingga saat ini cintanya tidak pernah berubah .

Ling Ling bertambah sakit melihat sikap jenderal Huang yang lebih memilih berbicara dengan Lin Hua dari pada menolongnya.

"Maaf Paman, Kami mau pulang . tolong jangan beldili di depan kami ," kata Jin Hai saat jenderal Huang berdiri di depannya.

"Silahkan masuk jenderal. Tolong anda obati dulu luka Ling Ling. Lin'er harus segera pulang agar tidak kemalaman."

Mendengar ucapan menteri Li mau tidak mau jenderal Huang menyingkirkan tubuhnya dari hadapan Lin Hua dan si kembar. Meski begitu ia masih tidak mendekati Ling Ling.

Jenderal Huang menatap Lin Hua yang berjalan keluar . Menteri Li mengikutinya dari belakang.

Tinggallah Ling Ling dan juga jenderal Huang yang tetap berdiri di tempat. Ling Ling menghentakkan kakinya dengan kasar sebelum masuk kedalam rumah .

Apakah jenderal Huang perduli?

Tentu saja tidak . Dia masih menatap kepergian Lin Hua dengan sendu.

"Apa kamu yakin, Ayah tak perlu ikut pulang bersamamu?"

"Tidak perlu . Lebih baik Ayah tinggal di rumah . Lagipula Ayah baru saja sembuh."

"Tapi_"

"Apakah ayah harus meninggalkan Ling Ling dan suaminya? Bukankah ayah juga tidak setiap hari bertemu dengannya?"

"Baiklah. tapi kamu harus janji untuk baik-baik saja di perjalanan . Jaga si kembar dengan baik."

"Baik. Ayah juga jaga kesehatan dengan baik . Obat yang sudah aku resepkan jangan lupa untuk diminum."

"Kami pulang dulu kek . Jangan lupa kunjungi Jia nanti."

"Baik. Jia sama Jin Hai baik-baik di jalan . Dengarkan apa kata mama. kakek sayang kalian ."

"Kamu juga sayang kakek!"

"Sudah. Ayo kita berangkat," ajak Lin Hua.

Terpopuler

Comments

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

truscerua

2024-03-11

1

Cahaya yani

Cahaya yani

si kang bucin ap gk ngintil y

2024-02-27

0

nacho

nacho

😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘

2024-02-26

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!