Membuat Minyak Kelapa

"Jangan nangis dong Jin... sebentar lagi kita sudah sampai rumah kok," bujuk Qiang pada Jin Hai.

Karena asyik bergosip dengan sang ibu membuatnya sampai lupa waktu. Jin Hai sampai kehausan . Karena sudah waktunya tuh bocah untuk minum Asi .

Jin Hai yang tidak mengerti dengan ucapan Qiang terus saja menangis . Bahkan sampai membuat sang kusir khawatir.

Untunglah tidak sampai setengah jam mereka sampai di rumah . Qiang langsung membawa Jin Hai masuk kedalam rumah . Sedangkan sang kusir membawa kereta kudanya ke samping rumah.

Lin Hua yang sedang menidurkan Jia Yi merasa terganggu oleh tangisan Jin Hai. Perlahan ia menidurkan Jia Yi yang sudah nyenyak. Kemudian Lin Qin keluar dari kamar untuk menghampiri Jin Hai .

"Anak tampan lapar ya . Bibi nakal tidak bawa Jin Hai pulang dari tadi ," ucap Lin Hai begitu bertatap muka dengan sang putra .

Jin Hai pun mengulurkan tangannya minta digendong. Dengan senang hati membawa Ji Hai kedalam gendongannya.

"Kok baru pulang?" tanya Lin Hua pada Qiang .

"Maaf. Tadi keasyikan ngobrol sama ibu . Kalau Jin Hai tidak nangis pasti kami masih terus ngobrol tadi ," jawab Qiang jujur . Dia menjawab sambil menatap Jin Hai yang bingung mencari susu ibunya.

"Memangnya restoran lagi sepi?" heran juga Lin Hua mendengar penuturannya.

"Tidak juga . Malahan tadi banyak prajurit yang makan di sana."

Qiang menjawab dengan antusias. Kemudian ia mengingat wajah salah satu orang yang mirip dengan Jin Hai.

"Kok bisa ada waktu buat ngobrol ?" tanya Lin Hua heran.

"Ya gitu deh . Ada pegawai baru yang baru masuk . ibu cuma mengawasi orang itu doang ."

"Oh, makasih sudah bawa Jin Hai jalan-jalan. Anaknya sudah mau tidur nih. Aku bawa ke dalam dulu ya ," ijin Lin Hua yang disetujui oleh Qiang .

"Iya. Aku juga mau istirahat, " jawab Qiang dengan tersenyum

Lin Hua pun membawa Jin Hai kedalam kamarnya . Jin Hai mulai memejamkan matanya sambil meminum Asi .

Qiang masih di depan kamar Lin Hua dengan linglung . Ingin sekali ia menceritakan soal lelaki yang mirip dengan Jin Hai pada Lin Hua. Namun mengingat kondisi Lin Hua yang kehilangan ingatannya membuatnya bingung. Akhirnya ia berbalik dan melangkah ke kamarnya.

Setelah Jin Hai tidur, Lin Hua keluar dari kamar . Dia ingin mulai mencoba membuat minyak . Namun sebelum itu ia meminta Nian untuk menjaga si kembar .

Kelapa sebagai sumber utama pembuatan minyak telah terkumpul . Untuk tahap percobaan Lin Hua hanya menggunakan sepuluh butir buah kelapa yang telah tua . Buah itu ia petik dibelakang rumah . Kebetulan di belakang rumah ada beberapa pohon kelapa yang tumbuh dengan subur .

Selama ini belum ada yang mengetahui akan manfaat buah kelapa . Biasanya kelapa akan jatuh sendiri dari atas pohon . Kemudian di diamkan sampai kering . Para penduduk hanya menggunakannya sebagai arang .

Menurut orang-orang buah kelapa sangat keras . Jadi tidak ada yang memakainya . Saat Lin Hua meminta pengawal untuk mengambilnya, beberapa orang sempat menertawakannya.

Apalagi saat Lin Hua meminta buah kelapa yang masih muda. Namun mereka merasa takjub saat Lin Hua memecahnya. Mereka tidak menyangka di dalam buah yang keras itu ada air dan juga daging buahnya .

"Ini sangat enak. Rasanya segar dan ada manis-manisnya. Kok nona tahu sih jika buah ini bisa dimakan?" tanya sang pengawal yang sudah merasakan air kelapa muda dan daging buahnya.

"Rahasia dong. Asal kalian tahu saja ...meski aku hilang ingatan , namun aku mendapatkan pengetahuan yang belum pernah ada di sini . Nanti kalian pasti akan kaget saat minyak itu telah jadi , " ucap Lin Hua dengan bangga.

Lin Hua meminta pengawal untuk memecah buah kelapa . Setelah itu giliran para pelayan untuk memarut dan mengambil santannya.

Yang dipakai hanya santan kaninya. Sedangkan untuk santan encer ia pakai untuk memasak .

Sebelum membuat wajah besar , Lin Hua sudah lebih dulu membuat parut . Jadi tidak perlu bingung lagi .

Setelah proses yang cukup lama akhirnya minyak pun jadi . Lin Hua meminta pelayan dan pengawal yang membantunya tadi untuk mencicipi blondo . Ampas yang dihasilkan setelah minyaknya diambil.

"Cobalah!" perintah Lin Hua pada pelayan

"Jadi ini yang namanya minyak Nona?"

"Bukanlah...itu ampasnya . Kalau minyak yang ini . Sekarang akan aku masakkan makanan dengan menggunakan minyak . Kalian tunggu sebentar."

"Biar saya saja Nona,"ucap salah satu pelayan .

"Memangnya kamu bisa?"

"Ya belum sih ."

"Itu tahu . Tenang saja aku hanya akan membuat nasi goreng . Cara pembuatannya tidak terlalu ribet . Jadi besok-besok kamu bisa masak sendiri . Sekarang tolong ambilkan nasi yang masih tersisa . Biar aku buat bumbunya ."

"Baik Nona ."

Lin Hua pun berhasil membuat nasi goreng sederhana menggunakan minyak kelapa.

"Baunya sangat harum," bisik salah satu pelayan pada teman disampingnya.

"Benar. Aku jadi lapar. Semoga saja Nona lin'er bagi-bagi pada kita ."

"Itu kan maumu !"

"Memangnya kamu tidak mau?"

"Ya mau lah . Tapi kan kita mesti sadar diri . kita ini cuma pelayan . Masak makan masakan majikannya?"

"Pelayan kan juga manusia. Tidak masalah sih kalau kita makan makanan majikan, asal majikannya yang memberi."

"Terserah deh . Aku sendiri juga pengen kok mencicipinya."

Lin Hua mendengar bisikan pelayan-pelayan itu . Namun tidak ada niat untuk menegur .

Setelah masakannya matang ,Li Hua meminta pelayan untuk membawanya ke ruang makan . Dia juga menyisakan sedikit agar dicicipi oleh mereka.

Selain nasi goreng , Lin Hua juga menggoreng telur mata sapi . Telur itu nantinya sebagai pendamping nasi goreng .setelah semua selesai ,Lin Hua kembali ke kamarnya.

Si kembar sudah bangun dari tadi .sekarang mereka bermain bersama Li Qin di taman belakang rumah .

Lin Hua mandi dan mengganti pakaiannya. Setelah itu dia mengajak Li Qin dan yang lain makan malam bersama . Meng Li dan juga Jia Li juga sudah berada di rumah.

Kini Lin Hua dan keluarganya sudah berkumpul di ruang makan. Si kembar ia titipkan pada Nian dan satu pelayan milik Qiang .

"Wah, baunya sangat harum . Bikin perut makin lapar ,"ucap meng Li dengan mata berbinar .

"Ini tadi masakan Lin'er suamiku . Cobalah sedikit kata pelayan tadi rasanya sangat enak, " pinta Jia Li pada Meng Li .

"Kok kamu tidak makan dulu?"

"Nunggu kamu makan dulu."

"Kamu ini selalu saja seperti itu . Ya sudah aku makan dulu sekarang ."

Meng Li memasukkan satu sendok nasi goreng dalam mulutnya . Matanya langung berbinar merasakan enaknya nasi goreng itu.

"Bagaimana?" tanya Jia Li tak sabar.

"Enak sekali . Baru kali ini aku makan seenak ini ."

Meng Li berkata dengan jujur . bumbunya juga terasa. Belum pernah sekalipun ia makan nasi goreng seperti ini. Karena memang belum pernah ada yang membuatnya . Akhirnya mereka pun makan dengan lahap.

Terpopuler

Comments

ENDAH_SULIS

ENDAH_SULIS

banget? lebih enak dibaca " sangat enak"

2024-04-30

0

ENDAH_SULIS

ENDAH_SULIS

kok, dong, sih, idih, biasanya gak digunakan di novel dunia kuno...krna dunia kuno biasanya bahasanya full baku

2024-04-30

0

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trussabar

2024-03-11

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!