lantai 8 part 2 * The Battle With The Death King

Dalam sekejap, suasana di ruangan itu berubah. Para skeleton yang tadinya berlutut dengan patuh, tiba-tiba mengeluarkan niat membunuh yang mengancam, yang diarahkan langsung pada kami. Dari sudut pandang mereka, kami mungkin dianggap sebagai ancaman atau pengganggu yang mengganggu kedamaian mereka.

Dengan cepat, kami bersiap menghadapi serangan mereka, siap mempertahankan diri. Namun, di tengah kegelapan dan ketegangan yang menyelimuti ruangan, kami merasa bahwa ada sesuatu yang jauh lebih besar sedang terjadi di balik layar, sesuatu yang belum kami ketahui.

Dengan hati-hati dan kewaspadaan yang maksimal, kami siap menghadapi apa pun yang akan terjadi, berharap bisa menemukan jawaban atas misteri yang menyelimuti kastil ini.

Dalam sekejap, para skeleton melompat ke arah kami dengan gerakan yang cepat dan lincah, mengingatkan pada aksi mereka saat masih hidup. Beberapa menyerang dengan pedang, sementara yang lain melemparkan tulang-tulang ke arah kami dengan presisi yang mematikan. Kami bergumul untuk menghadapi serangan mereka, berusaha menjaga kewaspadaan dan menemukan celah untuk menyerang balik.

Di tengah kekacauan pertempuran, aku melihat sosok raja itu duduk kembali di singgasananya dengan tenang, seakan-akan menikmati pertunjukan yang sedang berlangsung. Ada sesuatu yang misterius dan mengerikan dalam kediaman itu, sesuatu yang melebihi keberadaan para skeleton yang hidup kembali. Sementara kami terus bertarung dengan para pengikutnya, aku merasa ada kekuatan yang lebih gelap dan mengancam yang mengendalikan segalanya.

Dengan tekad yang kuat dan hati yang penuh dengan keberanian, kami terus melawan, berharap bisa mengatasi tantangan ini dan mengungkap kebenaran di balik misteri yang menyelimuti kastil itu.

Pertempuran semakin rumit dengan kedatangan lebih banyak skeleton, bahkan beberapa di antaranya menunggangi kuda-kuda mayat yang menambah kekacauan di medan pertempuran. Kekuatan gelap yang mengendalikan mereka tampaknya membuat mereka tak bisa mati, dan setiap kali tubuh mereka hancur, mereka kembali menyatu menjadi satu kesatuan yang kuat.

Kami terus berjuang dengan segala kemampuan yang kami miliki, mencoba menemukan cara untuk mengalahkan musuh yang tampaknya tak terkalahkan ini. Namun, kelelahan mulai menyergap, dan kami menyadari bahwa kita harus menemukan cara untuk mengakhiri pertempuran ini sebelum kekuatan kami habis. Dalam kegelapan yang menyelimuti kastil itu, kami berharap bisa menemukan kelemahan musuh dan memanfaatkannya untuk meraih kemenangan.

Mata para skeleton itu memancarkan aura yang sama dengan mahkota yang dipakai sosok di singgasana. Saat kami berusaha mendekatinya, para skeleton tersebut semakin mengamuk, seolah melindungi raja mereka dengan segala cara yang mereka miliki. Setiap langkah yang kami ambil, mereka menghalangi dengan serangan yang semakin ganas dan bertambah kejam.

Namun, kami tak gentar. Meski dihadapkan pada serangan yang tak henti-hentinya, kami tetap bertekad untuk menemukan cara untuk mengalahkan musuh kami. Dengan perasaan yang tulus dan tekad yang kuat, kami melanjutkan pertempuran, mencari celah di antara serangan-serangan musuh yang tak terhitung jumlahnya itu.

Dengan keputusan yang berani, aku dan si abu menggabungkan kemampuan es terbaik kami, "absolute zero", untuk membekukan gerakan para skeleton yang lain. Dengan begitu, kami berharap pertarungan dengan sosok di singgasana bisa berjalan lebih lancar. Meskipun itu berarti kami harus menghadapi serangan-serangan yang lebih keras, namun keputusan itu tak bisa ditunda lagi.

Dengan serangan es yang mematikan, kami berhasil menghentikan gerakan para skeleton, memberi kami kesempatan untuk berkonsentrasi sepenuhnya pada pertempuran yang sebenarnya. Dengan hati yang penuh tekad dan semangat yang tak tergoyahkan, kami maju dengan penuh keyakinan menghadapi raja dan pasukannya yang tak kenal lelah.

Dengan perubahan yang luar biasa, si abu mulai bersinar dengan cahaya yang mempesona, tanduk-tanduknya bersinar dalam warna yang memukau: biru keperakan dan merah keemasan. Dalam momen itu, dia menggabungkan elemen api dan es, menciptakan "thermal element" yang memiliki kekuatan luar biasa. Sebesar bola golf, elemen itu ditembakkan dengan kecepatan tinggi, menembus udara dengan kekuatan yang mengagumkan. Serangan yang dahsyat itu menghantam dinding kastil dengan kekuatan yang tak terduga, membuat sebagian besar bangunan itu hancur berkeping-keping. Meskipun serangan itu begitu kuat, terlihat bahwa si abu tak bisa menggunakan serangan itu berkali-kali. Namun, itu sudah cukup untuk memberi kami keuntungan yang sangat dibutuhkan dalam pertempuran ini.

Sosok itu, yang dijuluki sebagai "death king", terlihat tercengang saat melihat kekuatan yang kami tunjukkan. Sambil bergumam dengan nada yang penuh misteri, dia menyebutkan kata-kata "mentari dan rembulan", yang membuat kami bertanya-tanya tentang maknanya. Tapi dalam momen itu, kami fokus untuk memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk mengakhiri pertarungan ini.

Dalam momen tersebut, sosok itu mulai serius. Dia mengumpulkan tulang belulang di sekitarnya dan membentuk sebuah pedang, menantangku dalam sebuah duel pedang yang pertama kali. Dengan hati-hati dan konsentrasi penuh, aku siap untuk menghadapi tantangannya dengan menggunakan pedangku yang dipenuhi dengan peningkatan.

Dalam cahaya remang yang menyelimuti ruang tahta yang terbengkalai, kita berdiri dihadapan "Death King", sosok yang menguasai dunia di sekitarnya dengan kekuatannya yang menakutkan. Bulu-bulu tengkorak yang mengerikan berserakan di sekitar kami, menyatu menjadi pasukan tak berujung yang siap untuk menyerang atasan mereka. Ketegangan terasa di udara, menggelegar dalam hati kami yang berusaha memahami apa yang sedang terjadi.

Dengan satu gerakan ringan, "Death King" memanggil pasukan tulang belulangnya yang segera membentuk pedang besar di tangannya. Kilatan dingin cahaya bulan memantul di tepi pedang itu, menambah kesan menakutkan pada sosok yang berdiri di hadapan kami. Tekanan itu terasa seperti sebuah beban berat yang mencekik, tetapi kami berdua tidak boleh menyerah. Ini bukan hanya tentang bertahan hidup, tetapi tentang melawan kekuatan kegelapan yang ingin menguasai dunia.

Dalam pertempuran yang berikutnya, pedang Death King meliuk-lukis di udara dengan kecepatan yang menakjubkan. Setiap gerakan adalah ancaman bagi nyawa kami, dan kami berdua harus bergerak dengan kecepatan dan ketepatan yang luar biasa untuk menghindari serangan-serangan mematikannya. Tapi meskipun begitu, kekuatan sihir kami tidak sepenuhnya efektif melawannya. Rasanya seperti berperang melawan badai yang tak terkendali, di mana setiap serangan tampaknya sia-sia.

Dalam momen-momen seperti ini, aku merasakan adrenalin mengalir deras dalam darahku. Keinginan untuk bertahan hidup, untuk melawan kegelapan yang mengancam dunia, memberiku kekuatan tambahan. Dengan keberanian yang membara, aku melangkah maju untuk menghadapi Death King, pedangku berkilat di tangan, siap untuk menghadapi pertarungan terakhir kami.

Dengan setiap gerakan pedangnya, Death King menunjukkan keahlian yang luar biasa. Setiap tebasan pedangnya terasa seperti kilatan petir yang membelah udara, memotong ruang di sekelilingnya dengan presisi yang memukau. Ketika ia meluncur maju, ia mengayunkan pedangnya dengan kecepatan yang tak terlukiskan, memperlihatkan refleks yang seolah-olah dirinya adalah bayangan yang tak terhindarkan.

Sementara itu, aku harus bertahan dengan segala kemampuan yang aku miliki. Setiap kali pedang Death King bergerak mendekat, aku harus menghindar dengan gerakan tubuh yang lincah, seolah-olah aku bisa membaca pikirannya sendiri. Setiap serangan yang kuarahkan harus tepat pada sasaran, tidak ada ruang untuk kesalahan dalam pertarungan ini.

Dengan setiap pertukaran serangan, medan pertempuran menjadi semakin intens. Dentuman pedang yang bertemu menciptakan suara yang menggetarkan, menggema di sepanjang koridor kastil yang sunyi. Setiap kali pedang kami bertemu, percikan api dan es terpancar, menciptakan pemandangan yang spektakuler di tengah kegelapan yang menyelimuti ruangan.

Meskipun pertarungan ini berlangsung dalam kecepatan yang mengagumkan, setiap gerakan harus dihitung dengan hati-hati. Aku harus memperhitungkan setiap kemungkinan serangan Death King, mencari celah di pertahanannya untuk menyerang balik dengan pukulan yang mematikan. Setiap gerakan harus dilakukan dengan keberanian dan konsentrasi yang tak tergoyahkan, karena satu kesalahan saja bisa berarti akhir dari segalanya.

Dalam sorotan cahaya bulan yang menyinari ruang tahta yang terbengkalai, pertarungan ini menjadi panggung bagi keahlian pedang yang luar biasa. Aku harus menggunakan semua kemampuan yang aku miliki untuk mengatasi tantangan ini, dan aku tidak boleh menyerah. Karena hanya dengan tekad yang kuat dan keberanian yang tak tergoyahkan aku bisa memenangkan pertarungan ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!