lantai 7 part 2 * Meeting With The Ruler

Dengan hati-hati, kami memasuki gua yang menjadi lokasi sarang "Great Tiger". Si Abu, meskipun terlihat agak gelisah, tetap bergerak maju bersama kami. Aroma khas gua memenuhi udara, dan kegelapan yang menyelimuti sekeliling kami menambah ketegangan di udara.

"Sesuai perkiraan, gua memang tempat yang pas untuk sarang seekor harimau," aku berkomentar, mencoba untuk tetap tenang meskipun hatiku berdebar-debar.

Langkah-langkah kami bergema di dalam gua, dan sesekali kami mendengar suara gemuruh yang berasal dari dalam. Namun, kami tetap melanjutkan perjalanan kami dengan hati yang teguh dan pikiran yang fokus, siap menghadapi apapun yang menanti kami di dalam "Great Tiger Nest".

Dalam kegelapan gua, di hadapan kami, berdirilah sosok yang membuat hati kami berdebar dengan kekuatan yang megah dan ketegasan yang mempesona. Seekor harimau raksasa dengan tubuh sebesar banteng menjulang di depan kami, sayap-sayapnya yang megah meliuk-luik di punggungnya, menambah kesan keanggunan yang luar biasa. Taring-taringnya yang panjang memancarkan cahaya samar di dalam kegelapan, dan matanya yang tajam menerawang ke dalam jiwa kami dengan tatapan yang penuh kekuatan dan kepastian.

Seperti karya epik yang tercipta dari imajinasi yang paling liar, harimau itu berdiri di hadapan kami dengan keanggunan dan kegagahan yang melampaui kata-kata. Dan di antara gemuruh-suara langkah-langkah kami yang kecil dan lemah-di dalam gua yang sunyi, keberadaannya terasa seperti manifestasi dari dunia mimpi yang paling fantastis dan dramatis.

Dengan suara gemuruh yang menggetarkan hati, harimau itu tiba-tiba membuka mulutnya dan berkata dengan kata-kata yang menghentak jiwa, "Seekor anjing dengan aura matahari dan bulan, juga... seekor primata botak dengan bau kadal, huh." Mendengar kata-kata itu, aku terpaku dalam kebingungan. "Hah, primata botak? Itu aku?" gumamku dengan nada keheranan yang tak terelakkan.

Dalam sekejap, harimau itu meraung dengan suara yang menggetarkan, mengirimkan raungan yang sangat kuat hingga menggoncangkan langit-langit gua, dan kami pun terhempas ke belakang oleh kekuatan gelombang suara yang mengejutkan itu.

"Aku menantangmu, primata!" Serunya dengan semangat membara. Kata-kata itu menggema di dalam gua, memantik reaksi heboh dari para makhluk lainnya yang berkumpul di sekitar. Sementara aku terdiam, terheran-heran, melihat si abu seakan kerasukan dan mundur ke belakang, bergabung dengan makhluk-makhluk lainnya yang berkumpul di kejauhan.

Setelah menyaksikan tatapannya yang penuh tantangan, naluriku merespons dengan keberanian. Dengan tangan gemetar namun hati yang teguh, aku menyiapkan kuda-kuda dan menarik pedangku dari sarungnya. "Maju!" seruku, suara yang menggema di dalam gua, membawa tekad dan keberanian yang tak tergoyahkan.

Dengan gerakan yang gesit, aku melancarkan serangan pertamaku dengan tebasan pedang yang kuperkuat, dilapisi dengan api dan es. Namun, meskipun berusaha bergerak dengan cepat, seranganku masih bisa dihindarinya dengan mudah. Langkahnya yang tangkas dan refleksnya yang cepat membuatnya terlalu sulit untuk diprediksi.

Setiap serangan yang dilancarkan oleh harimau itu dipenuhi dengan kekuatan yang luar biasa. Tubuhnya yang besar dan gesit membuatnya sulit untuk dikalahkan. Aku berusaha sekuat tenaga untuk menghindari cakaran dan gigitannya yang mematikan, sementara aku juga melancarkan serangan-serangan balik dengan menggunakan setiap kemampuan yang kumiliki.

Aku memanggil elemen api dan es untuk membantu dalam pertarungan, menciptakan serangan-serangan yang mendalam dan menyelimuti lawanku dengan serangan-serangan yang terus-menerus. Namun, harimau itu juga tidak tinggal diam. Dia menggunakan kecepatan dan kekuatannya untuk menyerangku dari segala arah, menguji ketangguhanku dan keberanianku.

Pertarungan kami semakin memanas seiring berjalannya waktu. Awan hitam mulai menyelimuti langit gua, menambah kesan dramatis dalam pertarungan kami. Meskipun tubuhku terasa lelah dan luka-luka mulai bermunculan, aku tetap bertekad untuk terus melawan hingga akhir. Aku melihat ke arah si abu dan hewan-hewannya, yang memberiku semangat dan dukungan untuk tidak menyerah.

Kami berdua terus bertarung tanpa henti, mengeluarkan semua kemampuan dan kekuatan yang kami miliki dalam upaya untuk keluar sebagai pemenang.

Dengan setiap gerakannya yang megah, harimau itu menggerakkan sayap-sayapnya yang besar, menambah kesulitan dalam pertarungan. Dia meluncur ke udara dengan gesit, menghindari serangan-seranganku dengan kecepatan yang menakjubkan. Aku harus lebih waspada lagi, karena sekarang dia tidak hanya berbahaya di tanah, tetapi juga di udara.

Sayap-sayapnya menyebabkan angin kencang yang membuyarkan serangan-seranganku. Aku harus menggunakan sihir dan kelincahan tubuhku untuk menghindari serangan-serangannya yang datang dari segala arah. Setiap kali dia meluncur ke arahku dengan cakar-cakarnya yang tajam, aku harus segera menghindar untuk menghindari pukulan yang mematikan.

Namun, meskipun dia memiliki keunggulan dalam hal mobilitas, aku tidak akan menyerah begitu saja. Dengan keberanian dan determinasi yang membara, aku terus melawan, mencoba menemukan celah dalam pertahanannya yang kokoh. Meskipun sulit, aku tahu bahwa aku harus tetap fokus dan bersikap waspada jika ingin keluar dari pertarungan ini sebagai pemenang.

Meski aku berusaha sekuat tenaga, setiap serangan yang kuhantamkan tampaknya tidak lebih dari sekadar menyentuh permukaan kulitnya yang tebal. Tidak ada goresan, tidak ada tanda-tanda bahwa aku berhasil menyebabkan kerusakan apa pun pada tubuhnya yang kokoh. Sementara itu, serangan-serangannya yang ganas berhasil melukai tubuhku, menyebabkan luka-luka yang dalam dan menyakitkan.

Aku merasakan rasa putus asa mulai menghampiriku, namun aku tahu bahwa aku tidak boleh menyerah. Dengan keberanian yang tersisa, aku berusaha mencari celah dalam pertahanannya yang tangguh, mencoba menemukan titik lemah yang bisa kugunakan untuk mengalahkannya. Namun, semakin lama pertarungan berlangsung, semakin jelas bagiku bahwa harimau itu adalah lawan yang tangguh dan kuat yang tidak mudah ditaklukkan.

Meskipun aku merasa lelah dan terluka, aku menolak untuk menyerah. Dengan tekad yang kuat, aku berdiri tegak, siap untuk melanjutkan pertarungan sampai titik terakhir napasku. Aku tahu bahwa aku harus terus berjuang, karena hanya dengan melawan dengan segenap kekuatanku aku memiliki harapan untuk keluar dari pertarungan ini sebagai pemenang.

Dalam keputusasaan yang melanda, aku memalingkan pandanganku pada Aim, mencari jawaban yang mungkin dapat menyelamatkan hidupku dari pertarungan yang semakin merugikan. Dengan suara gemetar, aku bertanya padanya apa yang bisa kulakukan dalam situasi seperti ini.

Aim, dengan kebijaksanaannya yang luar biasa, menjawab dengan suara tenang namun tegas, "Lapor, menggunakan Legendary Bloodline (Dragonification)." Rasanya seperti seberkas cahaya terang menerangi pikiranku yang kelam, dan tanpa ragu-ragu, aku mencoba mengikuti instruksinya.

Entah bagaimana, tubuhku mulai berubah. Aku merasakan kekuatan luar biasa mengalir melalui diriku, mengubah setiap serat otot dan sel-sel tubuhku. Tiba-tiba, aku menjadi sesuatu yang sama sekali berbeda: dengan tanduk-tanduk yang menjulang dari kepalaku, sepasang sayap megah di punggungku, dan sisik-sisik yang menutupi tubuhku seperti baju besi alami.Aku merasakan kekuatan yang menggemparkan berdenyut-denyut di dalam diriku, memenuhi setiap serat dan urat nadiku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!